Riou menatap dingin pada pria yang berlutut dengan tangan terikat itu. Sedikitpun tak ada belas kasihan di binar matanya. Pria itu seolah tidak peduli pada Saburo yang berlutut, dengan tangan terikat dan tubuh babak belur. "Hukum mati dia." Riou berkata dengan tegas, sukses membuat setetes air mata keluar dari pelupuk mata Saburo.
"Tapi Ayah-!"
Sebuah tamparan melayang ke wajah Saburo. Asalnya dari pengawal yang menahannya. Riou tersenyum penuh kesinisan. "Aku bukan Ayah dari putra seorang jalang. Paham?" hati Saburo seolah tertusuk setelah mendengarkan perkataan Ayahnya. Ibunya adalah orang yang dicintai Riou dengan sepenuh hati, tapi mengapa dirinya-
-Tidak mendapat hak sebagai putra mahkota?
"Atas dasar kejahatan paling berat, yaitu percobaan pembunuhan kepada putra mahkota," kata Riou dengan nada tegas. "Maka, kau, Saburo Busujima, dengan ini aku mencabut margamu dan menghukummu dengan hukuman gantung!"
Air mata yang mengalir di pipi Saburo kini semakin deras. Ayahnya, Ayah yang ia sayangi sepenuh hati, dengan kejam memerintahkan pengawal keluarga mereka untuk menghukumnya dengan hukuman gantung. Entah untuk apa Saburo hidup selama ini. Tidak sedikitpun Riou mau memberikan senyum untuknya, sedikitpun Riou tak pernah bangga atas keberadaannya.
Saburo menoleh, menatap sang Ibu dengan tatapan memohon. Namun entah sudah diperdaya atau takut akan kekuasaan Riou, Ibunya langsung membuang muka ketika mata mereka bertemu. Hati Saburo semakin hancur ketika menyadari Ibunya sendiri tak mampu menolongnya.
"Ayo, ikut kami!" bentak pengawal yang memegang tangannya. "Pembunuh sepertimu harus dihukum mati!"
-000-
Saburo terpekur, seorang diri di selnya yang sempit, pengap dan bau. Ia menatap tangan dan kakinya yang diborgol. Helaan napas ia keluarkan secara perlahan, air matanya sudah mengering dan ia sudah tak mampu untuk sekadar menangis lagi.
"Ayah...," gumamnya lirih. Rasa sakit di tubuhnya ia abaikan. Pria itu hanya berfokus pada pikirannya hingga dirinya tak menyadari langkah kaki beberapa prajurit dan suara pintu selnya yang terbuka.
Saburo mendongak, menatap para prajurit berwajah dingin itu dengan tatapan kosong. Suaranya sudah hampir habis akibat teriakan kesakitannya yang sepanjang hari ia lantunkan. Salah satu dari mereka, kemudian menarik Saburo dan memaksanya berdiri, membuat Saburo meringis kesakitan.
Ia kemudian dibawa ke alun-alun kota, disana, tiang gantungnya sudah selesai. Saburo kemudian dibiarkan jatuh terduduk, sejenak, ia melihat seseorang berjalan kearahnya dan menaikkan dagunya. Itu adalah Ichiro.
"Kau tahu Saburo, kaulah yang asli."
Senyum penuh arti dari Ichiro membuat Saburo tertegun. Kemudian tersenyum tipis.
"Aku tahu."
Dua orang pengawal kemudian menyeretnya naik ke atas panggung. Dihadapan Riou dan semua orang di kota, Ichiro melingkarkan tali itu ke leher Saburo. Senyumnya penuh dengan kesinisan.
"Selamat tinggal, Putra Mahkota. Kini tahta jatuh ke tanganku."
Bagian bawah dari tempat Saburo berpijak, kemudian terbuka, membiarkan Saburo meronta-ronta kehabisan napas diatas tiang gantungnya.
-000-
"Yang Mulia, Yang Mulia!" dengan tergesa, Kubiki menaiki podium dimana Riou dan sang Ratu berada. Riou menoleh, menatap Kubiki dengan tatapan datar. "Katakan."
Kubiki mengangguk, setelah pria itu berhasil mengatur napasnya, Kubiki kemudian berkata, "Yang Mulia, Putra Mahkota adalah orang asing. Dia bukan Putra kandung anda."
Riou tersentak. "Apa maksudmu?"
"Itu..." Kubiki menunjuk tiang gantungan, juga Saburo yang dilempari batu oleh rakyat di kota itu. "Itu adalah Putra Mahkota yang asli." Riou tertegun sejenak, kemudian menggelengkan kepalanya. "Apa buktinya?"
Pria yang ditanya langsung mengeluarkan sebuah amplop. "Ini adalah surat hasil tes DNA milik Saburo, Tuan. Menurut surat ini, anda adalah Ayahnya." Riou langsung merampas surat itu dan membukanya dengan paksa, kemudian membacanya sejenak.
"Kau..." Riou menoleh, menatap sang istri yang tampak jelas sedang menahan tangis. "Kenapa tidak pernah bilang?" tanyanya. Sang istri menoleh, menatap Riou dengan air mata berlinang. "Karena..., setiap kali aku menyinggung soal Saburo, kau marah. Kau meledak." isakan lirih keluar dari bibir wanita cantik itu. "Kau mengatainya anak pelacur..., berarti aku adalah pelacur itu, Riou..."
Sang Raja terdiam.
"Hentikan eksekusi Putra Mahkota!!" seru Riou sembari bangkit dari tempatnya. Ichiro terdiam, dirinya ketahuan.
Segera, lemparan batu, dan teriakan penuh caci maki terhenti dari mulut manusia-manusia keji yang berada di alun-alun tersebut. Riou segera berlari turun, kemudian naik ke panggung tempat Saburo digantung dan langsung melepaskannya.
"Dia adalah Putra Mahkota yang sesungguhnya." Riou melemparkan surat hasil tes DNA yang ia dapat dari Kubiki ke pengawal terpercayanya. Orang itu langsung membacanya, sementara Ichiro langsung ditangkap.
"Saburo- hei, Saburo!!" panggil Riou sembari memompa jantung Saburo. "Saburo, bangun! Hei, ini tidak lucu!" sembari memompa dada Saburo, ia memerintahkan pengawalnya untuk menggantung Ichiro sebagai ganti atas Saburo.
Sayang sekali, Riou terlambat.
Putranya sudah mati.
"A-" Riou terdiam.
Sial, ia bodoh sekali.
-000-
Pada hari pemakaman Saburo, Riou hanya diam dengan kepala tertunduk. Disebelahnya, ada istrinya yang menangis tersedu didepan mayat Putra mereka.
"Dengan ini, aku mengumumkan kematian Putra Mahkota," kata sang pembaca pesan. "Putra Mahkota yang selama ini hanya diam menerima siksaan dari kita semua hingga akhir hayatnya, kini telah berpulang. Semoga Tuhan mengampuni semua dosanya dan memberikan tempat yang terbaik."
Riou merasa bodoh.
Dan memang ia bodoh karena tidak menyadari yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Riou x Saburo
Fiksi PenggemarHanya pelarian jika Ikiteiru mengalami writer block:'v