Mendengar kata-kata tersebut, Shinichi terperangah. Suaranya hilang seketika, dan matanya membulat seperti dua lingkaran sempurna yang mencerminkan kebingungannya yang mendalam.
Entah berapa detik yang berlalu, tetapi baginya, waktu terasa berhenti sejenak.
Morgan yang berbicara, tampak begitu damai dan tenang, sementara Shinichi merasa seperti tubuhnya membeku dalam kejutan yang tak terkira.
Pandangan matanya mulai merayap ke langit-langit cahaya Toumension, mencari jawaban atau mungkin sebuah pemahaman yang bisa menghilangkan ketidakpercayaan yang menyelimuti dirinya.
Dia mencoba merangkai kembali kata-kata Morgan, mencari arti tersembunyi yang mungkin telah terlewatkan.
"Kenapa?" bisik Shinichi, suaranya hampir hilang ditelan oleh kerongkongan yang kering.
Dia mencoba untuk tidak terlihat lemah di depan Morgan, tetapi kejutan yang melanda hatinya begitu besar.
Morgan tetap tenang, tetapi tampak dengan jelas kedua matanya mengisyaratkan sesuatu yang lebih dalam. "Kisah ini membawa dirimu pada pilihan sulit, Shinichi. Dalam kehidupan sebelumnya, pilihan itu jatuh kepada Shimatsu Koizumi sebagai salah satu konklusi."
Shinichi mencoba untuk memproses informasi tersebut. Pemikiran tentang membunuh seseorang, bahkan dalam konteks naratif yang rumit seperti kehidupan dari pola yang tak pernah diubah, terasa seperti beban yang tak terbayangkan.
Apalagi jika orang yang dimaksud adalah Koizumi, seorang mantan istri yang telah berbagi banyak perjalanan dengannya.
"Kaulah yang harus mengakhiri perjalanan Koizumi di dalam pola cerita yang sebenarnya," lanjut Morgan, membenamkan diri lebih dalam ke dalam penjelasannya.
"Kau memiliki resolusi dan tekad yang serupa dengan Shinomiya dalam kehidupan sebelumnya."
"Hanya saja, kau memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang lebih akhir, mengakhiri bagian dari cerita ini."
Shinichi berusaha untuk menjernihkan pikirannya, tetapi kebenaran yang tak terduga ini seolah mencabik-cabik hatinya.
Dia tidak pernah membayangkan bahwa dirinya akan menjadi eksekutor dari akhir tragis Koizumi di dalam pola cerita yang sebenarnya.
Itu artinya cintanya memang akan berakhir pada suatu titik dimana mereka tidak akan pernah bisa bersama untuk selamanya.
Keturunannya bisa dibilang hanyalah sementara dikarenakan kedua anaknya hanya menyebabkan Koizumi semakin terbebani dengan banyak sekali dendam yang tak tertahankan.
Perasaan bingung dan terpukul membuat dirinya terhempas, dan ia mencoba menopang diri dengan tangan-tangannya yang gemetar.
Fase pertama dari emosi itu datang dalam bentuk kebingungan. Shinichi merasakan denyut cepat di dada, seakan hatinya berusaha mengejar pemahaman yang melarikan diri.
Dia mencari wajah Koizumi dalam kenangan, mencoba memahami apa yang telah terjadi dalam pola cerita itu sampai The Mind memberikan bayangan yang sebenarnya.
"Aku sudah melakukan yang terbaik untuk menghentikan Koizumi dengan membunuhnya juga bersama anak-anak dalam kandungan."
"Tetapi, kau sendiri harusnya tahu bahwa itu adalah pilihan yang mustahil."
"Itulah kenapa aku menggunakan Shinomiya karena kalian mencerminkan hal yang sama sebagai harapan terakhir."
"Shinomiya hanyalah harapan yang bisa menambal kekosongan dari cerita itu."
Shinichi dapat mendengar penjelasan itu darinya sampai ia menerima fase kedua yang merupakan penolakan. Shinichi menutup matanya, berharap bahwa ketika ia membukanya kembali, semuanya akan kembali seperti semula.
Dia merasakan getaran di seluruh tubuhnya, dan suara yang terdengar seolah jauh, terasa seperti berada di dunia yang berbeda.
Bergeser ke fase ketiga, rasa sakit muncul. Hatinya terasa seperti dirobek-robek, menghadapi kenyataan bahwa ia harus mengakhiri kehidupan Koizumi.
Itu adalah pilihan yang tak terbayangkan, dan ia meratapi keputusan yang mungkin harus diambilnya.
Fase keempat adalah depresi. Shinichi merasa terimpit oleh beban yang tak terkira. Kesedihan itu seperti gelombang yang melanda, menghanyutkannya dalam kegelapan. Dia merindukan ketenangan yang hilang.
Fase kelima, penerimaan. Shinichi membuka matanya, menghadapi kenyataan yang tak terhindarkan.
Dia tahu bahwa untuk menutup sebuah cerita, ada saatnya di mana kita harus mengakhiri hal-hal dengan tegas, sekalipun itu pahit.
Penerimaan itu seperti rembesan cahaya keemasan yang datang dari kejauhan, mengarahkan langkah-langkahnya pada arah yang tak dikenal.
Morgan terus memandangnya, menerima tangis batin yang bergulir di dalam hati Shinichi.
Meskipun di dalam kehidupan baru ini, emosi dan perasaan mereka nyata, dan proses itu membawa Shinichi ke dalam sebuah pertarungan batin yang mendalam.
Apakah dia sanggup untuk membawa akhir yang seharusnya kepada Koizumi, ataukah ia akan mencari alternatif lain yang mungkin belum terpikirkan? Hanya waktu yang akan memberikan jawaban.
Morgan mendekati Shinichi lalu ia menepuk bahunya, "Mengikuti langkah dari Shinobu Koneko memanglah sulit."
"Tapi, ingatlah kenapa kau bisa terpilih."
"Kau sanggup. Dia percaya bahwa kau memiliki kesabaran dan ketabahan yang lebih besar darinya."
Shinichi memejamkan kedua matanya dengan ekspresi sedih sampai ia mengangguk, "Semua ini tidak bisa dibandingkan sama sekali dengan apa yang diterima oleh Ibuku."
"Ibuku sudah memilih banyak sekali keputusan yang sulit dari kecil, dan beliau tidak memperlihatkan kelemahan apapun."
"Sekarang adalah waktu yang tepat untukku agar bisa berubah."
Morgan tersenyum, "Kau memang sudah berubah banyak ya, Shinichi."
Dalam senyuman hangatnya, Morgan tampak seperti sosok yang memahami dan bijaksana.
Matanya yang berkilau seakan menyiratkan kebijaksanaan tak terbatas. Shinichi sudah memastikan dengan jelas bahwa dia bukanlah sesosok Manusia yang pantas disebut sebagai Morgan Paxton.
"Morgan," panggil Shinichi dengan suara seriusnya.
"Siapa sebenarnya kau?"
"Bukankah kau sekarang terkesan tidak seperti dirimu?"
"The Mind sudah mengetahui siapa dirimu sebenarnya, dan aku meresponsnya dengan baik tentunya."
Morgan mengangguk, "Ya, benar. Aku lahir dari fraksi The Mind dan The Syndrome, suatu hasil yang tak terelakkan dari perubahan yang kau picu."
Wujud dari Morgan langsung berubah menjadi wujud yang menyamai Shinobu sampai Shinichi sudah menduganya.
Selama ini ia memang berbicara dengan The Mind melalui wujud fisiknya, "Aku beruntung bisa berbicara denganmu untuk yang pertama kalinya."
"Terasa seperti berbicara dengan Ibuku..."
"Kerja bagus, Shinichi."
"Kau sudah memecahkan teka-teki itu."
"Aku adalah penyatuan pemikiran dan kebijaksanaan, yang terwujud untuk membimbingmu melalui perjalanan ini."
Shinichi mendengarkan dengan penuh perhatian, mencoba mencerna kata-kata The Mind. Ada kejelasan dalam jawaban yang diberikan, tetapi juga nuansa misteri yang membuat Shinichi semakin penasaran.
"Saat kau berbicara padaku," lanjut Shinichi.
"Aku merasa seperti kau bukan hanya sebuah entitas, melainkan seseorang yang memiliki pemikiran, perasaan, dan pengetahuan yang mengacu pada The Mind itu sendiri."
"Kau tidak perlu menyembunyikan identitasmu yang sebenarnya karena aku sudah tahu."
"Aku tahu semenjak mengakses ingatan dan sudut pandang yang sama dengan Ibunda."
The Mind tersenyum sampai Shinichi dapat melihat dengan jelas bahwa senyuman itu memiliki kemiripan dengan Ibunya sendiri.
"Dalam kehidupan baru ini, The Mind yang kau lihat memang mencakup lebih dari sekadar pengetahuan dan kebijaksanaan."
"The Mind milikmu dan juga milik Shinobu Koneko berbeda karena melihat kebenaran pertama yang diketahui lebih awal."
"Tentunya apa yang kau lihat sekarang adalah The Mind milikmu sendiri dalam wujud fisik Ibumu yang menandai bahwa dia sebentar lagi akan menjadi sempurna."
"Seharusnya sudah tidak ada lagi penjelasan yang perlu aku berikan padamu karena kau sudah mengerti..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasySetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...