Tech tersenyum, memahami bahwa saatnya telah tiba untuk membawa Shinobu ke tempat yang menyimpan sejuta kenangan.
Dia melangkah maju, mengarahkan Shinobu ke sebuah cahaya biru lembut di ujung wilayah yang berdekatan dengan gedung Comi's Corporation.
Ketika cahaya itu meresap, Shinobu merasakan getaran energi yang ajaib. Begitu mereka muncul di tempat baru, Shinobu mendapati dirinya berdiri di depan sebuah kabin kayu sederhana, seolah-olah waktu berputar kembali ke saat-saat damai masa kecilnya.
"Ini... ini rumahku dulu?" ucap Shinobu dengan suara yang penuh keheranan, matanya menyapu setiap inci rumah tersebut. Tech hanya mengangguk, senang melihat reaksi Shinobu.
Rumah kayu itu tetap sama seperti yang dulu ditinggali bersama oleh Shinobu dan ibunya, Kou. Terletak di pinggiran hutan kecil, kabin itu memiliki daya tarik tersendiri dengan sentuhan kehangatan yang membuatnya begitu istimewa.
Shinobu melangkah maju dan membuka pintu. Aroma kayu dan kenangan langsung menyapu hatinya. Interior kabin tampak seperti yang selalu diingatnya seperti meja kayu di tengah ruangan, kursi-kursi kecil yang tersusun rapi, dan perpustakaan kecil yang berisi berbagai buku yang pernah dibaca bersama Ibunya.
"... ...!" Shinobu tidak menyangka akan melihat kabin itu benar-benar berada dalam kondisi yang sangat utuh.
Keutuhannya itu membuat Shinobu terharu seketika karena kabin itu merupakan saksi bisu atas perjuangannya untuk menggali banyak sekali pengetahuan.
"Semua buku-buku ini... aku mengingatnya dengan sangat jelas sampai tak ada yang bisa aku lupakan satupun itu." Shinobu menyentuh setiap buku yang tertata dengan rapi.
Dikarenakan ia masih kecil tidak ingin pergi keluar karena diburu, ia menghabiskan masa-masa kecilnya dengan membaca buku pengetahuan yang membuat The Mind miliknya stabil.
Tech mengikuti Shinobu, membiarkan dia meresapi setiap detail yang membuat rumah itu istimewa.
"Selamat kembali, putri kecil. Aku harap kejutan ini tidak terlalu menekan dirimu," kata Tech dengan lembut.
"Oh ayolah... Hehehe, kau tahu kabin ini adalah tempat terakhir yang ingin aku kunjungi sebelum melaksanakan tujuan akhirku." Shinobu mengusap air matanya yang sempat mengalir keluar.
"Walaupun aku tahu karakteristik Ibuku yang sebenarnya... aku tidak akan pernah melupakan kenangan inti dari kabin ini."
Shinobu duduk di kursi kecil di dekat jendela, membiarkan matahari sore menyinari wajahnya. Dia memandang keluar, melihat pepohonan yang dulu sering dia jelajahi bersama ibunya.
Kilatan sinar matahari meresapi setiap sudut kabin, membawa kehangatan kenangan yang lama terpendam.
"Dulu, ini adalah tempat yang penuh canda tawa dan kebahagiaan," bisik Shinobu, membiarkan ingatannya membawanya kembali ke masa kecil yang penuh warna.
Tech duduk di seberangnya, memperhatikan dengan senyuman penuh pengertian. "Kehidupan baru ini memungkinkan kita menghidupkan kembali kenangan indah itu, putri kecil."
Shinobu mengangguk, "Tapi mengapa rumah ini? Mengapa tempat ini begitu istimewa?"
Tech menjelaskan, "Kehidupan baru tidak hanya menciptakan dunia yang baru, tetapi juga membawa kembali tempat-tempat yang memiliki makna khusus untuk hati kita."
"Rumah ini adalah bagian dari kenangan terindahmu, dan kehidupan baru ini ingin memberimu kesempatan untuk menghidupkannya lagi."
"Tentunya saya sendiri mengerti apa yang akan putri kecil lakukan dalam waktu dekat, dan saya dengan penuh kehormatan akan mengikutinya."
"Saya hanya ingin memberikan semua ini sebagai tugas terakhirku dari putri Kou Comi." Tech tersenyum.
Shinobu terdiam sejenak, mengenang momen-momen bersama Ibunya yang membuat rumah itu istimewa. Dia melihat sekitarnya, meresapi keberadaan Tech yang kini telah menjadi lebih dari sekadar program komputer.
Dia adalah pembantu setia yang menyertai Shinobu melalui berbagai petualangan.
"Tech, aku tidak tahu harus berkata apa. Terima kasih," ucap Shinobu dengan tulus.
Tech hanya tersenyum, "Saya senang dapat membawamu kembali ke sini, putri kecil."
Mereka berdua duduk di kabin tersebut, merenung dalam ketenangan yang hanya diputuskan oleh gemeresik dedaunan dan nyanyian burung-burung di luar jendela.
Shinobu merenung pada kenangan masa lalu yang dihidupkan kembali oleh keajaiban dari kehidupan baru ini.
Mungkin ini bisa dibilang satu-satunya hal positif yang ia saksikan, sisanya kacau karena urusan langsung yang terkait dengan Zenzaku.
Seiring waktu berlalu, Shinobu dan Tech terus menjelajahi setiap sudut ruangan di rumah kayu itu. Mereka membagi cerita, tawa, dan kebahagiaan, menciptakan kenangan baru yang bergabung dengan kenangan lama.
Ketika Shinobu tiba di dalam kamarnya sendiri, ia bisa melihat kasur yang pernah menjadi tempat terbaringnya Ibunya untuk terakhir kalinya.
Jika diingatkan kembali Shinobu masih mengingat tentang janji dari Kou bahwa ia tidak seharusnya menangis.
Shinobu mulai menyentuh kasur tersebut sampai ia bisa memaafkan Kou secara perlahan-lahan, "Aku tahu yang kamu lakukan ini memang tidak baik..."
"...tapi, aku hanya membutuhkan waktu untuk bisa menyadarinya."
Pada saat itu, ketika kepergian Kou Comi Shinobu menjalani kehidupannya sendiri, dan rumah kayu itu menjadi saksi bisu dari kisah perjuangan yang tumbuh antara tujuan dan ideologinya sendiri.
Sebuah tempat di mana masa lalu dan masa kini bersatu dalam harmoni, menciptakan lingkungan yang penuh dengan kasih sayang dan makna.
Kehidupan baru itu, dengan segala keunikannya, telah memberikan Shinobu peluang untuk kembali dan merasakan kehangatan rumah yang pernah ia tinggalkan.
"Apakah kamu masih mengingat tempat dimana kamu bereksperimen?"
Kedua telinga Shinobu bersama dengan ekornya menaik seketika sampai ia terlihat sangat tidak sabar, "Apakah masih ada?!"
"Tentu saja. Lagi pula kabin ini khususnya untukmu yang sudah berjuang dari titik nol hingga sekarang."
"Putri kecil harus melihat kembali proses dari titik nol itu, apa yang telah selama ini diperjuangkan."
Shinobu mengangguk lalu ia pergi menuju ruangan bawah tanah hingga dirinya benar-benar dikejutkan dengan pemandangan keseharian yang selalu ia saksikan ketika masih kecil.
Ruangan belajar dan juga eksperimen miliknya sendiri dimana langkah yang dilakukan oleh Shinobu membawanya ke sebuah mejanya sendiri.
Mejanya dipenuhi dengan banyak sekali jurnal yang ditulis olehnya sendiri dimana isinya penuh dengan banyak sekali pengetahuan yang bermanfaat dan juga bermakna.
Shinobu tersenyum penuh dengan rasa syukur ketika melihat semua buku jurnal itu masih utuh sampai dapat dia baca dengan begitu cepat.
Ditambah lagi ia bisa melihat lengan buatannya sendiri untuk melengkapi kekurangannya, dia mengambilnya lalu menatapnya dengan tatapan bersyukur.
"Ini adalah lengan buatan yang sudah membantuku..."
"Benar sekali, putri kecil. Aku yakin kamu ditabrak dengan begitu banyak perasaan nostalgia ya."
"Tentu saja."
"Kalau begitu, bukannya sekarang adalah waktu yang sangat tepat untuk mendengar kebenaran lainnya melalui sisi pandang tertentu?"
Shinobu mengerutkan dahinya bingung seketika karena perkataan Tech mulai memiliki kesan yang cukup berbeda.
"Apa maksudmu...?" Shinobu melirik ke belakang dimana ia bisa melihat pintu yang terbuka hingga langkahan dari seseorang tertangkap jelas oleh pendengaran tajamnya.
Shinobu awalnya sudah mempersiapkan sebuah serangan, tetapi ia dikejutkan dengan kemunculan dari seseorang yang sangat dia kenal dan idolakan.
Gadis berambut merah dengan pakaian kasualnya datang dibalik pintu itu untuk menyambut kedatangan dirinya.
"Nenek... Nenek Korrina...?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasySetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...