98. Hello, March

513 105 24
                                    

Indomie, telur, daun bawang, dan cabai rawit frozen yang ajaibnya ada dijual di London, membuat Rere ekstra bahagia malam itu, walaupun tak ketemu kerupuk dan jadinya makan pakai keripik kentang. 

Satu jam setelah makan dia diseret ke ranjang lagi oleh Gio untuk ronde ketiga. Ronde keempat, seperti bisa diduga, di bathtub.

Ronde kelima subuh keesokan paginya. 

Untung sekali besoknya hari Sabtu, Rere tak harus kuliah. Karena rasanya dia tak sanggup berjalan. Tenaganya sungguh habis. 

Itupun dia masih diajak bercinta lagi di hari itu dan hari Minggunya.

"Aku kan abis puasa lama. Kangen banget lho aku sama kamu."

Dan Rere menyerah, pasrah mengikuti kemauan suaminya.

Sebagai balas budi karena sudah dituruti, Gio menyuapi Rere makan. Weekend baikan mereka ini dihabiskan di kamar. Rere belajar di tempat tidur dan Gio "membuka kantor" di sofa.

Intinya, sedang tak ingin berpisah walau sebentar saja. 

Senin pagi, Gio berkata pada Rere ketika dia sedang menyiapkan tasnya, "Nggak usah pulang ke London malam ini."

"Maksudnya?"

"Biar aku yang pulang ke Oxford."

Hati Rere bergetar.

"Serius, nih?"

"Iya. Aku udah merasa cukup dikejar sebulan."

Rere tersenyum lebar.

Dan Gio melihat, kini, setiap selesai sarapan, Rere meminum multivitamin penyubur rahim yang dia belikan. 

Dia juga tahu, belum pasti kapan Rere akan hamil. Tapi melihatnya mau berusaha, membuat Gio sangat bahagia. 

************************************************

Bulan Maret dimulai. 

Helen akhirnya pindah ke Oxford. 

Dia diantar Jeremy, bahkan dibantu menata kamarnya di Oxford oleh pacarnya itu. 

Di bandara, Gio berkata pada Helen, "Red, gue dan Rere udah baik-baik aja sekarang. Lo jangan marah sama dia, ya?"

Helen mengangguk, ikut lega. 

Ya, mungkin masih ada sedikit rasa kesal dalam diri Helen pada Rere, tapi dia bukan orang yang akan memulai konflik tanpa alasan jelas. Jadi Helen menempati kamarnya di bawah, dan Gio serta Rere di kamar mereka di lantai atas. 

Karena niat baik, Helen dan Rere bisa beradaptasi, dan dalam waktu singkat jadi teman serumah yang saling peduli. 

Helen juga memulai kursus drama dan menulisnya di Oxford, mulai mengenal teman-teman baru, sementara ada tiga pria masih menyimpan rasa padanya. 

***************************************

Aji patah hati. 

Dia tak bisa melihat Helen di kampus lagi.

Jeremy bisa mengunjungi Helen sebulan sekali karena dia memang punya hak. Dia memang pacarnya.

Tapi apa hak Aji? Dia tak punya cara lain.

Aji tak tahu apakah Helen benar akan tinggal empat tahun di UK seperti rencana semula, atau tidak. Namun rasanya ya, rencana itu akan benar-benar dilaksanakan.

Dan dia merasa tak sanggup hidup empat tahun tanpa melihat Helen. Karena itulah, dia berencana kuliah S2 di Oxford kelak. Kini, dia masih semester enam, dan tak tahu kapan dia bisa melihat Helen lagi. 

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang