"Eh?"Riou menunduk ketika ia tidak sengaja menyenggol sesuatu. Mantel hitam yang ia pakai menyapu lantai, topi kerucut khas penyihir, dan cara berpakaiannya cukup untuk memberitahu identitasnya.
Ia adalah penyihir.
"Ya ampun...,"gumamnya sembari berjongkok, menatap anak kecil yang terbaring lemah membelakanginya, dengan pakaian compang-camping dan luka yang terlihat mengkhawatirkan. Pria itu mendesah pelan, khawatir akan keadaan anak yang ia temukan. Dengan perlahan dan hati-hati, ia mengangkat dan menggendong anak itu, menutupinya dengan mantel hitamnya, dan berjalan menjauhi gang sempit itu.
-000-
Dengan hati-hati, ia bersihkan dan balut setiap luka di tubuh mungil anak itu. Kemudian, ia menyelimuti anak itu dan membiarkannya tidur. Riou menatap lembut anak itu,"Nasibmu buruk sekali..., tapi tidak, mulai sekarang, aku yang akan merubah nasibmu untukmu, aku bersumpah diatas darahku sendiri,kata Riou sembari melukai ujung jarinya dan mengoleskan darahnya di leher anak itu.
Dua hari lebih anak itu tidak sadarkan diri di kediaman Riou di atas bukit. Namun, saat Riou tengah membuat makan malam, anak itu keluar dari kamarnya.
"Dimana aku?"tanyanya lirih sembari menatap punggung lebar Riou. Riou menoleh dan tersenyum lembut, namun pipinya sedikit memerah ketika ia melihat anak yang ia temukan, bangun dan keluar kamar dalam keadaan tanpa busana.
Pria itu segera melepas kemeja atasnya dan menyampirkannya di bahu kecil Saburo,"Kamu di rumahku,"katanya sembari mengancingkan kemeja yang dipakaikannya,"Omong-omong, namamu siapa?"tanya Riou lembut. Anak itu mengerjap polos,"Aku- tidak tahu. Aku tidak punya nama...,"bisiknya lemah dengan suara serak,"Aku hanya ingat aku disiksa, lalu dijual, setelah itu aku di-aku tidak tahu, yang pasti bokongku sakit, dan..., aku diperlakukan seperti itu beberapa kali dan aku berakhir di gang."
Manik biru Riou membulat ketika mendengar kisah dari anak yang ia temukan,"...baiklah, mulai saat ini, namamu adalah Saburo."
"Ah, tampaknya besok pagi aku harus ke desa,"kata Riou lagi sembari menatap Saburo,"Aku harus membelikanmu pakaian. Tapi sebelum itu...,"sebuah gelas melayang mendekati Riou, pria itu meraih gelas itu dan memberikannya pada Saburo,"Minum dulu."
Saburo langsung menyambar air yang disodorkan Riou dan meminumnya hingga habis, membuat Riou trenyuh melihatnya. Pria itu tersenyum lembut,"Ayo makan dulu, sudah dua hari kamu belum makan ataupun minum,"ajaknya lembut. Saburo langsung mengangguk.
Saat makan, Saburo berubah bak singa lapar. Ia menyambar semua hidangan, memakannya dengan rakus dan berantakan. Riou hanya tersenyum, ia dapat memaklumi sifat Saburo yang muncul saat itu. Tampaknya, Riou tahu kalau anak itu sudah satu minggu penuh tidak makan apapun.
Tangan besarnya bergerak lembut ke kepala Saburo, dielusnya surai jelaga Saburo dengan penuh kasih,"Mulai sekarang, tinggallah bersamaku. Aku akan memenuhi semua kebutuhanmu, dan mengajarimu banyak hal."
-000-
Sepuluh tahun berlalu, kini Saburo kecil sudah tumbuh dewasa dan mewarisi semua kemampuan Riou. Anak itu menatap Riou sembari memanyunkan bibirnya,"Tuh kan, pulang luka lagi...,"
Riou hanya tersenyum kecil,"Maaf,"ucapnya singkat sembari melepas jubahnya. Saburo menatapnya tajam sembari memegang kotak yang berisi peralatan kesehatan,"Kalau kau pulang dalam keadaan terluka lagi, kau gak usah pulang!"ancam Saburo. Riou menaikkan sebelah alisnya,"Tapi ini rumahku."
Saburo terdiam, kemudian menunduk perlahan,"Kalau begitu aku yang menghilang!"
"Tidak bisa begitu,"sahut Riou sembari menarik tangan kanan Saburo dan memasangkan sebuah cincin disana,"Kini kau adalah milikku seutuhnya, kau tidak bisa pergi begitu saja!"
"Cara melamar macam apa ini, RIOU!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Riou x Saburo
FanfictionHanya pelarian jika Ikiteiru mengalami writer block:'v