File 88: Monokrom

131 8 0
                                    

"Tadaima..."gumam Riou sembari melepas sepatunya,ia menatap ke dalam apartemennya. Ransel besar yang ia bawa entah mengapa terasa semakin berat,ia tidak tahu apa alasannya. Ia berjalan masuk, berharap mendapat sambutan, namun tak ada seorang pun yang menyambutnya,baik Saburo,maupun putranya,Ryoichi.

Lembaran foto hitam putih,aku coba ingat lagi warna bajumu kala itu.

Riou meletakkan ranselnya di sofa,ia memutuskan untuk melihat-lihat foto -sebagian adalah digital art- yang terpajang disetiap sudut ruangan apartemennya. Ia mengambil salah satu pigura foto yang terlihat cukup indah,sebuah foto dimana dua insan manusia tengah bersantai bersama,saling menempel didalam kantung tidur,saling menghangatkan satu dengan yang lain. Sebuah kisah kecil menyeruak di foto itu,sebuah kenangan kecil,

"Riou-san!"Saburo menatap Riou yang tengah menggelar kantung tidur, yang dipanggil menoleh,menatap Saburo dengan tatapan lembut. Saburo tersenyum manis,lalu masuk ke kantung tidur itu bahkan ketika Riou belum selesai merapikannya,"Aku kedinginan,"kata Saburo tanpa ditanya,"Tapi aku malas menggunakan jaketmu. Tebal,berat lagi."Riou terkekeh kecil,"Begitukah, ojou-sama?"pertanyaannya membuat Saburo mengerucutkan bibirnya,"Ojou-sama janaii!"omelnya tak terima,membuat Riou tertawa kecil,"Hai hai,ayo kita tidur."ia turut masuk ke kantung tidur yang sama, memeluk Saburo erat,kemudian tertidur bersama sang bocah. Namun ia tahu Saburo tidak segera tidur, melainkan diam-diam memotret kebersamaan mereka berdua.

Kenangan itu membuat Riou tersenyum penuh kepedihan,ia sangat merindukan Saburo. Sangat,ia bahkan tidak ingat berapa kali kedua temannya mengenalkannya pada orang lain,hanya untuk mengalihkan pikirannya dari Saburo. Ia mengusap foto itu,senyum pedih terbit di wajahnya. Ia merindukan bungsu Yamada itu.

Kali pertama manusia lain memelukku.

Riou menatap foto disebelahnya, netra ocean blue menyendu,melihat foto dimana ia diam-diam memotret Saburo yang tengah tertidur sembari memeluknya erat,wajah polos tanpa dosa yang manis,wajah marah yang tetap terkesan polos,wajah yang selalu memerah kala ia menggodanya, wajah seorang Yamada Saburo.

"Ayo kita tidur,"ajak Saburo. Riou menatap sang bocah,"Ini baru jam sembilan,Saburo. Aku masih belum mengantuk."tolaknya hati-hati, membuat Saburo memanyunkan bibirnya,"Lagipula aku sedang ada pekerjaan."

"Kan bisa kau kerjakan besok! Pokoknya aku mau,kau menemaniku tidur!"omel Saburo sembari berkacak pinggang,Riou menggelengkan kepalanya,"Kau benar-benar ya,"ia merentangkan tangannya lalu berbaring di ranjang,"Kemarilah,ou-sama."panggil Riou setengah meledek,membuat pipi Saburo memerah dan segera memeluknya erat,"Oyasumi!"teriak si bocah semangat,sebelum memejamkan mata dan tertidur. Membuat Riou menjadi gemas sendiri dan akhirnya diam-diam memotret kemesraan yang manis itu,setengah berharap itu akan terjadi selamanya.

Ia menghela napas berat,tatapannya menyendu,ia mengusap foto itu, seolah menyingkirkan debu yang ada. Ia tidak berharap banyak,sebenarnya. Ia hanya berharap Saburo kembali ke pelukannya dan menjalani hidup bersama,bahagia dan memiliki keluarga kecil.

Astaga,tolonglah,aku hanya ingin bahagia bersama keluarga kecilku!

Isi hati Riou terasa sangat sederhana, juga tulus,tetapi juga sulit dikabulkan,entah mengapa. Padahal ia hanya ingin memiliki keluarga kecil yang bahagia,dimana ia sebagai ayah dan Saburo sebagai ibu. Apa susahnya? Hanya itu permintaannya!

Lembaran foto hitam putih,aku coba ingat lagi warna bajumu kala itu.

Sebuah foto lain mengalihkan atensi si pemilik netra ocean blue. Foto dimana ia dan sang bungsu tengah bermain ke pantai,memakan es krim dan pisang cokelat beku,dimana ia dengan usilnya mencolek pipi Saburo dengan es krim yang ia makan, membuat anak itu memanyunkan bibirnya,cemberut.

Oneshoot Riou x SaburoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang