Shinobu terdiam, mata terbelalak dalam kebingungan dan juga keterkejutan. Kata-katanya serasa terjebak di tenggorokannya, sulit untuk melanjutkan atau menangkap betapa besar implikasi dari kata-kata Korrina.
"Reinkarnasi dari Ibu...?" bisik Shinobu, seolah mencoba untuk memproses informasi yang begitu mendalam.
Korrina mengangguk dengan penuh pemahaman atas reaksi Shinobu. "Iya, Shinobu. Kou adalah reinkarnasi dari ibumu dalam kehidupan sebelumnya sebagai Stella Schneiderlin."
"Hah... Hah... Hah..." Serangan panik Shinobu langsung melanda kembali dirinya itu hingga pernafasannya bisa dibilang tak stabil.
Gideon menyadari akan hal itu sampai ia melihat Korrina yang ingin membantu dirinya, tetapi dia langsung menghentikannya karena hal itu harus dibiarkan terjadi.
Shinobu menyentuh kepalanya sendiri sampai ia langsung memasang ekspresi yang terlihat sedih seketika sampai ia mulai merasa seperti dirinya dalam kehidupan sebelumnya.
Penglihatan pada kedua matanya itu mulai buram, sangat buram hingga ia terasa seperti ditarik ke suatu sudut pandang yang bukan miliknya sendiri.
Sesaat setelah pergantian sudut pandang, Shinobu merasakan perubahan yang sangat mendalam.
Seolah-olah ia kembali terperangkap dalam kejadian masa lalu yang menjadi fondasi keberadaannya di dalam kehidupan awal.
Cahaya remang-remang menyoroti ruangan kecil, menciptakan atmosfer yang sarat emosi.
Stella, bayi kecil yang rapuh dan tak berdaya, terletak di pangkuan Claudia yaitu Ibunya.
Claudia, tampak lemah dan pucat, tetapi matanya tetap penuh kasih sayang saat memandangi bayinya.
Gideon, suaminya, duduk di sisi ranjang, menatap keduanya dengan ekspresi campuran antara kebahagiaan dan kekhawatiran.
Shinobu, dalam bentuk Stella, merasa tak berdaya, seperti sebuah pengamat tak terlihat dalam momen yang penuh keintiman ini.
Meski baru lahir, Claudia tahu dengan jelas bahwa putrinya itu akan menjadi sesosok Manusia yang sangat pintar untuk memungkinkannya memahami kompleksitas situasi ini.
Claudia mencoba tersenyum lembut saat menggendong Stella. "Stella Schneiderlin... itu adalah namanya, Gideon."
"Nama yang cocok untuk gadis... yang bisa menghentikan perang The Syndrome War dengan penyakit yang sudah ia idap sejak lahir."
"Anakku, kau adalah cahaya dalam hidup kami semua."
"Aku bersyukur dapat melihat wajahmu, meski kondisiku mungkin tidak memungkinkan kita untuk bersama selama waktu yang lama."
Gideon meletakkan tangannya di bahu Claudia dengan lembut, memberikan dukungan yang tak terucapkan. "Kau telah memberikan kita keajaiban, Claudia."
"Stella adalah anugerah terindah dalam hidup kita."
Shinobu, meski dalam wujud bayi, merasa bergetar oleh gelombang emosi. Ia menyadari bahwa kelahirannya membawa kebahagiaan dan juga duka pada kedua orang tuanya.
Mereka berusaha menikmati setiap momen bersama, meski bayang-bayang ketidakpastian selalu mengintai.
Beberapa hari kemudian, keadaan Claudia semakin memburuk. Gideon duduk di samping ranjang, memegang tangan istrinya dengan penuh kasih sayang.
Stella, yang tak dapat melakukan banyak hal sebagai bayi, meresapi kehangatan keluarganya.
Claudia tersenyum lemah. "Gideon, cintaku, aku tahu bahwa waktu kita bersama terbatas."
"Aku ingin kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu, dan Stella."
Gideon menelan ludah, mencoba menahan air mata. "Aku juga mencintaimu, Claudia. Kita akan menjalani semua ini bersama-sama."
Shinobu, melalui perspektif Stella, merasakan aura kesedihan dan kekuatan di sekitarnya.
Dia menyadari bahwa kehidupan Claudia hampir mencapai akhirnya, dan ini merupakan pengalaman yang mengubahkan.
Malam itu, di pelukan Gideon, Claudia menghembuskan nafas terakhirnya. Gideon menangis dengan penuh kesedihan, kehilangan sosok yang dicintainya.
Stella, meski belum dapat memahami sepenuhnya, merasakan kekosongan yang mendalam dalam keluarganya.
Pada pagi hari setelah pemakaman Claudia, Gideon duduk di kursi goyah di ruang keluarga, memeluk Stella dengan lembut. "Kita harus melanjutkan hidup, anakku."
"Walaupun aku memanfaatkan Claudia demi kelahiran dirimu, setidaknya dialah satu-satunya Manusia yang tak memanfaatkan kelebihan diriku."
"Keguguran dirinya... memang sudah menjadi bayaran besar yang telah ia terima seadanya."
"Aku tahu dengan pasti bahwa dia memang melalukan ini agar dapat menghentikan peperangan yang sedang terjadi."
"Claudia akan selalu menjadi bagian dari hati kita."
Mata Stella memandang Gideon dengan ketenangan yang aneh, seolah mencoba memberikan kekuatan padanya.
Dalam momen itu, Shinobu merasakan gelombang empati yang tak terbatas. Meskipun kini berada dalam wujud bayi, The Mind-nya tetap menjadi saksi sejarah keluarga yang berduka dan tumbuh bersama dalam kehangatan cinta.
...
...
Shinobu mengontrol pernafasannya sendiri sampai ingatan yang terkunci dalam pikirannya itu mulai terbuka kembali sampai mengisi suatu kejanggalan yang tak pasti.
"Aku ingin memberinya kesempatan untuk hidup kembali, meskipun ternyata The Mind masih memintanya untuk menjalani kisah yang sulit ini." Ucap Korrina.
"Bisa dibilang kebenaran yang aku berikan pada Kou justru memicu jiwa dari Claudia untuk menerima reinkarnasi ke dalam dirinya."
"Dan setelahnya dia tidak pernah mengeluh tentang apapun itu sampai ia menjalani kehidupan dengan normal."
"Awalnya aku merasa janggal soal itu, tetapi seiring waktu berjalan aku langsung mengetahui siapa sebenarnya putriku ini."
Gideon dan Shinobu saling pandang, merasakan beban kebenaran yang tak terelakkan.
Korrina melanjutkan ceritanya dengan suara lembut, menyusuri kenangan pahit yang tersembunyi di balik senyuman dan kebahagiaan keluarganya.
"Tapi... seingat diriku ini, dia memang mengakui itu padaku."
"Aku tentunya merasa campur aduk. Aku merasa terhormat dan bersedih sekaligus. Tapi, inilah nasib keluarga kami."
"Claudia yang berada dalam tubuh Kou meminta untuk merahasiakannya sampai mereka harus melanjutkan tujuan ke ranah selanjutnya."
"Tapi..."
"Tunggu sebentar..." Shinobu memegang kepala, mencoba meredakan rasa sakit yang meluap-luap di dalamnya.
Ingatannya yang sudah terbebani dengan informasi tentang keluarganya, kini ditambah lagi dengan kebenaran yang lebih dalam.
Korrina menyadari Shinobu yang tertekan sampai ia memenuhi permintaannya itu dengan tidak berbicara.
Gideon mulai mendekati Shinobu sampai ia dikejutkan dengan sebuah pelukan yang diterima olehnya, "Stella..."
Walaupun Stella sudah berada dalam kehidupan baru, tetap saja Gideon tidak dapat menahan diri untuk memanggilnya dengan sebutan itu.
"Stella." Gideon mengusap kepalanya itu, merasakan betapa sulitnya menerima kenyataan.
"Kau waktu itu sangat kecil untuk mengetahui tentang Ibumu yang sudah meninggalkan beberapa hari setelah dirimu lahir."
"Bisa dibilang kematiannya itu disebabkan karena The Syndrome."
"Kenapa baru membicarakannya sekarang..." Shinobu merasakan penyesalan terbesarnya karena ia mulai mengingat dirinya marah-marah kepada Kou.
"Aku menunggu momen yang tepat. Engkau tak perlu mengkhawatirkan soal itu."
"Ayah memang egois... sekarang aku melihat alasan jelas mengapa sejak saat itu kau tak mau menyerahkan diriku pada Morgan."
"Perasaanmu memang selalu tertahan..."
"Seandainya jika kau memberitahu diriku maka aku pastinya akan mencoba melakukan perubahan sebagai Stella."
"Inilah pilihan terbaik yang aku anggap benar, nak."
"Cerita kita semua memang penuh misteri, namun keluarga tetap menjadi pijakan kuat di dalamnya."
"Kita akan bersama-sama mengarungi lautan kehidupan ini."
Gideon mengeratkan pelukannya itu, "Aku mencintai dirimu dan juga Ibumu dimana aku semakin menyadari bahwa Ibumu bukanlah sekedar alat untuk menciptakan masa depan seperti ini."
"Aku ingin meminta maaf kepadamu... pemikiran Kou bisa menganggap dirimu sebagai alat karena diriku di masa lalu yang melihatnya seperti itu."
"Aku akan menceritakan tentang Ibumu itu."
"Bisa dibilang pertama kalinya aku bertemu dengan sesosok pengidap The Syndrome yang begitu ikhlas dengan kondisinya."
"Hampir sama seperti Kou."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasySetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...