KLIK!!
Suara itu membuat Riou terdiam, lalu menatap kebawah kakinya. "Aku pikir aku menginjak ranjau." Kubiki yang hendak menghampirinya, langsung ditahan oleh Riou. "Tunggu dulu, hati-hati, sepertinya tidak hanya satu disini."
Kubiki menganggukkan kepalanya, kemudian berjalan dengan hati-hati kearah Riou. "Disini?" yang ditanya segera mengangguk. Secara hati-hati, Kubiki mengeruk tanah didekat kaki Riou untuk menemukan ranjau yang diinjak Riou. Sejenak, Kubiki membisu. "Blast Mine."
Iojaku yang berdiri tak jauh dari mereka ikut terdiam. Blast Mine adalah ranjau yang sangat berbahaya. "Kubiki, coba kamu re-pin ranjaunya!" perintah Iojaku dari jauh. Kubiki segera mengangguk. Pria itu mengeruk sedikit lebih dalam, mencari cara mengunci ulang ranjau tersebut. "Kubiki..., itu tidak akan bisa." Riou berkata sembari menatap Kubiki dengan senyum tipis. Kubiki mendongak, menatap Riou dengan tatapan tidak suka. "Seenggaknya coba dulu, sialan!"
"Itu, gak akan bisa..." Riou menatap Kubiki, kemudian tersenyum tipis. "Hei, aku senang karena kita selalu berada di dalam misi yang sama dan kita tetap satu kelompok..." pria itu menghela napas. "Aku juga senang menjadi sahabatmu, entah kamu menganggapku sahabat atau tidak tapi..., aku senang." Kubiki mendongak, memukul pelan kaki sahabatnya. "Diam kamu."
Riou tersenyum, lagi, namun kali ini lebih tulus. "Menjauhlah Kubiki..., tolong."
"A- tapi...,"
"Tolonglah..."
Kubiki segera bangkit, menatap Riou dengan tatapan tak percaya. "Bro-"
"Kalau ada suara ledakan, jangan menoleh ya," pesan Riou sembari mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Kubiki segera menjauh, menuruti permintaan sahabatnya. "Halo? Ah, Saburo..., bagaimana keadaanmu?"
Riou tersenyum tipis sembari mengangguk, membiarkan ocehan Saburo memanasi telinganya. Senyumannya mulai meluruh ketika pria itu sadar ia takkan mendengar ocehan itu lagi, untuk selamanya. Hatinya serasa ditusuk ratusan anak panah ketika ia membayangkan betapa hancurnya Saburo tanpa dirinya.
"Saburo..., tolong jaga anak kita ya, aku sayang padamu. Jangan sedih ya.."
Panggilan terputus, Riou menoleh untuk melihat apakah sahabatnya sudah berdiri cukup jauh dari dirinya. Senyum tulus kembali terbit, untuk yang terakhir kali bersamaan Riou menggeser kakinya, membiarkan ranjau itu meledakkan tubuhnya.
-000-
Suara ledakan itu sukses membuat Kubiki meneteskan air matanya. Pria itu berjalan menjauh, seolah tidak memiliki perasaan.
"Maaf Riou."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Riou x Saburo
FanfictionHanya pelarian jika Ikiteiru mengalami writer block:'v