angsty:')

47 3 0
                                    

"Riou … apa kabar?" tanya Saburo lembut sembari duduk di tepi brangkar tempat Riou berada. Yang ditanya hanya tersenyum tipis.

"Aku … baik, bagaimana denganmu?" Pertanyaan Riou hanya dijawab dengan senyum tipis.

Riou menghela napas. "Saburo…"

"Menyerahlah atas perasaanmu padaku," pinta Saburo lirih. "Kita tidak bisa.."

"Tapi aku masih ingin memperjuangkanmu." Riou menyahut sembari menatap Saburo. Yang ditatap hanya tersenyum pahit.

"Kita tidak bisa.."

"Kenapa? Kenapa tidak?" tanya Riou sembari menatap wajah pucat Saburo dengan tatapan tidak percaya. "Aku mencintaimu, lebih dari apapun, tapi kenapa-?"

"Karena kita berbeda," sahut Saburo lirih. Kemudian secara perlahan menundukkan kepalanya. "Kamu … kamu pantasnya dengan Kubiki, bukan aku."

Sekali lagi, Riou menghela berat. "Aku hanya mencintaimu, Saburo."

Saburo yang saat ini berada di hadapannya, entah kenapa, terasa jauh untuknya. Sulit ia gapai. Rematan pada selimut ia pererat.

"Saburo … aku hanya mencintaimu, apapun yang terjadi, hanya kamu satu-satunya yang aku cintai."

"Aku sudah mengkhianati kalian, terkhusus kamu, Riou..." lirih Saburo, "pikirmu, siapa yang memimpin pengeboman markas navy? Siapa?" tanya Saburo. "Aku, Riou. Aku pelakunya."

Riou terdiam membisu. Ia tak percaya akan perkataan Saburo. "Tidak mungkin … Saburo, kau-"

"Ya, memang."

"T-tidak, pasti ini ulah Chuuoku!" seru Riou tak terima. Saburo terdiam.

"Ulah Iojaku..." bisiknya lirih, nyaris tak terdengar. Pria itu bangkit, kemudian tersenyum tipis sembari merapikan jas Chuuoku-nya. "Riou … maaf mengecewakanmu."

Senyum Riou perlahan menghilang.

"Iojaku.." lirih pria itu. Tangan Saburo yang hendak membuka pintu kini terhenti.

"Apa maksudmu?"tanya Saburo.

Riou tertawa hambar."Iojaku membuat laporan palsu soal Navy yang mengacau, hingga Chuuoku yang sedari awal ingin membubarkan Navy, kini memiliki alasan untuk melakukannya. Kan?"

"Benar," sahut Saburo lirih,"dan kau tahu apa hukuman yang pantas untuk pelakunya?" Saburo meraih magnum yang ia simpaj di balik saku jasnya. "Maaf Riou, atas segalanya."

Suara tembakan yang diikuti dengan tubuh Saburo yang perlahan jatuh ke lantai, membuat pupil mata Riou mengecil dan dirinya membeku. "Sa-Saburo.." lirihnya.

"Ini bukan salahmu.."
"Ini salahku.."
"Aku yang meminta Iojaku.."

Riou mengambil magnum yang tergeletak di tepi brangkarnya. "Pelaku sesungguhnya adalah aku, bukan kamu ataupun Iojaku.."

Pria itu memejamkan matanya. "Maka dari itu, aku ikut denganmu."

Suara tembakan kedua terdengar, diikuti senyuman yang terbit dari bilah bibir Riou.

"Tunggu  ..."

Oneshoot Riou x SaburoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang