Author's Note:
Masih angst. Yang kuat ya bacanya.
**********************************
Rere yang tiba-tiba datang untuk menginfiltrasi kantor Gio yang biasanya memberinya ketenangan bagi sang pemilik, kini sudah menyebar catatan dan textbooknya di atas meja kopi ruangan suaminya.
Rere sampai di situ jam 5 sore. Gio sudah mendiamkannya dua jam.
Jam tujuh malam, Gio kelaparan.
Tanpa bertanya pada Rere, Gio memesan kebab dari kios di pinggir jalan ke seorang karyawannya yang bernama Dita.
Rere pun tak bersuara.
Ketika makanannya datang, ternyata Rere juga dibelikan.
Mereka makan tanpa suara lagi. Ruangan itu benar-benar sunyi senyap sejak tadi.
Jam 9 malam, Gio membereskan barang-barangnya.
Melihat itu, Rere juga ikut membereskan barang-barangnya.
Berpamitan pada Dharma dan dua karyawannya yang lain, Gio pun berjalan pergi. Rere mengikuti dari belakang.
Tak ada lagi Gio yang selalu membantunya membawakan barang-barangnya lalu membukakan pintu mobil. Yang ada hanya Gio yang membuka kunci pintu mobil hanya untuk duduk di dalam lebih dulu, menunggu sampai Rere masuk setelah menaruh kopernya di kursi belakang, kemudian duduk di sebelahnya.
Lagi, mereka mengendarai mobil dalam diam yang absolut dan mencekam.
Jadi seperti ini Gio saat sedang marah. Dingin, tak berperasaan, dan terkesan kejam.
Namun Rere tahu, dia sendiri penyebabnya.
"I was drunk," Rere tiba-tiba berkata, memecah sunyi.
Gio tak bereaksi.
"When I did the truth or dare, when I kissed him, I was drunk. I had glasses of fruit punch. I didn't know there's whiskey in it."
Diam agak lama, sampai akhirnya mereka harus berhenti karena sebuah lampu merah.
"Gi," Rere memanggil. Memohon.
"Kamu ngarep aku bilang apa? Oke, Re, sure. Karena kamu mabuk, aku anggap semuanya nggak pernah terjadi. Semua beres di antara kita. Gitu, mau kamu?"
"Aku nggak bermaksud nyium dia, Gi!"
"Kenyataannya terjadi," balas Gio tajam.
Mereka diam lagi, sampai mereka tiba di parkiran apartemen Ranggatama di London. Rere menyeret sendiri kopernya setelah Gio mengunci mobil, lalu mereka masuk lift bersama.
Sampai di apartemen yang mewah dan elegan itu, Gio berkata, "Aku mau tidur sendiri di kamarku. Kamu terserah tidur di mana."
"Aku mau sama kamu."
"Nggak."
Gio masuk ke kamarnya, lalu mengunci pintunya.
Malam itu berlalu.
**********************************
Paginya, Rere memasak nasi goreng untuk mereka.
Gio hanya keluar dengan pakaian bekerja yang sudah rapi.
"Gi, aku masakin kamu nasi goreng."
"Makan aja sendiri."
Dan dia berangkat ke kantornya begitu saja, tanpa peduli bagaimana Rere berangkat ke kampusnya.
Rere sarapan sambil menghapusi air matanya yang turun. Dia kemudian memasukkan nasi goreng itu ke tempat makan yang ditemuinya di sana. Dia mengepak dua. Satu untuknya, satu untuk Chieko.

KAMU SEDANG MEMBACA
Never Say Never
RomantizmRebecca adalah mahasiswi paling cerdas di kampus. Pemenang berbagai penghargaan, ketua angkatan, dan dijuluki kampus queen. Populer, cantik dan smart. Pacarnya ganteng, sahabatnya juga keren. Tapi dunianya runtuh ketika dia tahu pacarnya selingkuh...