BREAKING News.
Pengusaha Trisnayuda Subrata tewas di tempat kecelakaan.
.
Setelah periode mendelik sempurna, Tristan memejamkan mata sangat-sangat rapat. Tak lama, getar ponsel terdengar lagi. Non langsung tersadar dan menyambar ponsel itu.
"Tristan masih tidur kan?"
"Sudah bangun dari tadi dan dia sudah tau berita di TV."
"Astaga.... Gue pikir dia masih tidur." Nana mendadak kalut. "Non, sorry, tau gitu gue videoin aja beritanya ya. Maksud gue, gue tuh antara yakin dan nggak yakin sama beritanya makanya gue mau lu lihat beneran nggak tu berita, nggak cuma baca hasil ketikan gue aja."
"Nggak apa-apa, Teh. Nanti Non urus. Sudah dulu ya. Thanks infonya."
Non langsung mematikan sambungan telepon sementara Nana langsung mengabarkan di grup dengan catatan khusus Tristan sudah tahu dan jangan hubungi dia dulu karena Non sudah mengambil alih semuanya.
Di kamar perawatan, Non kembali mencoba meraba isi kepala dan perasaan Tristan.
"Trist? Are you okay?"
"Of course," jawabnya cepat. "Ada hal apa yang bikin aku nggak baik-baik aja? Itu cuma berita laka lantas kan."
"Trist..."
"Aku ngantuk, Non." Dia langsung menarik selimut dan menyetel ranjang ke posisi rebah. "Matiin TV-nya. Brisik. Aku mau tidur."
Respons Tristan lebih meledakkan jantung Non daripada ketika dia mendengar musibah itu. Tak tahu harus melakukan apa, dia mengambil remote lalu mematikan TV. Kamar sehening malam di luar.
"Turn off the light, Non."
Dan kamar pun menjadi temaram meski terasa segelap hitam. Dalam kesunyian yang terasa menyengat, perlahan Non bergerak merapikan selimut Tristan. Membungkung, dia membelai rambut dan mengecup dahi lelakinya.
"Tidur yang nyenyak ya, Trist. Aku sayang kamu banget. Kamu akan baik-baik aja."
***
Setelah memastikan Tristan benar-benar tidur, Non menyambar ponsel dan membuka jendela grup. Cepat dia mengetik kondisi dan respons Tristan di sana. Semua hanya menyuruh Non tidur sekarang di saat Tristan juga lelap. Urusan Tristan besok baru akan dilanjutkan. Toh, ayahnya sudah tidak ada. Tidak ada yang bisa mereka lakukan sekarang kecuali menunggu pagi. Lagi-lagi Ari yang akan mengambil alih kendali sedangkan Fabian akan stand by di ujung sambungan internet.
Fajar datang dan Non berusaha setenang mungkin. Dia sendiri yang mengelap tubuh suaminya lalu membantunya bersiap sholat. Lepas itu baru dia menyuapi Tristan sambil berusaha untuk tetap sesegar pagi. Non tidak berani menyalakan TV. Dia tidak mau memancing emosi Tristan. Untuk itu dia meminta laporan terkini dari grup saja.
"Kamu ngapain sih main HP terus, Non?"
"Nggak. Cuma buka grup aja. Laporan ke yang lain kondisi kamu."
"Tell them that I'm getting better. Nothing to worry."
"Iya."
"Mereka nggak perlu ke sini. Terlalu banyak yang jadwalnya kacau. Kamu juga kalau mau kuliah ya kuliah aja. Aku nggak apa-apa kok sendirian di sini."
"Iya. Nanti aku kuliah."
"Kamu sudah bolos berapa minggu?"
"Aku nggak bolos. Aku izin. Aku sudah bilang sama pembimbing kalau suami aku sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jendela Hari [End, Full]
RomanceNONA binti Fulanah merasa neraka hidupnya berubah menjadi surga ketika Fabian Samudra menjadikannya adik angkat dan membiayai sekolahnya. Dia tinggal bersama dua belas saudara angkatnya di rumah kayu berbentuk panggung di lereng gunung, replika ruma...