Saburo tertawa kencang, seolah tidak ada masalah apapun di hidupnya. Tapi itu hanyalah sebuah topeng.
Topeng yang akan dibuka Riou hanya ketika mereka tinggal berdua.
Topeng yang dipakai Saburo membuat Saburo seolah-olah tidak membutuhkan sosok Riou disisinya. Tetapi, hanya Riou yang tahu bagaimana Saburo tanpa topengnya.
-000-
"Tolong..." Saburo terisak lirih sembari memeluk erat tubuh Riou. "Jangan tinggalkan aku...," pintanya.
Riou mengusap lembut kepala Saburo, pria itu tersenyum tipis. "Sersan tidak akan meninggalkanmu," bisik Riou lembut. Isakan Saburo semakin menjadi-jadi.
Mata anak itu mulai membengkak karena terlalu banyak menangis.
"Jika aku tidak bisa meminta apapun..." Saburo berkata disela-sela isakannya. "Tolonglah, setidaknya tetaplah bersamaku..."
"Hanya kau yang aku punya..."
"Hanya kau alasanku tetap hidup...""Iya ... Sersan tidak akan meninggalkanmu, Sersan janji..." Riou terus membisikkan kalimat penenang kepada Saburo, pria itu tersenyum hangat sembari mengusap air mata Saburo. Saburo kembali terisak.
"Tetaplah disini..., jangan pergi..., jangan tinggalkan aku lagi, aku tidak mau tersakiti hanya karena itu..., tolonglah, kumohon..." Saburo terisak, terus memohon kepada Riou.
Sebenarnya saat ini Saburo tengah dalam kondisi 'tanpa topeng'. Tanpa topengnya, Saburo tidak akan mampu tersenyum, tertawa ataupun membuat lelucon remeh. Tanpa topengnya, Saburo hanya mampu menangis, memohon pada Riou untuk tidak meninggalkannya seorang diri. Tanpa topengnya, Saburo hanyalah pribadi yang kesepian dan hancur, yang butuh seseorang untuk bersamanya, yang membutuhkan teman cerita lebih dari sekadar teman berbagi lelucon bodoh.
Tanpa topengnya, Saburo membutuhkan seseorang untuk memeluknya, membisikkan kalimat penenang disela tangisannya, seseorang yang akan mengusap kepalanya lembut untuk menenangkannya, seseorang yang mau dipeluk, seseorang yang bisa dijadikan sebagai sandaran, tempat untuk pulang, tempat untuk berkeluh-kesah, seseorang seperti Riou.
Tanpa topengnya, Saburo tidak akan sekuat itu. Dirinya tidak akan mampu untuk tetap tersenyum dan tertawa walau perasaannya hancur, hatinya terluka, dan tubuhnya lelah.
Tetapi tanpa Riou, Saburo hanyalah sebuah manusia tanpa jiwa. Riou adalah segalanya, yang mampu membuatnya tersenyum dan tertawa dengan tulus tanpa paksaan, yang mampu menghapuskan air matanya sembari tersenyum hangat, seseorang yang mampu berkata kalau ia bangga memiliki Saburo.
Dan Saburo berterima-kasih atas itu.
Ia bersyukur sekali memiliki Riou disisinya."Hei." panggil Riou lembut. Saburo hanya diam, namun pria itu tahu kalau Saburo akan mendengarkannya. "Sersan tidak bisa selamanya seperti ini...,"
"..." Saburo hanya diam, menunggu. "Sersan tidak bisa hanya menjadi teman seperti ini, jadi...," Riou menghela napasnya perlahan. "Aku akan menikah."
"Hmn...," Saburo hanya berdeham lirih, perlahan berusaha lepas dari dekapan Riou.
"Dengan Saburo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Riou x Saburo
Fiksi PenggemarHanya pelarian jika Ikiteiru mengalami writer block:'v