Shinobu memandang Zangetsu yang berlutut di hadapannya dengan ekspresi dingin.
"The Mind," bisiknya pelan sambil mengangkat tangan kanannya ke udara.
Seketika itu juga, ruang di sekitar mereka berubah, membentuk sebuah dunia ilusi yang penuh misteri.
Zangetsu, meski masih merasakan rasa sakit dari tendangan Shinobu sebelumnya, mencoba bangkit.
Namun, tubuhnya terasa berat, seolah terperangkap dalam sesuatu yang tak dapat dilihat. Ia menatap Shinobu dengan kebingungan dan kekesalan.
"Apa ini...?" desis Zangetsu.
"Inilah kekuatan The Mind. Aku akan membuatmu terjebak dalam dunia imajinasi, tanpa akhir," ucap Shinobu dengan senyum tipisnya yang tak menggambarkan apapun kecuali keputusasaan.
Tiba-tiba, Zangetsu mendapati dirinya berada di tengah hutan yang gelap dan rimbun. Suara desiran angin dan dengungan serangga mengisi udara.
Ia merasa sedikit kebingungan, namun segera menyadari bahwa dirinya terjebak dalam dunia ilusi.
"Apa yang kau lakukan, Shinobu?" teriak Zangetsu.
Shinobu hanya tersenyum sambil berjalan mendekat. "Selamat datang di dalam kekuatan The Mind, Zangetsu."
"Di sini, kita bisa membuat kenyataan menjadi apa pun yang kita inginkan."
Zangetsu mencoba melancarkan sihir Void untuk melepaskan diri dari ilusi ini, tetapi kekuatannya terasa terhambat. Setiap upaya yang dilakukannya seolah memantul kembali kepadanya.
"Jangan berpikir bisa melawan. Di dalam sini, akal bawah sadarmu menjadi bagian dari alur cerita yang aku kendalikan," kata Shinobu sambil melemparkan senyum mengejek.
Saat itu, langit tiba-tiba berubah, menampilkan warna-warna yang tak tergambarkan oleh kata-kata. Alam semesta di sekitar mereka berputar-putar, menciptakan efek yang menghipnotis. Zangetsu merasa seakan-akan terjebak dalam pusaran tak berujung.
"Bagaimana rasanya, Zangetsu? Rasakan kekuasaan kebenaran yang kau cari begitu keras," kata Shinobu, suaranya bergema dalam keheningan ilusi.
Zangetsu mencoba mengabaikan pengaruh ilusi ini, namun, makin lama, ia merasa semakin terperangkap.
Ia berjalan di antara pohon-pohon yang tak berujung, namun tak peduli sejauh mana ia berjalan, selalu saja ia kembali ke titik awal.
Waktu pun menjadi relatif di dalam ilusi ini. Hari dan malam berganti dengan cepat, tanpa ada tanda-tanda kelelahan atau kehausan. Zangetsu, yang semakin putus asa, mencoba berbicara dengan Shinobu.
"Berhenti, Shinobu! Apa tujuanmu!!!" serunya.
Shinobu hanya tertawa, suaranya bergema di seluruh hutan. "Tujuanku sederhana, Zangetsu. Aku ingin kau menyadari bahwa kekuatan yang kau cari tidak selalu membawa kebahagiaan."
"Kadang-kadang, kekuatan sejati berada di dalam kendali dirimu sendiri."
Zangetsu mencoba mengumpulkan kekuatannya untuk melawan ilusi ini. Ia mencoba menciptakan dunianya sendiri, tetapi setiap kali ia melakukannya, Shinobu dengan mudah mengubahnya sesuai keinginannya.
"Kau tak bisa melarikan diri, Zangetsu. Ini adalah ilusimu, dan aku yang mengendalikannya," ucap Shinobu dengan suara penuh penghakiman.
Malam berganti pagi, dan Zangetsu merasa semakin lelah. Setiap langkahnya terasa berat, dan harapan untuk keluar dari ilusi ini semakin pudar. Hutan yang seharusnya indah kini menjadi penjara tanpa pintu keluar.
Saat ia hampir menyerah pada kelelahan, Shinobu muncul di hadapannya lagi. "Bagaimana rasanya, Zangetsu?"
"Rasakan keputusasaan dan ketidakberdayaan mu di dalam ilusi ini."
Zangetsu menunduk, kekuatannya hampir habis. "Aku... aku menyerah."
Shinobu tersenyum puas. "Kau belajar bahwa kekuasaan sejati bukanlah sesuatu yang bisa diukur dengan sihir atau kekuatan fisik."
"Kau terjebak dalam ilusimu sendiri, dan inilah akhir dari pertarungan ini."
Dengan gerakan tangannya, Shinobu mengakhiri ilusi. Zangetsu kembali ke dunia nyata, tetapi tubuhnya terkulai lemas.
Ia menyadari bahwa kekuatannya kini telah kembali, namun, kepercayaan dirinya hancur oleh pengalaman di dalam ilusi.
Shinobu menghampiri Zangetsu yang terkapar di tanah. "Sekarang, apakah kau masih yakin bahwa kekuasaanmu adalah segalanya?"
