Drabble 30

74 5 0
                                    

"Ah, baiklah, saya minta maaf,"kata Riou sebelum ia keluar dari ruang guru. Riou kemudian meraih tangan mungil Saburo dan menyeret anak itu pulang.

-000-

PLAKKK!!!

Tangan besar Riou telak melayang ke pipi putih Saburo. Pria itu menatap marah putranya,"KENAPA KAU BERBOHONG SOAL NILAI UJIANMU?!"bentak Riou sembari mencengkram kerah seragam gakuran milik Saburo. Saburo meringis pelan, sepercik darah keluar dari sudut bibirnya, dan pipinya terasa sangat perih sekarang.

"Ayah tidak pernah mengajarkanmu untuk berbohong seperti ini...!!"

Saburo menatap kosong sang Ayah yang menatapnya tajam,"Memangnya aku ingin melakukan ini? Tidak, Ayah!!"anak itu menepis tangan Ayahnya dan mundur beberapa langkah,"Ayah tidak pernah bangga dengan jati diriku!"

Ia terengah, pipinya terasa nyeri, begitu pula dengan dahinya yang terluka akibat hantaman dari Riou.

"Setiap kali- setiap kali aku memberitahu Ayah kalau aku mendapatkan nilai B, nada suara Ayah berubah drastis!! Ayah selalu saja mengurungku dan memaksaku belajar hingga kepalaku sakit, bahkan aku terkadang mimisan!!"teriak Saburo. Riou terdiam."Aku sampai berpikir, apakah aku harus mendapat nilai A agar AYAH MENGAKUIKU SEBAGAI ANAKMU?!"

"Saburo--!"

"AYAH MEMANG TIDAK PERNAH BANGGA DENGANKU!!"bentak Saburo sembari berlari keluar dari apartemen mereka sembari menangis.

Riou menatap kepergian Saburo dengan tatapan nanar, tangannya terulur sia-sia. Dengan perlahan, Riou menurunkan tangannya. Seharusnya ia tidak bersikap terlalu keras terhadap Saburo.

-000-

"Hiks...,"Saburo terisak, ia memeluk lututnya didepan sebuah minimarket. Tatapannya sayu,"Ayah tidak akan pernah bangga..., harusnya aku tahu itu...,"

Tetes demi tetes air hujan mulai membasahi kepala Saburo, namun ia membiarkannya, Saburo tidak ingin pulang. Toh, Ayahnya tidak akan peduli.

"Ayah tidak pernah bangga..., aku hanya beban bagi Ayahku...,"isak Saburo perlahan.

"Aku hanya beban..., hanya beban...,"

"Ayahmu bangga terhadapmu."sebuah payung menutupi kepala Saburo, menghindarinya dari tetesan hujan. Saburo mendongak, menatap tangan yang memayunginya, kemudian menatap orang itu.

"Ayah--?"Saburo segera menyeka air matanya secepat mungkin, ia kemudian mendecih pelan,"Aku tidak mau pulang.  Toh, aku hanya beban Ayah, 'kan? Ayah juga tidak pernah bangga padaku,"sambungnya dingin.

Riou melingkarkan sebelah tangannya ke bahu Saburo, kemudian menarik anak itu ke pelukannya,"Maaf- maafkan Ayah. Ini salah Ayah, maafkan Ayah. Ayah bangga padamu..., Ayah tidak akan mengulanginya lagi, Ayah janji."Riou menatap putra tunggalnya itu,"Hei, ayo kita pulang ya.., ayo kita rayakan soal nilaimu."

"...ya..., ayo kita pulang."

Oneshoot Riou x SaburoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang