Keduanya sama-sama terdiam, mereka berdiri berhadapan. Sebagai musuh.
Saburo tersenyum miring,"Io-san,"katanya sinis,"Ternyata kita musuh sekarang ya..?"Riou mengeratkan genggaman tangannya pada senapan yang ada di tangannya, tatapannya menajam, menatap Saburo dengan tatapan tak suka.
"PULANG SEKARANG JUGA!!"bentak Riou kasar, tanpa peduli tatapan teman-temannya. Saburo tersenyum,"Tidak akan sampai aku- maksudku teman-temanku menang."
"PULANG SEKARANG JUGA!"teriak Riou sembari mencengkram kerah kemeja Saburo,"Disini terlalu berbahaya buatmu!"
"Aku tidak peduli!"sahut Saburo,"Tidak akan sampai kami menang!"
"SA-BU-RO BU-SU-JI-MA, PULANG!!"bentak Riou lagi, tatapannya khawatir walau nadanya marah. Riou menghela napas, sang terkasih akan menjadi bebal jika sedang dalam situasi seperti ini.
Pria itu menatap temannya,"Aku pulang sebentar, kalian tetap disini."ia lalu menyeret Saburo pulang, membanting pintu dan mengunci Saburo dari luar.
"RIOU!! Ah sialan!!"Saburo berusaha menggedor pintu itu,"Tidak Saburo,"kata Riou dibalik pintu,"Tidak akan, sampai kau mengerti."
Sesegera mungkin Riou kembali ke tempatnya semula, kembali ke barisan terdepan dalam penjagaan. Tanpa tahu akan sesuatu.
000
Saburo tersenyum tipis, Riou selalu ceroboh soal mengunci jendela. Anak itu keluar dari jendela dan kembali bergabung dengan teman-temannya yang sudah menunggu.
"Baiklah, ayo kita mulai!!"teriaknya keras, menyulut semangat teman-temannya yang sebagian sudah haus darah. Saburo terus memimpin pergerakan itu, meneriakkan kalimat penyemangat menggunakan speaker, memberikan kotak obat bagi yang terluka dan memberi air pada teman-temannya.
Satu demi satu lemparan gas air mata mulai menghujani mereka, mereka yang tidak memiliki persiapan, dengan mudah dihancurkan, namun tidak dengan Saburo dan teman-temannya, mereka sudah tahu soal kemungkinan bom itu. Yang mereka tidak tahu adalah salah satu dari bom itu adalah granat sungguhan.
Begitu pula Riou, pria itu tidak tahu kalau satu dari sekian banyaknya bom air mata yang dilemparkan, adalah sebuah granat sungguhan, yang tentu saja dapat menghabisi nyawa orang lain.
Pria itu menarik pin granat, kemudian melemparkannya kearah Saburo dan teman-temannya.
BLARRRR!!!
Suara ledakan itu membuat Riou dan teman-temannya terdiam, mereka membisu,"I-itu granat, 'kan?"tanya Kubiki memastikan. Riou mengangguk,"Perasaanku mendadak tidak enak."tameng dilemparkan kepada Kubiki yang berdiri paling dekat dengannya. Riou segera berlari secepatnya menuju tempat granatnya meledak, perasaannya mengatakan kalau ada sesuatu disana. Entah apa.
Manik biru laut membulat, Riou harus menghadapi kenyataan pahit kalau mayat dihadapannya ini adalah mayat kekasihnya sendiri. Saburo Busujima.
"SABURO!!!!"teriak pria itu sia-sia sembari memeluk tubuh Saburo yang hanya tersisa separuh.
END
Sebenernya ini terinspirasi dari demo menolak omnibus law, tapi disini 80% imajinasi ku, ini gak beneran kejadian kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Riou x Saburo
FanfictionHanya pelarian jika Ikiteiru mengalami writer block:'v