"Maukah kau jadi milikku?"anggukan kecil sebagai jawaban, yang akan memulai kisah mereka kedepannya. Saburo membalas genggaman tangan pria itu, Riou yang mampu meluluhkan hatinya hingga pada akhirnya mereka menjalin kasih.
Tanpa tahu bagaimana kisah mereka ke depannya kelak. Entah akan putus ditengah jalan atau akan berlanjut hingga ke jenjang pernikahan. Saburo tersenyum, betapa ia bahagia ada Riou disisinya.
Senyuman itu hampir tidak pernah luntur, bahkan ketika mereka sepakat untuk tinggal bersama. Ia menatap Riou, tatapannya penuh rasa,"Riou-san!"yang dipanggil menoleh, tersenyum lembut kemudian mengusak surai jelaga sang gadis,"Ya? Ada apa, Sabu-chan?"Saburo menggeleng kecil, ia menyandarkan tubuh mungilnya pada tubuh besar sang kekasih,"Tidak ada!"ia menjawab, Saburo mendusal di sana, menikmati aroma tubuh pasangannya,"Hngh... pine dan mint... aku jadi mengantuk..."gumam si gadis lagi, Riou tertawa kecil mendengarnya,"Dasar bocah,"ia berkata lembut sembari mengelus surai jelaga sang gadis pujaan.
Tak boleh seorangpun memiliki Saburo selain dirinya.
Tak boleh seorangpun dekat dengan Saburo selain dirinya.
Siapapun.
Menikmati elusan lembut dari Riou, tak terasa manik hetero mulai memberat, Saburo memejamkan matanya, tertidur lelap dipelukan sang terkasih. Melihat ke sisinya, Riou tersenyum tatkala melihat Saburo-nya yang sudah tertidur lelap, pelukan itu berubah menjadi pelukan yang menyiratkan rasa possesive, bukan lagi pelukan penuh kasih juga sayang.
Diam-diam Riou memasang serigai, ia tak akan membiarkan Saburo dekat dengan siapapun termasuk kedua kakaknya. Ia meraih ponselnya, mengetikkan pesan pada seseorang, serigai berubah jadi senyum keji, ada hal buruk yang mungkin sedang ia rencanakan pada Saburo.
Pagi yang indah, burung-burung bertengger di pohon, bernyanyi dan berkicau menikmati suasana pagi yang hangat, juga nyaman. Riou mengecup dahi sang gadis dengan lembut,"Saburo,"ia memanggil Saburo-nya lembut,"Bangun, ini sudah pagi."kecupan kedua dan ketiga dilayangkan, sembari mencubiti pipi tembam si gadis dengan perasaan gemas. Saburo mengerang, merasa tidak nyaman akan perlakuan sang terkasih, manik hetero menyipit, mengerut sesaat sebelum membuka perlahan,"Hngh... apa?"ia bertanya dengan suara serak khas orang yang baru saja bangun. Riou tersenyum polos,"Udah pagi,"ia berkata, membuat Saburo mendengus,"Lalu?"
"Ayo bangun!"kecupan manis di bibir membuat kedua pipi Saburo memerah, ia mengusap wajahnya lalu menguap,"Iya iya, aku bangun kok."Saburo segera turun dari ranjangnya, yang ia tempati berdua bersama Riou. Sekalipun mereka tinggal serumah dan sekamar, Riou setuju untuk tidak menyentuh Saburo sama sekali sampai sebelum mereka menikah. Saburo segera pergi ke kamar mandi, mencuci wajahnya dan menyikat gigi, ia keluar setelah beberapa saat, dan saat ia keluar, ia disambut oleh aroma menggoda sebuah masakan dari orang yang sangat ia kenal, yaitu Riou.
Senyumnya merekah, dengan langkah cepat, ia berjalan ke ruang makan, duduk disalah satu kursi, tersenyum menatap Riou yang tengah memasak.
Ia menatap Riou dengan tatapan sayu,"Kamu masak apa?"ia bertanya, mendengar itu, Riou tertawa kecil,"Hm? Aku sedang membuatkan tamagoyaki udon untukmu, tak apa, 'kan?"Saburo mengangguk,"Tak apa,"Riou meletakkan semangkuk tamagoyaki udon yang masih mengepul,"Silahkan, ojou-sama."senyum tipis merekah di wajahnya, Saburo merengut,"Hei!"ia memprotes, sayangnya Riou hanya tertawa menanggapinya.
"Ne, nanti aku ada urusan,"kata Saburo setelah makan dan mencuci piringnya, Riou menaikkan sebelah alisnya,"Kemana?"Saburo terkekeh,"Ada urusan sebentar, tenang saja, aku bisa jaga diri,"Riou menangkup pipi si gadis, menunduk menatap manik hetero yang berkedip polos,"Boleh aku ikut?"Saburo menggeleng,"Privasi,"ia menjawab santai.
Riou merengut,"Baiklah,"katanya datar, Saburo tersenyum tipis,"Kalau aku sudah selesai, kau bisa menjemputku, kok,"mendengar itu, senyum kekanakan merekah di wajah Riou,"Benarkah?"Saburo mengangguk,"Tentu saja,"segera, Saburo mengganti pakaiannya, ia berjalan santai kearah pintu sembari mengikat rambutnya,"Aku pergi dulu, ya."ucapnya sembari memakai sepatu pantopel. Riou mengangguk,"Hati-hati."ia melambaikan tangannya ketika sang gadis pergi dari kediaman mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Riou x Saburo
Fiksi PenggemarHanya pelarian jika Ikiteiru mengalami writer block:'v