99. Time Stops

1.1K 133 42
                                    

Tentunya kabar bahagia ini langsung Gio ceritakan ke keluarganya dan orangtua Rere. Semua sangat bahagia, sampai minta video call. 

Rere sendiri sudah tertidur, karena sakit kepalanya datang lagi. 

Bulan pertama itu--yang sebetulnya sudah minggu keempat, isinya sakit kepala. Terutama saat Rere kuliah. Dan rasa lelah yang mendera begitu hebat, seolah dia lelah hanya dengan bernapas dan berjalan, serta duduk mendengarkan dosennya bicara. 

Sakit kepalanya hanya hilang ketika dia rebahan dan menutup mata. 

Dia mahasiswa salah satu universitas terbaik di dunia. Dia tak ingin studinya berantakan. Tapi dia sadar, ada nyawa lain di dalam dirinya, dan nyawa ini datang karena keinginannya. 

Dia sendiri yang menawarkan pada Gio untuk hamil.

Rere tak mau benci pada anaknya sendiri. Kalau ada rasa benci, itu pada dirinya sendiri.

"Kenapa sih, Gi, aku kok lemah banget? Orang lain hamil biasa aja. Bisa tetep kuliah, bisa tetep kerja."

"Karena setiap kehamilan kan beda, Re. Jangan salahin diri kamu. Ikuti aja kebutuhan badan kamu."

Kalau Rere mengikuti dirinya, dia mau bergelung saja di ranjang seharian, dipeluk Gio. 

Ya. Entah karena bawaan bayi, rasa yang sejak dulu ada, atau memang karena dia sakit kepala terus, dia jadi clingy. Keberadaan Gio di dekatnya seperti kompres dingin di kening. 

Dia butuh ditenangkan. Didoakan. Dipegangi tangannya. Diusap punggungnya.

Setiap pagi, sebelum berangkat kuliah, Rere minta Gio mendoakannya. 

Gio akan mendoakannya sambil mengusap kepala dan wajahnya.

"Semoga kamu kuat kuliah hari ini. Semoga sakit kepalanya berkurang. Semoga mau makan. Kamu kuat, kamu sehat, kamu bisa."

"Makasih," Rere tersenyum lemah. Senyum itu menghias wajahnya yang akhir-akhir ini selalu ekstra pucat. 

Dia sering bicara pada anaknya, "Nak, ayo temenin Bunda kuliah. Kita udah didoain Ayah. Ayo, bantu Bunda kuat kuliah."

Tentu saja ada Chieko dan Helen, yang semakin setia menemani Rere. 

Gio bernegosiasi dengan Chieko, memintanya dengan amat sangat untuk resign dari cafe tempatnya bekerja, agar bisa lebih banyak menemani istrinya itu. 

Gio juga menawarkan uang saku, berkali lipat lebih tinggi dari gaji Chieko di cafe. 

Rere tahu, dan Rere sangat berterima kasih. 

Kini, setelah Chieko pulang kuliah dia akan menemani Rere di rumah. 

Ketika Helen sibuk dengan kursusnya, Chieko di rumah Rere. 

Chieko tak masalah dengan ini. Rere pun tak masalah Gio membayar Chieko. Karena Rere tahu, Chieko perlu uang saku dan membayar flatnya. 

Bahkan, Isabelle, pacar Chieko, juga sering ke rumah. Dia, Helen, Chieko dan Isabelle, lama-lama jadi geng berempat. 

**********************************

Cinta ada berbagai definisi. 

Cinta Gio pada Rere bertambah ketika melihatnya berusaha tetap tabah dengan masa hamil mudanya yang setiap hari diisi dengan sakit kepala. 

Rere selalu pucat dan selalu kesakitan. Dia tak berani minum obat sakit kepala, dan hanya minum vitamin dan susu kehamilan yang disarankan dokter, juga vitamin anti anemia. 

Setiap dia akan belajar di rumah, Rere menyemangati dirinya sendiri, "I can do this. I can do this."

Dia tetap berangkat kuliah setiap hari.

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang