Chapter 3731 - Yang Ikhlas

2 3 0
                                    

Gideon menghela nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan kisahnya, pandangan matanya penuh dengan kenangan yang mengharu biru.

Shinobu, yang masih mencerna informasi dari perspektifnya sebagai The Mind, merasakan kehangatan dan kelembutan dalam kata-kata Gideon.

"Claudia, Ibumu, adalah wanita yang luar biasa," ujar Gideon dengan nada penghormatan yang tak terbantahkan.

"Dia lahir di masa yang sulit, sekitar waktu yang sama dengan kejadian terjadinya peperangan yang disebut sebagai The Syndrome, di tengah-tengah merebaknya The Syndrome."

Gideon menutup matanya sejenak, seolah menciptakan pintu ke masa lalu yang hanya bisa dia lihat. "Claudia terlahir dengan penyakit yang merusak tubuhnya, membuatnya rentan terhadap serangan penyakit."

"Hampir menyamai Kou sampai itu memang sudah disengaja bahwa kehidupan Claudia sangatlah singkat hingga ia membutuhkan reinkarnasi yang tetap saja memberikan nasib persis seperti kehidupan sebelumnya."

"Tetapi, meski tubuhnya lemah, semangatnya begitu kuat layaknya seperti seorang Legenda walaupun dia hanyalah Manusia biasa yang aku temui sendirian."

"Bisa dibilang dia adalah gadis remaja yang aku temui sendirian di puing-puing kehancuran."

"Dia merupakan sesosok gadis fakir miskin yang tak tahu dengan kejadian di sekitarnya karena penyakit The Syndrome yang ia terima sudah sangat parah."

"Dia tak dapat melihat apapun serta mendengar dengan jelas hingga ia diam di puing-puing kehancuran itu untuk berharap bahwa suatu saat nanti dia bisa hidup tenang."

"Tetap saja. Dia diberikan kesempatan hidup untuk merasakan sesuatu yang pantas agar dia bisa mengerti arti dari kehidupan yang sebenarnya."

Gideon membuka mata, seakan membawa Shinobu ke dalam kenangan yang penuh emosi.

"Aku masih ingat pertama kali melihat Claudia. Itu adalah hari yang kelam, di tengah reruntuhan dan kehancuran akibat The Syndrome War."

"Dia duduk sendirian di antara puing-puing, seperti bunga yang tumbuh di tanah kering."

Gideon melangkah mendekati Claudia dengan langkah hati-hati, takut untuk membuat gadis muda itu terkejut.

Namun, Claudia, yang tak dapat melihat atau mendengar dengan jelas, hanya duduk diam, membiarkan dirinya tersapu angin dingin yang bertiup di tengah malam.

"Ketika aku menyapa Claudia, dia membalas dengan senyuman kecil. Meski tubuhnya lemah, senyum itu mengandung kekuatan luar biasa."

"Aku tahu saat itu bahwa dia bukanlah gadis biasa, meski hidup dalam kondisi yang sulit."

Gideon mengulurkan tangannya dengan lembut, dan Claudia, tanpa ragu, meraihnya. Itu adalah sentuhan pertama yang mengubah nasib mereka.

"Tangannya dingin, tetapi terasa hangat."

"Dia merasakan keberadaanku, dan aku merasakan keteguhan semangatnya."

"Claudia, meski tubuhnya rapuh, memiliki jiwa yang tak tergoyahkan."

Walaupun mereka tidak banyak berinteraksi setidaknya Gideon sudah berniat untuk memberikannya sebuah bantuan yang efektif.

Dia ingin menyembuhkan Claudia dengan segala cara yang dapat dilakukan olehnya sendiri menggunakan The Syndrome miliknya hingga terjadi sebuah koneksi yang sangat kuat.

Masa yang diingat oleh Gideon memperlihatkan dirinya membawa Claudia ke tempat yang lebih aman, menjaga dan merawatnya seiring waktu.

Mereka membangun ikatan yang kuat, lebih dari sekadar hubungan manusia biasa. Claudia belajar menyentuh dan merasakan dunia melalui Gideon.

Meskipun tak dapat melihat, dia memahami keindahan melalui sentuhan, suara, dan kata-kata Gideon.

"Claudia belajar tentang dunia dengan cara yang unik. Aku membacakan buku kepadanya, menggambarkan pemandangan yang indah, dan dia mencoba merasakannya melalui pengalaman imajinatif."

"Kami menjalani kehidupan sederhana, tetapi penuh makna."

Gideon menunjukkan momen ketika dia membawa Claudia melihat pemandangan matahari terbenam dari tebing yang tinggi.

"Meski dia tak dapat melihat, aku tahu dia bisa merasakan keindahan itu. Saat itulah aku yakin, walaupun dalam keterbatasan, dia mampu menciptakan kebahagiaan."

"Dengan bantuan The Syndrome juga... Claudia dapat mengerti jelas apa yang aku coba sampaikan hingga ia terus merespons dengan segala kelembutan yang dia mampu perlihatkan."

"Walaupun dipengaruhi dengan banyak sekali kekurangan setidaknya dia memiliki banyak sekali hal yang berkebalikan dari kekurangan itu sendiri dalam dirinya."

Menggenggam tangan Claudia, Gideon melihat matahari terbenam bersama-sama, dan dalam detik itu, dunia terasa penuh warna dan keajaiban. Itu adalah momen yang mengukir kenangan abadi dalam hati Gideon.

"Kehidupan kami bersama Claudia, bagaimanapun singkatnya, penuh dengan cinta, kebahagiaan, dan pelajaran hidup."

"Dia adalah keajaiban yang muncul di tengah kehancuran, mengajarkan kami bahwa makna hidup bukan terletak pada lama atau pendeknya waktu, tetapi pada bagaimana kita mengisi waktu itu dengan cinta dan keberanian."

Gideon dan Claudia, dalam kehangatan dan ketenangan, melanjutkan perjalanan hidup yang tak terlupakan.

Kenangan itu berakhir dengan gambar Gideon yang mencium kening Claudia dengan penuh kasih sayang, menandai akhir dari momen yang penuh emosi dan berharga dalam kehidupan mereka.

Tentunya apa yang terjadi setelahnya adalah pernikahan serta mereka yang dikaruniai anak sehat yaitu Stella Schneiderlin.

Awalnya Gideon memang ingin menjadikan Claudia sebagai kunci untuk melahirkan keturunan baru, tetapi semua itu mendadak berubah karena ia dapat mengerti suatu perasaan yang baru.

Itulah kenapa sejak saat itu Gideon selalu meminta Morgan untuk tidak mendekati Stella hingga menghasilkan dunia hancur karena The Elder One yang bangun.

Untungnya Gideon diberikan kesempatan yang sekarang sudah menghasilkan proses sejauh ini sampai mendekati akhirnya.

Shinobu meresapi getaran emosi yang dipancarkan oleh Gideon. "Claudia tumbuh sebagai seorang gadis yang penuh kasih dan ceria, meski harus berhadapan dengan berbagai rintangan kesehatan."

"Kehidupannya penuh dengan cobaan, namun dia tidak pernah menyerah."

Gideon melanjutkan, menggambarkan bagaimana Claudia mengatasi rasa sakit dan keterbatasannya dengan senyuman yang tak pernah luntur.

"Dia selalu berusaha memberikan kebahagiaan kepada orang di sekitarnya, termasuk aku."

Shinobu, melalui sudut pandang The Mind, memahami bahwa kisah hidup Claudia tidak hanya tentang penderitaan, tetapi juga tentang keberanian dan ketabahan.

Gideon kembali melanjutkan menggambarkan momen ketika dia dan Claudia bertemu, sebuah kisah cinta yang tumbuh di tengah medan perang melawan penyakit yang tidak bisa diprediksi.

"Saat pertama kali aku melihat Claudia, aku tahu bahwa dia adalah wanita yang luar biasa."

"Kelemahannya hanya menambah keindahannya. Dia menerima kondisinya dengan lapang dada dan tidak pernah menyalahkan takdir."

Gideon menunjukkan gambar-gambar dalam ingatannya tentang momen-momen indah bersama Claudia.

"Kami menikah, meski banyak orang yang tidak memahami. Tetapi, cinta kami mampu melawan segala rintangan."

"Claudia adalah teman sejati, pasangan hidup, dan ibu yang luar biasa."

Shinobu merasa terhubung dengan kehidupan dan perjuangan Claudia melalui cerita Gideon. Dia meresapi kekuatan dan ketulusan yang melandasi hubungan keluarganya.

"Dia adalah satu-satunya alasan aku bertahan di tengah badai The Syndrome War."

"Claudia memberiku kekuatan untuk terus berjuang, meskipun nasib kami terasa begitu berat."

Gideon tersenyum pahit, tetapi matanya bersinar penuh kasih. "Dan ketika kita kehilangannya, aku yakin bahwa dia akan selalu menjadi cahaya yang membimbing langkah-langkah kita."

"Itu terbukti dari kelahiran Kou yang sudah merencanakan kelahiran dirimu."

Shinobu merenung dalam-dalam, merasakan kedalaman rasa cinta dan pengorbanan dalam cerita hidup Claudia.

Keberanian dan keteguhan hati Claudia menjadi inspirasi, dan The Mind Shinobu meresapi bahwa meskipun fisik Claudia mungkin telah tiada, kehadirannya dan kasih sayangnya tetap hidup dalam kenangan yang abadi.

"... ..."

Yuusuatouri: UnwrittenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang