Drabble egen

66 4 0
                                    

Saburo melangkahkan kakinya cepat, bekal Riou ternyata tertinggal tadi karena tampaknya pria itu buru-buru pergi. Senyumnya merekah ketika ia melihat pintu ruang kerja Riou.

"Io, aku mengantar bekal-"

Saburo terdiam, kemudian mundur secara perlahan, sembari menghela napasnya. Tangannya bergetar, beruntung ia memiliki kontrol diri yang baik. Apa yang ia lihat, membuat dirinya sakit hati, setelah semuanya? Yang benar saja...

Ia menggigit bibirnya, berusaha bersikap tegar, sebelum melangkahkan kakinya kembali ke meja resepsionis. "Tolong, titip bekal untuk Busujima-san, ya." Saburo berkata sembari menunduk, ia kemudian melangkahkan kakinya pergi tanpa memedulikan panggilan dari Irina.

Selama di perjalanan, Saburo hanya menunduk, ia menangis terisak, tak lagi sanggup menyembunyikan rasa sakit hati yang ia rasakan. Secercah kepercayaan yang tersisa kini hilang, begitu saja, seperti rasa pedulinya terhadap Riou.

Saburo masuk ke rumah mereka, ia membanting pintunya, seolah tak peduli jika tetangga sebelah merasa terganggu. Ia merosot, terduduk di lantai yang dingin dan keras. "Riou..."

Isakannya pecah, Saburo menangis tersedu di lantai apartemen mereka.

-000-

Ciuman dilepas ketika Riou mendengar suara ketukan pintu, dengan segera, ia merapikan jas yang ia pakai dan membuka pintu. "Ya?" Irina langsung memberikan bekal yang dititipkan Saburo. "Bekal anda..., tuan." Irina menatap Riou dengan tatapan menyelidik, atensinya beralih kepada leher Riou yang dipenuhi bekas lipstik. "Titipan dari istri anda." Irina berkata cepat, kemudian meninggalkan ruangan itu secepatnya.

Riou menatap bekal di tangannya, tatapannya beralih kepada Ichijiku yang sedang merapikan kemejanya yang super ketat. "Sayangku," panggilnya, Ichijiku menoleh, lalu tersenyum. "Yes?" wanita itu melangkahkan kakinya, mendekati Riou dan memberikan sebuah kecup hangat. "Bekalmu? Padahal aku saja sudah cukup untuk makan siangmu."

"Ah ya, dari istriku. Cih, aku tidak mencintainya lagi, dia sudah berubah. Dia tak semanis dulu, juga sangat cerewet," keluh Riou, pria itu kembali menatap Ichijiku, sebelum menarik pinggang wanitanya dan mendekatkannya ke tubuhnya. "Tapi aku memilikimu kok."

"Ya, daddy."

-000-

Isakan Saburo pecah begitu saja, air matanya terus menetes, tanpa berhenti. Sakit, hatinya sangat sakit, setelah semua yang ia lalui dengan Riou? Pria itu seenaknya mencampakkannya begitu saja? Demi sang sekretaris baru?

Setelah semua hinaan, cercaan dan lainnya, yang dilayangkan oleh keluarga Riou? Pria itu seenaknya membuangnya? Ia tak bisa, Saburo tak bisa begini terus. Saburo menghela napasnya, menariknya dalam-dalam dan memasang senyum terbaiknya, ia segera membereskan semua pakaiannya yang tersisa, merapikan rumah mereka, lalu tersenyum tipis. Saburo baru saja akan keluar ketika ia tanpa sengaja menabrak dada Riou.

"Eh? Saburo? Apa yang kau lakukan?" tanya Riou, tampaknya tak tahu kalau kebusukannya sudah terbongkar. Saburo mendongak, menatap Riou dalam diam, lalu tersenyum dan menggeleng. "Aku ingin pulang. Kita udah gak bisa lanjut lagi."

"Apa maksudmu?" tanya Riou terkejut. "Ichijiku, kau baru saja melakukan 'itu' dengan wanita itu kan?" pertanyaan balik dari Saburo telak menusuk Riou, membuat pria itu terdiam.

"Diam berarti iya." Saburo menyeret kopernya. "Semoga kalian berdua bahagia." ia melepas cincinnya, kemudian meletakkannya diatas telapak tangan Riou, lalu pergi begitu saja.

"Saburo, tunggu-!!" awalnya Riou ingin menghentikan sang istri, namun ketika ia melihat bahu Saburo yang terus bergetar, Riou tak jadi melakukannya, dan membiarkan sang istri pergi begitu saja.

"Sigh..., ya sudahlah." Riou menghela napasnya perlahan, kemudian menutup pintunya, ia lalu beranjak ke kamarnya, melepas dasinya dan menggenggam ponselnya, tampaknya pria itu akan menelepon Ichijiku. Pria itu mengalihkan atensinya ke kamar yang kini kosong, tak ada barang-barang yang ditinggalkan Saburo, selain sebuah amplop besar dari sebuah rumah-sakit ternama di Yokohama. "Eh?"

Riou memungut amplop itu, kemudian membukanya. Ia menemukan sebuah kertas hasil test USG, dan sebuah testpack, pria itu terdiam. Sang istri yang ia khianati, yang ia buang hanya demi Ichijiku, saat ini sedang hamil anak yang dirinya dambakan sejak lama.

"Saburo...," lututnya terasa lemas, pria itu hampir tak mampu berdiri ketika ia menghadapi sebuah kenyataan dimana ia mengkhianati istrinya yang paling setia dan menyayanginya sepenuh hati, juga saat ini tengah hamil anak lelaki yang ia dambakan sedari dulu.

Riou sadar ia harus melakukan sesuatu. Ponselnya kembali ia nyatakan, segera ia meminta putus dengan Ichijiku dan mencoba menghubungi sang istri, namun apa daya, tampaknya kali ini Riou harus berusaha lebih keras lagi.

Ketika ia sedang berada di mobil, ponselnya bergetar, Riou segera membukanya, berharap itu berasal dari sang istri, namun tidak, itu berasal dari ayah mertuanya, yang mengabari kalau Saburo saat ini berada di rumah sakit.

-000-

Dengan keadaan acak-acakan, Riou berjalan dengan langkah lebar. "Saburo- mana..., mana istriku...?!" nadanya meninggi, Rei menatapnya rendah. "Didalam sana, sedang berjuang setelah kecelakaan yang terjadi satu jam lalu."

"Ah-" lutut Riou kembali terasa lemas, kali ini ia tak mampu menahan bobotnya sendiri, pria itu jatuh terduduk di lantai rumah sakit dengan tatapan kosong. Jauh didalam hati kecilnya, ia berdoa agar Tuhan berbaik hati untuk menyelamatkan nyawa sang istri tercinta.

Satu demi satu tetes air mata mengalir bebas di pipi putihnya, Riou membekap mulutnya, berusaha menahan isakan yang akan meledak sebentar lagi. Pria itu terus memohon agar ia diberikan kesempatan kedua. Namun, tampaknya Tuhan ingin menghukumnya dengan cara mengambil Saburo.

Ya, sang istri tak selamat, begitu pula bayi lelaki yang berada didalam rahim sang istri. Perkataan Jakurai beberapa menit yang lalu membuat Riou terpaku, pria itu segera bangkit, kemudian berusaha merangsek masuk ke ruang IGD tempat Saburo sedang berbaring tak bernyawa.

"SABURO!! TIDAK!!! KATAKAN INI HANYA CANDAAN, SABURO!!!!" teriakan Riou menggema sia-sia di lorong rumah sakit, ketika ia melihat mayat Saburo sedang dibawa ke kamar mayat.

"SABURO!!!!!"

Oneshoot Riou x SaburoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang