82, Menyelamatkan Trisha [17++]

165 45 55
                                    

DUA orang terkejut ketika Tristan menepis tangan yang memegang sapu tangan sampai sapu tangan itu terpental. Tristan langsung berlari ke arah Trisha.

"Dek...."

"Bang Tis...." Suaranya sangat-sangat lemah. Pandangannya kosong. Trisha bahkan tidak mengenali suara. Dia hanya memanggil-manggil Tristan sepanjang dia bisa menyebut nama itu.

Tapi dua orang itu tentu tidak tinggal diam. Mereka langsung menyerang Tristan. Tristan yang kacau, teralihkan dengan keberadaan Trisha terlambat sadar untuk mengelak.

.

BUG.

.

"Argh..." Dia terlempar ke dinding. Tapi itu membuatnya sadar. Terlebih ketika satu orang mengambil sapu tangan dan mendekati Trisha lagi.

"BANGSAT!" Tristan langsung menerjang orang itu. "JANGAN SENTUH DIA!" Ganti orang itu yang terpental. Tristan langsung mengambil sapu tangan itu dan melemparnya ke luar jendela. Dia berdiri di depan Trisha.

"WOY! ADA TIKUS MASUK!"

This is it.

Tristan pasrah. Hanya bisa berharap Non segera mencari bala bantuan. Semoga suara teriakan-teriakan itu terdengar sampai ke tempatnya bersenbunyi.

Lima orang masuk. Tristan makin pasrah. Sekejap saja dia sudah menjadi bulan-bulanan orang-orang itu. Mereka cuma bermain-main dengan Tristan. Mengoper Tristan dari satu orang ke orang lain dengan pukulan dan tendangan. Sampai tendangan itu membuatnya jatuh ke pembatas seng dan membuat suara gaduh yang sampai ke telinga Non.

Tak berpikir lagi, Non berlari ke sumber suara dan lari menerjang masuk dari pintu belakang. Di dalam, Tristan sudah duduk terpojok sambil memegang lengannya yang berdarah terkena sabetan arit. Meski Tristan berhasil menendang arit itu menjauh tapi lengannya sudah robek parah.

Melihat kondisi Tristan, Non langsung berlari ke arah lelakinya. Tapi siapalah dia, belum sempat mencapai Tristan dua lengannya sudah tercekal satu orang.

"Oh, ada temannya. Cantik pula." Satu orang berjalan ke arah Non. Tristan langsung berdiri.

"BANGSAT! LEPASIN NGGAK TU CEWEK!"

Tapi dia hanya bisa berteriak ketika kakinya terjegal dan dia terjerembab tepat di depan Trisha.

"Bang Tis...."

Tiga orang datang ke arah Tristan sementara Non mulai dikerubuti tiga orang yang pertama.

***

Di jalan, Seto sebagai pengemudi dan Ando sebagai navigator sedang berusaha menyusul Ari di depan. Mobil Rey kembali terengah dipaksa bekerja keras di luar batas kelayakannya. Dewa sibuk menghubungi Non dan Tristan, tentu saja gagal. Namun titik lokasi mereka tidak berubah di map. Dua mobil itu terhubung dengan Fabian.

"Ri, lu tunggu Seto aja."

"Tapi tidak ada kabar dari Tristan sama sekali."

"Ya makanya, jangan masuk sendirian."

"Kilo 63." Ando berteriak. "Lu di mana, Ri?"

"KM 70."

"Sebentar lagi lu keluar tol. Tahan di sana. Gue geber nih mobil." Ganti Seto berteriak.

"Ari, tunggu mereka. Kalian harus saling back up."

"Info terakhir mereka cuma mau ngintip. Seharusnya mereka sudah bisa kirim kabar."

"Prepare for the worse. Ari, tunggu yang lain. Bang Joe sudah OTW juga sama teman-temannya." Fabian berteriak dengan tampilan seperti orang gila.

Jendela Hari [End, Full]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang