Drabble 28

68 2 0
                                    

PLAKKKK!!!

"Dasar istri tidak berguna!!" bentak Riou kepada Saburo yang tengah mengusap pipinya yang panas dan memerah. Wanita itu hanya bisa menunduk, pipinya terasa sakit, begitu pula hatinya. Luka hatinya bertambah, lagi.

"Maaf...," gumam Saburo lirih. Riou menatapnya tajam. "Bahkan untuk memasak makanan kesukaanku pun kau tidak bisa?! Lalu apa gunanya aku menikahimu? Kau hanya jadi pemuas nafsuku, begitu?" Saburo semakin tertunduk, perkataan Riou sukses membuatnya hancur lagi.

"Maaf," gumam Saburo lagi.

Riou meraih surai jelaga sang istri, dan memaksanya mendongak, menatap sayu manik tajam milik Riou."Maaf? Kau pikir maaf saja cukup?! HAH?!"

Surai itu dilepaskan dengan sedikit sentakan, membuat kepala Saburo yang sudah pusing, sukses menghantam dinding dibelakangnya,"Akh-"

"Sudahlah, aku lelah." Riou berkata sembari berlalu ke kamar, meninggalkan Saburo yang bersandar lemah pada dinding bercat dusty blue dibelakangnya.

"Hah-" Saburo menatap langit-langit ruang tamunya dengan tatapan kosong. Ia mendengar suara pintu yang dibuka, dan ditutup lagi, kali ini dengan lembut. Pasti putranya.

"Mama...," panggil Ryo lembut, Saburo langsung menoleh dan menyeka air matanya, ia berdeham beberapa kali. "Ada apa, Ryo?" Ryo menatap sang ibu dengan tatapan sedih,"Mama gapapa?"

"Mama ga apa kok, Ryo." sebuah selimut meluncur dari tangan Ryo, Saburo segera memakainya dan tersenyum lembut,"Ryo kok belum tidur?" Ryo menggeleng. "Ryo ga bisa tidur, Ma. Papa baru pulang ya? Papa marah lagi ke Mama?" senyum Saburo meluruh, ia mengalihkan pandang menatap tembok dengan foto pernikahan mereka sebagai hiasan.

Foto dimana Saburo berdiri dengan Riou yang memeluknya. Ia dengan gaun pengantin yang indah dan Riou dengan seragam resmi navy nya, tersenyum bahagia satu sama lain.

"Ah-ha-ha ... Mama ga apa kok Ryo." wanita itu berusaha bangkit, Ryo segera membantunya bangkit dan memeluk sang Ibu. "Mama ... Ryo ga mau Mama diginiin Papa terus..."

"Ryo tidur ya, besok sekolah, 'kan?" tanya Saburo, sengaja mengalihkan pembicaraan. Ryo mengangguk. "Kalau gitu, Ryo tidur ya Mama. Selamat tidur."

"Selamat tidur, Ryo." Saburo menyahut sembari tersenyum hangat, abai pada rasa nyeri di pipinya. Setelah Ryo masuk dan menutup pintunya, Saburo langsung jatuh terduduk dan memeluk erat lututnya, tangisannya keluar tanpa ia tahan sama sekali. Wanita itu sudah lelah hanya untuk sekedar berkata ia baik-baik saja.

-000-

Pagi pun tiba, kali ini Riou membentaknya lagi hanya karena ia lupa membuatkan kopi untuk Riou. Sebenarnya Saburo tidak lupa sih, hanya saja wanita itu sedang sibuk menyediakan sarapan dan menyediakan kebutuhan putranya disaat yang bersamaan.

Tepat didepan mata Ryo, Riou kembali menampar Saburo dan memukul perutnya dengan keras. Pria itu menoleh pada Ryo. "Ryo, dengarkan Papa, ini lah yang akan terjadi pada istri yang tidak berbakti pada suaminya. Kau paham?" Ryo mau tidak mau hanya bisa mengangguk sembari menunduk.

'Mama...,'

Riou kembali menendang perut Saburo hingga wanita itu terpental ke dinding dan pingsan seketika.

"Hah, dasar."

-000-

Bukan hanya itu, bukan sekali itu. Hampir setiap hari Saburo menerima kekerasan dari suaminya. Tidak hanya secara fisik, pria itu juga menyerangnya dengan omongan.

Oneshoot Riou x SaburoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang