“Apa yang terjadi setelahnya?” Tanya Shinobu yang terlihat masih penasaran.
Morgan hanya bisa diam selagi menghisap rokoknya itu, “Aku tak dapat memiliki pandangan yang sama dengan Ayahku sendiri.”
“Terkadang kau tidak selalu mengikuti jejak seseorang, bahkan jika orang itu merupakan seseorang penting dalam kehidupanmu sendiri.”
“Ambisinya terhadap yang maha kuasa, untuk bisa membuktikan apakah ada yang lebih berkuasa di atas Zangges.”
“Berbeda denganku, segala bukti yang selalu diperlihatkan oleh Ayahku kepada semua orang, bukan hanya diriku saja.”
“Karena Ayahku merupakan seorang pendeta maka dia dipercayai sebagai seorang Manusia pilihan Zangges karena kesetiaan dan loyalitas yang dia miliki terhadap sembahannya itu.”
“Dia benar-benar memanfaatkan itu demi bisa memberitahu kebenaran kepada seseorang yang telah menaruh segala kepercayaannya pada dirinya.”
Shinobu memegang dagunya sendiri, “Karena Manusia memiliki pemikiran yang cukup kental terhadap utusan bukan?”
“Atau mungkin bisa aku sebut sebagai pilihan atau anak dari yang maha kuasa.”
“Murphy dilihat seperti itu oleh mereka?”
“Ya, dia memanfaatkan mereka demi bisa menggali kebenaran yang maha kuasa sampai kasus terhadap hilangnya orang-orang seperti mereka disalahkan kepada pendeta lain dimana iman mereka sangatlah kecil.”
Cara bermain Murphy cukup rapi bagi Shinobu sampai ia memang melakukan semua itu demi bisa membuktikan sesosok maha kuasa yang asli.
“Bagaimana denganmu?” Tanya Shinobu.
“Ingatan yang terkandung dalam The Syndrome milikku tak memperlihatkan dirimu terlibat dengan kepercayaan terhadap Zangges atau semacamnya.”
“Kau tidak pernah ada di sana untuk menyaksikannya, bahkan setelah The Syndrome melanda Graham.”
“Itu karena aku tidak pernah mempercayai sedikit pun terhadap eksistensi yang maha kuasa.”
“Anggap saja aku adalah Manusia ateis pertama yang memang sudah tahu bahwa Zangges bukanlah sesosok maha kuasa.”
“Tidak ada.”
“Yang ada hanyalah kekuasaan pegangan.”
Shinobu tersenyum serius, “Cukup klasik bagiku, Morgan.”
“Aku memilih langkahan itu dengan suatu alasan.” Jawab Morgan.
...
...
Morgan sudah tumbuh menjadi pemuda yang cerdas dan berpikiran terbuka, tetapi ada satu hal yang tidak bisa dia terima dari semua ajaran ayahnya yaitu pandangan tentang sesosok yang maha kuasa.
Meskipun Murphy telah mencoba memberinya dasar pemahaman yang kuat, Morgan tetap merasa skeptis dan sulit untuk mempercayai eksistensi atau keberadaan yang maha kuasa.
Pada suatu hari, setelah tahun-tahun perdebatan dan diskusi, pertikaian pandangan ini mencapai titik kritis dimana Murphy tak menyangka Morgan memiliki pemikiran yang sangat bercabang.
Mereka duduk berhadapan di ruang keluarga, suasana penuh ketegangan. Murphy mencoba lagi untuk menjelaskan pandangannya dengan penuh sabar, tetapi Morgan tetap bersikap keras kepala.
Organa tidak ada di sana untuk menyaksikan karena ia sedang sibuk mengurusi hal lain seperti penyakit The Syndrome yang sudah menyebar semenjak kematian dari Graham.
“Ayah,” kata Morgan dengan nada tegas.
“Aku tidak bisa mempercayai hal itu.”
“Aku melihat dunia ini sebagai tempat yang sangat acak dan penuh dengan ketidakpastian.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasySetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...