Author's Note:
Ini emang timelinenya lagi agak maju mundur ya. Aku udah cerita kalo Rere thesis defensenya sukses. Terus mundur lagi ke masa sebelum thesis defense, abis gitu maju lagi.
Jangan bingung ya.
**********************************
Masuk kehamilan bulan keenam, Rere merasa badannya begitu berat. Mual dan sakit kepala masih datang silih berganti, walaupun sudah tak seberat dulu.
Di bulan itu, dia berjuang merampungkan tesisnya.
Ketika akhirnya diapprove dosen pembimbing dan dia mendapat tanggal untuk thesis defense, dia tiba-tiba menangis. Takut sakit di hari H, takut mual saat sidang. Takut tak bisa, takut tak lulus, dan lain-lain.
Gio memeluknya, mendoakan dia dapat nilai A.
Kegalauan hatinya itu tak berbekas di hari thesis defensenya.
Memakai setelan formal, membawa dua bayi kembarnya di perutnya yang sudah terlihat cukup besar, Rere melibas semua pertanyaan dosen penguji dan teman-temannya.
Gio tersenyum saat menontonnya. Rasanya, dia jatuh cinta lebih dalam.
Setelah selesai thesis defensenya, mereka makan siang di restoran Perancis. Tumben, Rere tak mual. Mungkin suntikan anti muntah dari dr. Stevie semanjur itu.
**********************************
Tak ada jadwal kuliah, tak ada tugas yang harus dikerjakan.
Kuliah S2-nya sudah selesai, memang hanya setahun saja. Itupun sebetulnya hanya efektif 9 bulan kuliah. Rere mengira, dia akan mati karena bosan setelah tak ada kuliah lagi.
Tapi ternyata tidak.
Dia banyak tidur. Tidurnya jadi lebih nyenyak.
Mungkin selama ini, tubuhnya yang sedang hamil anak kembar itu sebetulnya butuh istirahat lebih banyak, dan baru terbayar setelah dia lulus S2.
Seminggu setelah kuliahnya berakhir, Rere merasa lebih sehat.
Wisudanya akan berlangsung seminggu kemudian.
Suatu siang, dia tiba-tiba kangen Gio, dan tanpa bilang apa-apa, minta diantar Pak Chairul ke kantornya.
**********************************
Gio kaget sekali ketika dia pulang dari meeting siangnya dan menemukan Rere sedang selonjoran di sofa ruang kerjanya sambil membaca novel.
"Lho? Sayang? Kok nggak bilang mau ke sini?"
"Kalo bilang kan pasti nggak boleh. Atau kamu drama mau jemput."
"Jauh banget kamu ke sini, pasti capek."
"Nggak juga. Aku lagi sehat. Selesai kuliah, aku jadi lebih baik."
"Kayaknya bener ya, si kembar nggak seneng bundanya kuliah?"
"Sepertinya gitu."
Gio tersenyum, lalu bergerak memeluk Rere, yang berat badannya sudah naik 10 kg. Sudah chubby, lebih berisi saat dipeluk.
"Wow, aku disamperin istriku ke kantor," dia berkomentar takjub.
Rere membenamkan wajahnya di dada Gio, menghirup wanginya yang menenangkan.
"Kenapa ke London? Mau belanja sesuatu?"
"Nggak."
"Cari universitas buat PhD?"
"Bukan juga."
"Mau ke museum apa library?"
"No."
"Terus?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Never Say Never
RomanceRebecca adalah mahasiswi paling cerdas di kampus. Pemenang berbagai penghargaan, ketua angkatan, dan dijuluki kampus queen. Populer, cantik dan smart. Pacarnya ganteng, sahabatnya juga keren. Tapi dunianya runtuh ketika dia tahu pacarnya selingkuh...