"Aku akan memanggil orang tuamu,"kata Rosho sembari menggenggam ponselnya. Saburo hanya bisa menunduk, obat penenang diatas meja sang guru seolah menarik atensinya.
"...ya, Pak."Saburo menyahut dengan nada kecil, sekujur tubuhnya terasa sakit. Terkhusus punggungnya.
Tadi pagi ia menerima beberapa cambukan dari sang Ayah dengan alasan demi kebaikannya.
Saburo menggigit bibirnya perlahan, ia tetap menunduk dalam hingga Rosho memintanya keluar.
-000-
Sang Ayah datang, terlihat sekali sedang dalam kondisi emosi.
Saburo hanya menunduk di lorong, ia ingin segalanya selesai dengan cepat.
PLAKKK!!!
Tubuh mungilnya mengejang, Saburo mendongak. Pipinya terasa sangat perih.
Ayahnya memang tidak pernah mengira-ngira jika harus menamparnya.
"KAU!"bentak Riou keras, pria itu mencengkram dagu Saburo dengan sangat keras,"PERCUMA AKU MEMBESARKANMU! AKU MELAKUKAN SEMUA INI DEMI KEBAIKANMU, BODOH!"
Saburo hanya dapat menatap kosong, ia bahkan tidak mampu menangis lagi. Semuanya seolah tertahan begitu saja.
Wajah pucat dengan kantung mata yang semakin menghitam, seolah dianggap candaan oleh Riou. Selama sang Putra dapat bergerak, anggapnya adalah Saburo baik-baik saja.
"Maaf...,"bisik Saburo lirih.
PLAKKK!!!
Satu tamparan lagi sebagai jawaban permintaan maaf Saburo.
"DIAM!"bentak Riou lagi.
"Pikirmu,"ia melepas cengkeraman dagu sang Putra, namun ia menempelkan kedua jarinya di batang tenggorok Saburo.
"Kau bisa melawanku?"
"Kkghh...,"Saburo mulai tersedak napasnya sendiri.
"Aku melakukan segalanya demi kebaikanmu! Pernahkah kau pandang itu? Anggapmu semua yang kulakukan ini apa? Untukku? TIDAK! Ini untuk kebaikanmu!"
Wajah Saburo mulai membiru, ia hanya dapat diam, tidak mampu berkata apapun.
"Hentikan!"sang Guru keluar dari ruangannya, Rosho kemudian berusaha membujuk Riou.
"Sudahlah tuan, ayo kita bicarakan di ruang guru."Rosho meminta dengan nada selembut mungkin, membuat Riou menghela napas kasar sebelum akhirnya melepaskan anaknya.
-000-
Saburo terjatuh dalam posisi duduk, tatapannya kosong, seolah tak ada jiwa didalamnya.
'Hahaha...,'ia tertawa dalam hatinya.
Sejurus kemudian, ia bangkit berdiri, Saburo berbalik, anak itu menatap pagar pembatas dihadapannya,'Lantai 5 ya...,'
Ia memanjat dengan sisa kekuatannya.
Sembari berteriak dengan suara lirih dan lemah, ia meloncat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Riou x Saburo
FanficHanya pelarian jika Ikiteiru mengalami writer block:'v