123. In Our Hearts

591 75 3
                                    

Rere menyusul Mami Gia--ibu mertuanya--ke kamar.

Saat Helen tiba, Mami sudah menangis tersedu-sedu di ranjang.

"Mami......" Rere memanggil.

Dia duduk di ranjang, membelai punggung mami.

"Mami gagal jadi ibu......anak mami dua-duanya berhubungan seks sebelum nikah......Mami gagal......"

"Nggak Mi........mami udah ngajarin yang bener sama anak-anak mami. Mereka buat kesalahan itu sendiri. Semua bukan salah mami."

Mami menangis pedih, dan Rere duduk di situ, menemani.

"Anak perempuan mami nggak bisa mami jaga, Re......"

"Sabar, Mi.......itu keputusan Helen......"

Mami duduk, bersandar di kepala ranjang. 

"Kamu juga......dulu kamu juga diminta Gio buat--"

"Mami. Gio nggak pernah maksa aku. Kita memang salah dulu, Mi, tapi kita salahnya berdua. Bukan cuma dia yang salah, aku juga salah......"

"Kenapa sih kalian semua nggak nikah dulu? Kenapa kalian biarkan nafsu menguasai kalian? Seks di luar nikah itu salah! Dosa! Dilarang agama!"

"Iya, Mi, kita salah. Maafin kita semua, ya, Mi? Setelah berusaha mengajarkan agama pada Gwen dan Richie, mulai sejak kita panggil ustadz di Oxford buat ngajarin mereka agama, aku dan Gio udah sholat taubat berkali-kali, Mi. Semoga Allah maafin dosa kita yang dulu-dulu, ya?"

Mami mengusap air matanya, mengangguk lemas. 

"Mami belum dinner, lho. Turun, yuk, Mi? Makan dulu?"

"Nggak. Mami lagi nggak lapar."

"Mi.....nanti sakit, lho. Nanti kembar nangis, kalau omanya sakit......"

"Mami.....lagi nggak pengen lihat Reddy......"

Sekecewa apa Mami dengan anak perempuannya, sampai dia yang biasanya paling sayang dengan Helen tak mau melihatnya?

"Ya udah, Rere bawain makanan ke sini, ya? Mami makan di sini?"

"Ajak kembar juga boleh?"

"Boleh. Makan di sini sama kembar, mau, Mi?"

"Mau. Sekalian, mami pengen tidur sama mereka di sini? Boleh?"

"Bolehlah, Mi. Masa nggak boleh?"

"Thank you, Re. Kamu menantu yang baik sekali."

Rere tersenyum, sebelum memanggil anak-anaknya untuk menemani omanya dan mengambilkan mertuanya itu makanan. 

********************************************

Setelah kembali kembali mansionnya, Jeremy menelepon Kinara. 

"Kin?"

"Ya, Boss?"

"Sanggup nyiapin nikahan seminggu, nggak?"

"Siapa yang mau nikah, Boss?"

"Saya. Sama Helen Ranggatama."

"HAH, SUMPAH, BOSS? INI BENERAN???"

"Iya, beneran," Jeremy tersenyum.

"Oke, seminggu. Hari apa? Sabtu? Minggu?"

"Minggu."

"Besok saya samperin calon Bu Boss saya."

"Kamu bakal bantu siapin semuanya?"

"Semua. Boss tinggal bilang maunya gimana. Biar saya yang urus. Eh, tapi sepertinya, kalau preparenya semendadak ini, jadinya a small wedding, Boss. Gimana?"

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang