Morgan dan Shinobu menatap satu sama lain dimana cerita itu memang sudah diketahui oleh keduanya.
Bercerita sambil bermain catur membantu Shinobu mencairkan isi pikirannya itu hingga ia memegang kendali penuh atas segala ingatan yang pernah ia rasakan.
Kebanyakan semua itu memang buruk, tapi ia mampu menerima dan melanjutkannya hingga menjadi sesosok Shinobu Koneko sekarang yang sudah terbiasa dan menganggap bahwa semua itu hal yang harus diterima.
Walaupun Shinobu sekarang bukan lagi Stella, ia tetap menjelaskan apa yang terjadi setelahnya ketika ia masuk ke dalam Limbo atas pendiriannya sendiri untuk menghentikan Murphy.
Shinobu, dengan ekspresi yang tenang, mulai berbicara, “Morgan, aku ingin memberitahu dirimu bahwa aku telah menggugurkan diri sebagai Stella sejak saat itu.”
“Mental dan sikap yang aku miliki sebagai Stella masih belum sepenuhnya terasah, dan aku merasa itu adalah langkah yang tepat untuk melanjutkan perjalanan ini sendirian.”
“Walaupun aku gagal, setidaknya seseorang berhasil melakukannya untukku bukan...?”
“Agar aku bisa melanjutkannya ke tahap selanjutnya.” Shinobu tersenyum sambil memejamkan kedua matanya.
Morgan merasa seperti mendapat pukulan berat. Ekspresi wajahnya berubah menjadi campuran antara kekecewaan dan penyesalan. “Shinobu, aku...”
Shinobu mengangkat tangannya untuk memberi isyarat agar Morgan berhenti berbicara. “Aku memang sudah mengetahuinya, Morgan.”
“Aku hanya ingin kau mendengar berbicara sesuai dengan pengakuan yang harus kau katakan.”
“Walaupun membutuhkan waktu yang sangat banyak... setidaknya aku sudah mengerti kenapa diriku dilahirkan kemudian dipinta untuk melakukan perjuangan keras.”
“Proses ini membutuhkan waktu dan ketekunan. Aku tidak ragu bahwa diriku memang memiliki potensi besar, tetapi sekarang adalah waktu yang tepat untuk membuktikan segalanya.”
Morgan menyadari rokoknya sudah habis hingga sekarang hanya menyisakan dua saja dimana permainan catur mereka sudah hampir menginjak titik akhir.
“Memang membutuhkan banyak percobaan dan waktu agar aku bisa lahir di dalam dunia ini...”
“...tetapi semuanya bisa dibilang sangat menguntungkan bukan?”
Morgan tidak bisa bereaksi atau mengelukan perkataan apapun sehingga ia mulai fokus dengan permainan catur itu.
Shinobu justru melanjutkan cerita Morgan yang bisa dibilang kunci atas segalanya hingga ia merasa semakin mengapresiasi perjuangan yang telah dia lakukan tanpa pengakuan apapun.
“Lihatlah perkembangan yang aku terima sejauh ini...”
“Mari kita akhiri permainan ini terlebih dahulu sebelum menutup ceritanya secara keseluruhan.”
Morgan mengangguk lalu keduanya mulai menatap papan catur yang bisa dibilang penentuan atas perkembangan, wajah mereka penuh konsentrasi.
Papan catur di depan mereka penuh dengan sisa-sisa perang strategis yang telah berlangsung cukup lama. Shinobu tersenyum tipis, sementara Morgan tetap fokus dengan ekspresi serius.
Pertandingan ini adalah titik puncak dari serangkaian permainan catur yang telah mereka mainkan. Setelah banyak pertandingan yang ketat, mereka berdua kini tersisa dalam pertarungan terakhir.
Pion-pion terakhir mereka siap melancarkan serangan terakhir untuk merebut penguasaan papan catur.
Shinobu memandang papan catur dengan tajam. Ia memiliki pion raja, benteng, dan menteri. Di sisi lain, Morgan hanya memiliki pion raja, kuda, dan satu pion kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasySetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...