Bab 78
Sera tertidur.
Kemudian, dia perpikir, kenapa dia bisa menangis hingga tertidur di samping Raja Deon Chu? Mungkin karena bau desinfektan di tubuh pria itu, yang membuatnya merasa nyaman.
Ketika terbangun keesokan harinya, tubuhnya merasa penuh energi.
Sera menatap Raja Deon Chu, perlahan melepaskan tangannya dan berkata dengan malu, "Pagi!"
"Kau meneteskan air liur saat tidur semalam hingga mengotori lengan bajuku," kata Raja Deon Chu dengan acuh tak acuh.
"Maaf!" Sera tidak menyangka dia melakukan itu saat tidur dan dia merasa malu.
Raja Deon Chu menutup matanya.
Sera bangkit. Bima Tang dan Ryan Xu tidak ada di sana, tetapi air untuk mencuci muka sudah disiapkan. Dia hanya berkumur, mencuci muka, menyisir rambutnya, kemudian membuka pintu. Dayang Merry sedang berjaga di luar, melihat Sera keluar, Dayang Merry membungkuk dan berkata, "Selir, Kaisar Tertinggi berpesan agar kau segera pergi ke istana untuk merawat penyakitnya."
"Bolehkah aku mengobati luka Raja Deon Chu terlebih dahulu?" Sera bertanya.
"Tabib istana akan menanganinya."
"Tapi......"
Dayang Merry tersenyum dan berkata, "Sebenarnya ucapan Kaisar Tertinggi adalah seperti ini, bajingan kecil itu tidak akan mati, ada tabib istana, suruh Sera segera datang ke sini."
Sera harus pergi dan berkata pada Raja Deon Chu, "Aku harus pergi ke istana, ingatlah ketika tabib istana datang untuk merawat lukamu, jangan tidak sabar, lukanya harus dibersihkan dan diobati."
Raja Deon Chu mengerutkan alisnya, "Sejak kapan aku tidak sabar? Pergi sana, jangan bawel."
Kakek dan cucu ini sama-sama tidak menghormati dokter.
Pada jaman ini, seorang dokter tidak dihormati sama sekali.
Ketika tiba di Istana Qian Kun, Raja Qi dan Michele sudah menunggu di luar.
Ketika Raja Qi melihatnya, dia bertanya, "Bagaimana kabar Kak Deon?"
"Tidak apa-apa," jawab Sera. Dia menatap Michele yang menatapnya dengan penuh kebencian.
Sera mengabaikannya dan berjalan masuk bersama Dayang Merry. Namun, dia bisa bersbisik pada Dayang Merry, "Mengapa mereka tidak masuk?"
Dayang Merry berkata dengan datar, "Hanya Raja Qi yang diizinkan masuk. Namun Selir Qi sangat berbakti, dia menunggu perintah Kaisar Tertinggi di luar."
"Ternyata begitu." Sera tidak tahu apa yang telah terjadi, tetapi itu bukan urusannya.
Sebelum memasuki aula, mereka mendengar teriakan marah Kaisar Tertinggi, "Bawa keluar! Apa itu? Minum ini terus menerus, apa gunanya hidup? Lebih baik mati."
Kasim Chang berkata, "Kaisar Tertinggi, tidak boleh berbicara sembarangan."
Sera berjalan mendekat dan berkata, "Apa yang harus diminum? Bisakah aku mencobanya?"
Melihat Sera datang, Kasim Chang merasa lega, "Syukurlah, Selir Chu sudah datang."
Lucky yang berbaring di tempat tidur, juga mengangkat kepalanya dan menggonggong dua kali pada Sera.
Sera mengambil mangkuk obat sambil tersenyum, lalu menyesapnya dan berkata, "Ada licorice, tidak pahit, malah agak manis."
Dia menatap Kaisar Tertinggi yang tampak lebih kurus, wajahnya pucat dan tirus.
Sekarang dia menatap Sera dengan tidak sabar. Sebenarnya, Raja Deon Chu sangat mirip dengan Kaisar Tertinggi. Dia pikir Raja Deon Chu akan sejelek dia ketika tua nanti.
"Aku tidak percaya, coba minum lagi, obat ini sangat pahit," kata Kaisar Tertinggi.
Sera menyesap lagi, "Tidak pahit!"
"Coba minum lagi!" Kata Kaisar Tertinggi dengan licik.
Sera duduk, mengambil sendok dan mengaduknya dengan lembut, lalu menyuapinya dan berkata dengan tegas, "Mau minum obat atau disuntik?" Ingin menjebaknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
selir medis penguasa langit (By Juni) (BOOK1)
AventureSaat seorang dokter profesor jenius berkelana menebus waktu menjadi selir Raja Chu, dia bertemu dengan seseorang yang terluka parah. Dia berusaha menyelamatkannya tetapi berakhir dengan hampir dijebloskan ke penjara. ketika kakek tertinggi sakit k...