Morgan dan Shinobu mulai kembali tiba di ruangan biasa dimana keduanya saling memejamkan kedua matanya itu.
Kedua mata yang dipejamkan itu melihat kembali ke masa lalu dimana Stella akan melakukan pembunuhan untuk pertama kalinya itu sebagai tes yang harus diberikan olehnya.
Walaupun mereka sedang memejamkan kedua matanya itu, mereka tetap masih bisa bermain catur sampai selesai.
...
...Stella, meski ragu, menutup matanya sejenak untuk mencari kekuatan dari dalam. Suaranya yang ragu-ragu terdengar pelan di dalam ruangan yang diisi oleh aura magis.
"Ini untuk memahami kebenaran..." gumamnya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Morgan, yang menyaksikan proses ini, mengamati setiap gerak dan getar di wajah Stella. Ekspresi wajahnya mencerminkan perjuangan batin yang sedang terjadi di dalam dirinya.
Ia tahu bahwa mengambil nyawa seseorang bukanlah tugas yang mudah, terlebih lagi bagi seorang pemula dalam memahami kekuatan The Syndrome.
Stella menggerakkan tangannya dengan lembut, mengarahkan energi dari The Syndrome ke arah pengidap yang berada dalam tabung.
Di tengah-tengah proses ini, ia bisa merasakan ketegangan dan kelembutan energi yang mengalir di antara keduanya.
Energinya tidak seperti energi pembunuh, melainkan sebuah aliran kehidupan yang seolah memberikan rasa nyaman.
Pengidap The Syndrome, meski tidak bisa berbicara, tetapi melalui ekspresi matanya yang memohon, tampaknya merasakan adanya kelembutan dalam tindakan Stella.
Meski hidup dalam tabung dan tidak bisa bergerak, energinya memberikan reaksi yang menunjukkan adanya pemahaman dan kedamaian di dalam dirinya.
Stella terus berkonsentrasi, wajahnya mengalami perubahan yang mencerminkan kekuatan dan keteguhan.
Terlihat bahwa dia mencoba melakukan tugas ini dengan rasa tanggung jawab yang besar, mencari jawaban dari dunia mimpi yang misterius yang telah memimpinnya ke arah ini.
Morgan, dengan ekspresi yang serius, mengamati setiap detik proses ini. Bagi seorang pemimpin yang telah berada dalam pusaran perang dan memiliki sejarah kelam, ia tahu bahwa kekuatan The Syndrome adalah sebuah pisau bermata dua.
Meski dapat memberikan pemahaman yang dalam, juga membuka pintu ke kekuatan yang bisa merenggut nyawa.
Setelah beberapa saat yang terasa seperti keabadian, Stella menghentikan aliran energi. Matanya yang tadinya tertutup, perlahan-lahan membuka, dan terlihat kelelahan di wajahnya.
Ia memandang pengidap yang tampak tenang dalam tabungnya.
"Apakah kau baik-baik saja, Stella?" tanya Morgan dengan penuh rasa penasaran.
Stella mengangguk, mencoba untuk menyusun kata-kata. "Aku merasa... berbeda. Seperti ada suatu pemahaman yang baru muncul di dalam diriku."
Morgan tersenyum mengerti. "The Syndrome bukanlah sekadar kekuatan."
"Ia membuka jendela menuju kebenaran, tetapi juga menuntut kebijaksanaan untuk tidak terjerumus ke dalam kegelapan."
Mereka berdua terdiam sejenak, merenungkan arti dari pengalaman yang baru saja mereka alami. Stella, meski masih muda, kini memiliki bobot tanggung jawab yang besar.
Morgan, sebagai mentor, tahu bahwa perjalanan Stella dalam menggali kebenaran belum selesai.
The Syndrome menjadi sebuah perjuangan yang kompleks dan berlapis, dan keduanya harus siap menghadapi segala konsekuensi dari kebenaran yang mereka cari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasySetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...