Drabble 34

78 7 0
                                    

"Mat, lo ada lihat Riou ngga?" tanya Jyuto sembari membuka pintu mobilnya. Samatoki menggeleng."Nggak, gue ga lihat."

"Aneh, itu anak kemana ya? Semenjak kematian Saburo..." gumam Jyuto sembari memijat pelan pelipisnya, kepalanya mendadak pusing. Samatoki mendecih pelan."Riou ada cerita sesuatu ngga?"

Jyuto menggeleng."Nggak ada, dia ga ada cerita soal apapun. Ke elo juga ga ada dong berarti? Sialan, kita harus gimana?" Samatoki menaikkan sebelah alisnya."Ayo cari bocah hutan itu ke hutan!" ajaknya sembari masuk ke mobil Jyuto.

Jyuto menggeleng, kembali masuk ke mobilnya."Ngga ada di hutan. Gue udah cari ke hutan tadi."

"Pelabuhan?" tanya Samatoki sembari menyalakan rokoknya dan menghisapnya. Jyuto melirik pria itu."Belum gue cari ke pelabuhan."

"Kita ke pelabuhan. Cepat."

-000-

Riou berdiri diatas sebuah crane, surai jingganya berkibar perlahan, tatapan pria itu kosong. Ia menunduk, abai pada air hujan yang mulai membasahinya.  Pria itu menatap ketinggian yang berada dibawah kakinya. Satu tetes air mata menetes dari manik birunya.

"Oi oi oi!! Manusia sialan!!" panggil Samatoki, seolah abai pada tetesan air hujan yang semakin deras, pria itu berjalan mendekati Riou, tanpa memakai payung atau semacamnya."Lo ngapain disini? Bukannya lo harusnya di hutan ya?"

"Ah." Riou menoleh."Samatoki, Jyuto." pria itu sama sekali tidak tersenyum, berbeda dengan Riou yang biasanya murah senyum pada kedua sahabatnya."Riou!" panggil Jyuto yang baru keluar dari mobilnya.

"Lo ngapain disini?" tanya Jyuto sembari menyeka kacamatanya yang berembun akibat air hujan. Riou kembali menatap lurus deretan kontainer yang berada disekitar mereka, pria itu menunduk sejenak.

"Ga apa-apa."

"Lo jadi aneh! Tahu gak sih, semenjak kematian Saburo, lo jadi aneh! Biasanya lo biasa aja ngehadapin kematian orang. Tapi kenapa sama bocah itu lo-" Samatoki tidak mampu melanjutkan omongannya. Jyuto menghela napas."Riou, gue tahu, berat banget rasanya ngelepasin bocah itu, tapi lo harus, Ri. Lo ga bisa gini."

Riou hanya diam, sepenuhnya abai pada kedua sahabatnya.

"Lo denger gak sih?!" bentak Samatoki.

"Aku..." Riou memulai."Aku udah bunuh Saburo, aku menghabisinya dengan tanganku sendiri, didepan mataku." pria itu menatap kosong ke bawah, seolah sebentar lagi ia akan pergi dengan cara yang tidak baik.

Entahlah, mungkin melompat?

"Lo gak salah! Samatoki menyahut."Lo dalam pengaruh hypnosismic waktu itu!"

"TETAP SAJA!" bentak Riou membalas ucapan Samatoki."Tetap saja aku yang membunuhnya. Dia...," Riou menghela napas berat."Cinta pertamaku, orang yang sanggup menghadapi ketidakpekaanku terhadap perasaannya, dan aku membunuhnya? Aku- aku pembunuh..."

"ITU GAK SEPENUHNYA SALAH LO!!" Jyuto menyahut, setengah berteriak agar Riou mampu mendengarnya."PELAKUNYA UDAH GUE TANGKAP KEMARIN!"

Riou menatap kedua tangannya yang berbalut sarung tangan setengah jari."Aku yang menghabisinya." langkah kakinya semakin dekat ke ujung crane."Aku harus menebusnya, walau aku hanya akan berakhir di neraka, tidak apa."

"Lo gak mikir, Saburo bakal gimana? Lo pikir dia bakal tenang lihat lo kayak gini?" cerca Samatoki. Riou hanya diam, sepenuhnya abai.

Samatoki dan Jyuto saling bertatapan, mereka berbicara lewat tatapan mereka. Keduanya tahu, waktu mereka semakin sempit.

Jyuto mengangguk, diikuti dengan Samatoki.

Keduanya berlari kearah Riou, memeluk kedua lengan pria itu dan menahannya agar tidak melompat dari atas crane."Le- pas!" pinta Riou lirih, sembari meronta pelan.

Samatoki menggeleng cepat."Engga bakal!"
"Ayo pulang!" sahut Jyuto sembari menarik Riou mundur dari atas tempat itu.

Tatapan Riou sejenak berubah, ketika ia melihat siluet Saburo yang berdiri dihadapannya."Saburo...," gumam pria itu pelan. Membuat Jyuto dan Samatoki langsung melonggarkan tarikan mereka.

"Saburo, maaf..." bisik Riou lirih.

Saburo tersenyum hangat, ia mengusap pipi Riou dengan lembut."Hei," panggilnya."Tetaplah hidup, aku gak mau lihat kamu kayak gini. Tolonglah," pinta Saburo lembut.

"Ini bukan salahmu, Io."

Saburo menatap Samatoki dan Jyuto, ia tersenyum lembut."Tolong, tolong jaga Riou untukku," pintanya sebelum ia menghilang dari pandangan mereka bertiga.

"Lo udah denger, kan?" tanya Samatoki. Riou mengangguk perlahan."Iya."

"Ya udah, ayo pulang!!"

Keduanya kembali menyeret Riou untuk turun dari atas crane itu dan pulang ke kediaman mereka bertiga.

"Kalian...," Riou memulai ketika mobil Jyuto bergerak menjauhi pelabuhan."Makasih ya."

DOR!!!

"RIOU!!!" teriak Jyuto ketika ia melirik Riou yang menembak dirinya sendiri hingga tewas seketika.

Oneshoot Riou x SaburoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang