Ako menjerit dalam penderitaan, entah kenapa wujud Eldritchnya tiba-tiba mulai terasa begitu kecil dan hancur di hadapan kepergian Konomi.
Tangisannya terdengar di seluruh medan perang, menciptakan gelombang emosi yang mengguncang bahkan mereka yang sudah jauh dari tempat kejadian.
Shinichi, Gideon, dan Mirozion melihat Ako dengan mata penuh kepedihan, dan kehadiran mereka hanyalah sebagai saksi bisu dari tragedi yang terjadi.
Tubuh Ako gemetar, dan tatapannya kosong, mencari-cari jawaban di kegelapan yang merangkak di dalam dirinya.
"Kakak...!!!" Teriak Ako, lidahnya terasa kelu.
"Aku... aku tidak bisa melindunginya. Semua ini adalah kesalahanku."
"Kenapa aku masih memiliki kebodohan ini ketika sudah menerima diriku sendiri!!!" Seru Ako yang mulai menghantam daratan dengan tentakelnya.
Walaupun Ako sudah menerima jati dirinya sendiri, ia masih tetap melibatkan kerugian yang justrunya sekarang jauh lebih parah dibandingkan apa yang telah ia rasakan selama ini.
Shinichi ingin menenangkan Ako, tetapi ia tahu bahwa dia pastinya membutuhkan semua pelepasan emosi tersebut.
Pengaruh dari Fateless Destiny sangatlah berbahaya sampai Shinichi sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi padanya sendiri jika The Mind tidak dapat melindunginya.
Shinichi menarik nafasnya dalam-dalam lalu ia menghembusnya penuh dengan ketenangan, "Fuhhhh..."
Shinichi berjalan mendekat, mencoba menenangkan Ako yang sedang mengalami perasaan paling hancur sepanjang hidupnya. "Ako, ini bukan kesalahanmu. Konomi mengambil pilihannya sendiri."
"Dia adalah Legenda yang telah memenuhi sejarah terakhirnya dengan penuh kebanggaan sehingga tak ada satupun penyesalan yang diterima olehnya."
Ako menoleh ke arah Shinichi dengan mata yang tergenang air mata. "Tapi aku bisa saja menghentikannya! Aku bisa saja melakukan sesuatu!"
"Tetapi, aku malah terjebak dalam pengaruh lagi dan lagi!!!"
"Dalam wujud Eldritch... aku selalu saja mudah untuk ditaklukkan dengan cara apapun itu!"
"Aku benar-benar lemah!!! Tak berdaya sedikit pun!!!"
Gideon mendekat dan meletakkan tangannya di salah satu tentakel Ako. "Kami semua merasakan kehilangan ini, tetapi bersalah bukanlah jalan keluar."
"Kita harus menyatukan kekuatan kita untuk melanjutkan tujuan yang baru dan mewujudkan impian Konomi."
Mirozion yang terdiam sejenak akhirnya berbicara, "Kematian adalah bagian dari hidup. Kita harus memastikan pengorbanan Konomi tidak sia-sia."
"Kita memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan perjuangannya."
Ako meresapi kata-kata mereka, tetapi rasa bersalah dan penyesalan masih membayangi hatinya. Dia ingin berteriak dan meluapkan semua emosinya. "Kak Konomi..."
"Aku janji, aku akan melanjutkannya. Tapi kenapa harga keselamatan harus kehilangan nyawa saudara sendiri?"
Shinichi mencoba menenangkan Ako. "Ako, mari kita jangan biarkan pengorbanan Konomi sia-sia. Mari kita lanjutkan perjuangannya dan membangun dunia yang lebih baik."
Ako, meski penuh dengan penyesalan, mengangguk perlahan. Dia tahu bahwa dia harus terus maju, meskipun luka-luka ini tak terlupakan.
Bersama-sama, mereka berdiri di medan perang yang penuh kepiluan, siap menghadapi masa depan tanpa adanya Konomi dikarenakan sejarahnya telah selesai, tetapi dipenuhi dengan semangat perjuangan yang tetap hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasySetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...