Saburo menatap foto di tangannya dengan tatapan nanar. Foto dimana Riou-nya dan Dice tengah bersantai bersama, bahkan hingga memperlihatkan tubuh naked masing-masing. Ia mendongak, menatap Riou yang terdiam dihadapannya,"Ri-Riou-san...,"
"Kamu...,"Saburo tidak sanggup melanjutkan, bibirnya seolah terasa kelu walau hanya untuk mengatakan beberapa hal.
Dirinya memang sudah sering mendengar selentingan kalau Riou berselingkuh dengan Dice dibelakangnya, namun Saburo menampik segala gosip itu, ia tetap percaya kalau Riou itu hanya setia kepadanya.
Kepercayaan itu kini punah ketika Saburo mendapat sebuah bukti konkrit di tangannya. Foto nude keduanya. Di sungai. Tertanggal kemarin saat Riou membuat alasan kalau pria itu tengah sibuk.
Saburo diam sejenak,"Tanggal pengambilan foto ini itu... kemarin."ia berkata dengan nada bergetar,"A-ah... aku cukup sadar diri kok,"lanjutnya perlahan, diiringi senyuman pahit yang seolah menggambarkan kehancuran seorang Saburo yang sebenarnya. Riou menatapnya khawatir,"He-hei... okelah... aku main sama Dice."pria itu seolah mencoba menjelaskan kebohongannya, nadanya khawatir, bercampur panik dan entah apa lagi,"Kita cuma seru-seruan di hutan."Saburo menunduk, ia tersenyum getir menahan segala hal yang ia rasakan saat ini. Ia hancur.
"Aku tahu... kamu bohong."ia berbisik perlahan, lirih juga tertahan. Seolah tidak rela mengeluarkan kata-kata itu, namun inilah kebenaran yang menyakitkan. Ia harus melepas Riou, mungkin? Entahlah, Saburo sendiri tidak tahu.
Hatinya yang tadi berbunga serta berwarna, kini berubah menjadi kelabu dan layu, seolah musim dingin muncul ditengah musim panas.
"Saburo.... aku minta maaf karena berbohong. Tapi... aku jujur soal kami cuma seru-seruan sebatas teman."Saburo mengalihkan pandang, menatap balkon yang entah mengapa saat ini eksistensinya jauh lebih ia hargai dibandingkan eksistensi Riou yang sedang memegangi kedua bahunya,"Lebih dari teman juga ngga apa."Saburo mendongak, ia kembali menatap Riou dengan mata berkaca-kaca seolah akan menagis, dan ia memang akan menangis jika tidak ada Riou dihadapannya saat ini. Bagi Saburo, kesalahan terbesarnya saat ini adalah tetap percaya dengan Riou.
Saburo kembali tersenyum, getir bercampur pahit,"...terima kasih untuk yang selama ini kita jalani bersama."ia tidak menepis maupun menggenggam tangan Riou, melainkan hanya mendongak dan menatap lurus mata pria itu, senyum pahit seolah menjadi hiasan untuk wajah manisnya saat ini. Riou segera menangkup pipinya dan menatap dalam manik dwi warna itu,"Hei hei... jangan bicara lagi!"pinta pria itu,"Hanya kau yang boleh punya status lebih dari teman untukku."
"Kau tahu kan... betapa kau bisa bebas pergi dengan siapapun tanpa perlu kuketahui secara detail. Tapi itu? Itu sudah sangat berlebihan!"Saburo akhirnya menepis tangan Riou dengan kasar, sakit bagi Riou, walau tidak sesakit hati Saburo saat ini. Riou berusaha menggenggam tangan mungil pasangannya yang selalu setia dengannya,"Oke... kuakui aku salah. Kau boleh marah denganku! Pukul saja aku! Tapi kumohon.... jangan tinggalkan aku...,"ia menunduk, terdengar nada penyesalan yang kentara dari setiap perkataan yang keluar dari bibirnya, membuat Saburo nyaris tertawa diatas kepahitan yang ada,"...maaf... maafkan aku."Saburo berbalik, ia memunggungi Riou lalu berjalan hendak keluar dari apartemen itu, meninggalkan Riou seorang diri.
'Egois? Iya, lalu apa? Mau menyalahkanku?'
"...kita...,"Saburo merasa sangat berat ketika mengatakan hal yang ingin ia utarakan, namun ia harus,"Berpisah saja."akhirnya, Saburo mengatakan hal itu, membuat Riou menahannya dengan cara memeluknya erat dari belakang,"Tidak... kau tidak mengatakannya dari hatimu, jangan pergi... kumohon."nada memelas itu seolah tidak mampu meluluhkan hati Saburo yang telah membeku hanya dalam waktu satu jam, ia menatap Riou dari balik bahunya,"Lepas... tolong."
"Kumohon Saburo.... jangan pergi... aku tidak ingin kau pergi. Jangan jadikan ini hukuman untukku kumohon...."Riou melepaskan pelukannya, namun ia menggenggam erat tangan mungil Saburo,"Le-pas-kan!"erang Saburo yang berusaha melepas genggaman Riou,"Ini sakit... lepaskan!!"pintanya dengan air mata berlinang, Riou kembali memeluknya, pria itu berkata,"Tidak... kumohon... aku tidak bisa melepaskanmu."
Saburo merosot hingga ia terduduk di lantai,"Lepas... tolong...,"pintanya lirih, sembari menjambaki surainya sendiri,"Aku akan tetap mengikatmu dalam hubungan ini,"sahut Riou sembari berjalan ke balkon dan memanjat pagar pembatasnya,"Aishiteru Saburo...,"kata pria itu sebelum menjatuhkan diri dari lantai 20 apartemen.
Melihat itu, Saburo kontan terdiam sebelum ia berteriak sekerasnya, tanpa berani bergerak dari posisinya.
--♡--
"Arghhhh!!!!"Saburo terbangun dengan peluh bercucuran, ia menatap sekitarnya sembari memijat pelipisnya sendiri,"Ugh...,"diliriknya foto dirinya bersama Riou, kemudian ia tertawa dengan pahitnya,"Bagaimana aku bisa lupa? Kan... aku ada disana saat kejadian itu...,"
Saburo berjalan kearah balkon itu, dua minggu berlalu semenjak ia menyaksikan Riou bunuh diri dihadapannya. Saburo bersandar pada pagar pembatas lalu menatap kosong langit malam Yokohama,"Ne, Riou-san."ia berbicara pada langit suram yang membisu,"Apa kabarmu, huh? Ah... aku rindu padamu,"bisik pria mungil itu,"Soal saat itu... aku minta maaf."
"Riou-san, aku semakin tidak tahan."Saburo memanjat pagar pembatas balkon itu, yang seolah memberitahu kalau pagar itu adalah pembatas antara kehidupan juga kematian yang terkadang dapat menjadi indah.
"Aku... tidak bisa tanpamu. Tunggu aku...,"entah bagaimana, Saburo seolah kehilangan kewarasannya sejenak, sebelum kewarasan itu kembali ketika ia sudah melayang bebas dari lantai 20 dengan air mata berurai,"Riou-san, aku ikut denganmu."
BRAK!!!
Tubuh mungil Saburo menghantam pelataran parkir, isi kepalanya tetap utuh, namun seluruh tulang belulangnya patah. Ia menatap langit diantara rasa sakit yang ia rasakan hingga ia bahkan tidak dapat merasakan tubuhnya sendiri.
Saburo melihat segumpalan asap yang akhirnya berubah menjadi orang yang ia kenal.
"I-io...,"
"Sst, tahan Saburo."Riou mengayunkan sabitnya, mencabut nyawa Saburo dari tubuhnya, terlihat pria itu berusaha menahan tangis ketika ia melihat orang kesayangannya, kini harus ia cabut nyawanya.
"Riou...,"Saburo memeluknya erat,"Akhirnya kita bertemu lagi... aku- aku berterima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Riou x Saburo
ФанфикHanya pelarian jika Ikiteiru mengalami writer block:'v