Author's Note:
Ini tuh menurutku bukan chapter angst. Tapi kalo sayang Jeremy pasti nangis, sih.
Kalau nggak ya berarti aku kurang sukses jadi penulis, haha.
Jangan lupa perhatiin timelinenya ya.
*********************************
(SEBULAN SETELAH MALAM ITU)
Helen sangat terkejut ketika mendengar Jeremy mengatakan, dia biasa merayakan birthdaynya dengan bekerja.
"Kalau dulu, sebelum kerja?"
"Sama cewek. Ke hotel."
Jawabannya enteng, sejujur itu. Jeremy merasa ingin Helen tahu semuanya. Termasuk sisi terburuk dirinya.
Jeremy mengernyit, seolah agak sulit baginya mengingat bagaimana hidupnya sebelum dia jadi CEO Tanuwijaya Production House.
"Nggak deh. Sebelum aku kerja, kalo aku ulang tahun, biasanya dirayain kok."
"Sama keluarga kamu?"
"Bukan. Sama Gio."
Senyum Helen hilang, dan giliran senyum Jeremy yang mengembang.
"Kalo aku ulang tahun dulu, biasanya ditraktir Gio makan. Dia biasa traktir anak-anak semuanya. Aku, Chandra, Hendra, Reinhart, Aji dan ya, dulu, Maxwell juga."
"Ditraktir di mana?"
"Di restoran pilihan aku."
"..................."
"Bukan masalah di mananya sih. I was always so happy. Karena Gio tuh, bisa inget gitu, lho. Dia bahkan save tanggal birthdayku di hpnya. Dan dulu aku pikir, dia baik banget."
"Dapat kado gitu, dari orangtua kamu?"
"Hah? Kado?"
Jeremy terlihat heran sejenak.
Helen merasa hatinya berdebar, merasa salah bicara. Ketika dia sudah bersiap untuk minta maaf, Jeremy tertawa.
"Kado? Dari orangtuaku? Paling transferan. Does it count?"
Helen sungguh terpukul mendengarnya.
Dia sedang main ke mansion Jeremy di suatu Minggu siang, dua minggu setelah malam yang berkesan itu.
Karena ulang tahun Jeremy sudah dekat, dia mengawali percakapan itu tadi dengan pembuka, "Birthday kamu kita bakal ngapain?"
Dan Helen terkejut ketika tahu, perayaan ulang tahun paling hebatnya adalah ditraktir makan oleh Gio.
Berbeda sekali dengannya.
Ulang tahun Helen selalu dirayakan, walau biasanya hanya acara makan keluarga. Tapi selalu diingat, disiapkan, dan direncanakan dengan hati-hati.
Semua akan memberinya kado yang istimewa atau mahal.
Bahkan Oma Anyelir akan datang dari Paris demi ulang tahun Helen. Oma Anyelir bisa saja tak pulang saat lebaran, tapi dia selalu pulang untuk ulang tahun cucu perempuannya yang punya penyakit jantung.
Percakapan ini membuat Helen menangis, membuat Jeremy panik, menyodorkan tissue, lalu berganti ke menghapus air mata Helen dengan jari-jarinya.
"Kenapa nangis, sih? Kamu jangan nakutin aku, ya, Len. Ada yang sakit?"
"Kamu kok.......kamu tuh kenapa sesedih ini, sih?"
"Duh. Harus jawab apa, ya? Aku juga bingung kenapa bisa gitu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Never Say Never
RomanceRebecca adalah mahasiswi paling cerdas di kampus. Pemenang berbagai penghargaan, ketua angkatan, dan dijuluki kampus queen. Populer, cantik dan smart. Pacarnya ganteng, sahabatnya juga keren. Tapi dunianya runtuh ketika dia tahu pacarnya selingkuh...