Zangetsu hanya bisa menatap hampa. Ia menyadari bahwa kebenaran yang selama ini ia cari tidak bisa diukur dengan kekuatan semata.
Shinobu memandanginya dengan penuh makna, menunggu jawaban dari sang lawan yang kini terjatuh.
"Inilah akhirnya, Zangetsu. Akhir dari ilusimu dan awal dari kesadaranmu," ucap Shinobu dengan tegas, merayakan kemenangan yang dicapainya dengan kebijaksanaan dan kekuatan The Mind.
"The Mind."
Setelah keluar dari ilusi The Mind, Zangetsu mendapati dirinya berada di ruang hampa yang gelap. Tidak ada suara, tidak ada warna, hanya kegelapan yang menyelimuti segala sesuatu di sekitarnya.
Zangetsu merasakan kekosongan yang mendalam, dan ketidakpastian menyelimuti pikirannya.
Tiba-tiba, sebuah cahaya keemasan muncul di tengah kegelapan. Sebuah siluet mulai terbentuk, dan perlahan-lahan, sesosok maha kuasa yang tak terbayangkan muncul di depan Zangetsu.
Wujudnya tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, karena ia melampaui segala pemahaman Zangetsu tentang kekuatan dan eksistensi.
Sosok itu memancarkan aura yang begitu kuat, seolah-olah menciptakan gravitasi sendiri. Cahaya keemasan menyelimuti wujudnya, menciptakan tatanan semesta kecil di sekitarnya.
Zangetsu tak bisa menatap langsung ke arahnya, karena keberadaannya terlalu besar dan maha kuasa.
"Zangetsu, aku sudah menunggumu," desis suara yang terdengar seperti gema dari alam semesta itu sendiri.
Zangetsu, yang selama ini menyandang predikat sebagai sesosok maha kuasa, merasakan ketakutan yang tak pernah ia alami sebelumnya.
Ia menyadari bahwa ini adalah The Mind dalam bentuk aslinya, kekuatan yang jauh melampaui pemahamannya.
"Sekarang kau menyaksikan keberadaanku yang sejati."
"Aku adalah kekuatan yang menciptakan dan mengendalikan segalanya."
"Aku adalah pemilik kebenaran yang tak tergoyahkan," ucap The Mind dengan suara yang menggetarkan ruang dan waktu.
Zangetsu mencoba untuk mengucapkan sesuatu, tetapi kata-kata tercekat di tenggorokannya.
Ia merasa keberadaannya seolah dihancurkan oleh kekuatan yang jauh lebih besar. Pada saat itu, seluruh pengaruh kekuatannya terasa remah-remah di hadapan sosok maha kuasa ini.
"Kau mencari kebenaran, Zangetsu, namun kau terjebak dalam ilusimu sendiri."
"Aku ada di sini untuk membuka matamu, untuk mengajarkan bahwa kebenaran sejati tak dapat diukur dengan kekuatan semata," sambung The Mind, suaranya menggetarkan dimensi yang tak terduga.
Zangetsu merasakan dirinya terjebak dalam kekuatan yang melampaui batas pemahamannya. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, tetapi seolah-olah terikat oleh kehadiran The Mind.
Ketakutannya semakin mendalam, dan ia menyadari betapa kecilnya dirinya di hadapan kebenaran sejati.
Cahaya keemasan yang memancar dari The Mind mulai memperlihatkan berbagai gambaran dan kejadian dari sepanjang hidup Zangetsu.
Ia menyaksikan momen-momen ketika kebenaran tertutup oleh ambisi dan keinginan untuk kekuatan. Semua itu terpampang di depan matanya seperti panggung ilusi yang tak terelakkan.
"Zangetsu, apakah kau siap menerima kebenaran sejati?" tanya The Mind dengan suara yang terdengar seperti gema dari alam semesta.
Zangetsu terdiam. Matanya yang besar kini terbuka lebar, mencoba mencerna segala yang dipaparkan oleh The Mind.
Ia menyadari bahwa perjalanannya mencari kebenaran belum selesai, dan masih ada banyak yang harus ia pahami.
Dalam keheningan yang memenuhi ruang hampa, Zangetsu menemukan keberanian untuk menghadapi kebenaran sejati. Ia mengangkat kepala, menatap sosok maha kuasa di hadapannya, dan dengan suara tegas, ia menjawab, "Aku siap."
Cahaya keemasan semakin memperdalam kehadiran The Mind. Zangetsu, yang kini tak lagi penuh dengan keangkuhan, menerima kebenaran dengan pikiran yang terbuka.
Ia sadar bahwa kekuatannya hanya sebatas alat untuk mencari kebenaran, dan bukan sebagai tujuan akhir.
The Mind tersenyum, seakan-akan merasakan kebijaksanaan yang mulai tumbuh di dalam hati Zangetsu. "Selamat, Zangetsu."
"Kau telah mencapai pemahaman yang lebih tinggi. Sekarang, mari kita bersama-sama menjelajahi kebenaran sejati yang tak terbatas."
Dengan kata-kata itu, The Mind dan Zangetsu menghilang dalam cahaya keemasan yang menyelimuti ruang hampa, menuju perjalanan baru menuju pemahaman dan kebenaran yang lebih dalam.
"Apa yang..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasySetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...