Morgan melanjutkan ceritanya dengan suara yang cukup dalam, mengenang pertemuan penuh kehancuran dengan Kirasaki.
"Ketika aku bertemu Kirasaki, itu adalah momen yang mengubah segalanya."
"Bisa dibilang dia, tidak mencerminkan layaknya seperti banyak Ancient Legenda lainnya, memiliki kekuatan yang tak terbayangkan."
"Namun, dia berbeda. Dia bukan hanya sekadar kekuatan, tapi juga kehancuran dan ketidakpedulian terhadap segalanya."
"Perang ini benar-benar dimanfaatkan olehnya itu untuk memenuhi ideologinya dari keturunan Shimatsu yang baru yaitu pembantaian semua Dewa dan Dewi."
"Shimatsu merupakan keturunan Legenda yang dibuat oleh Zangges untuk membantai Nartagia awalnya, tetapi tujuan mereka berubah ketika sudah dilepas."
"Dan sepertinya mereka mengincar begitu banyak Dewa terutama lagi yang mengakui bahwa dirinya merupakan Dewa paling sesat yang telah memperpanjang perang ini."
"Pertemuan itu terjadi di tengah kota yang dulu ramai, tetapi sekarang menjadi medan perang antara fraksi yang mencoba untuk memperebutkan The Syndrome."
"Kirasaki muncul seperti badai, menghancurkan segalanya di sekitarnya."
"Seorang Dewa berdiri di hadapannya, menghadangnya dengan keberanian yang mungkin hanya dimiliki oleh mereka yang merasa tak terkalahkan," ucap Morgan, matanya menerawang ke dalam kenangan yang terlukis di dalam pikirannya.
"Ketika Kirasaki melangkah maju, dunia seolah menahan napas. Ada kekuatan yang tak terduga dalam setiap gerakannya."
"Sama seperti Ayahku dan Ibuku, dia tidak terikat oleh aturan atau moral. Yang dilihatnya hanyalah kekosongan dan ketidakberdayaan di antara dewa-dewa yang sombong," tambahnya.
Morgan menjelaskan bagaimana pertempuran itu berlangsung dengan cepat dan ganas. Kirasaki tidak membuang waktu untuk berkomentar atau menyuarakan niatnya.
Sebaliknya, dia membiarkan tindakannya berbicara dengan cara menghancurkan dan mengubah medan pertempuran menjadi medan kematian.
"Pertarungan itu memberikan ketertarikan yang begitu besar dalam diriku bahwa aku seharusnya bisa bersekutu dengannya."
"Memang sebelumnya aku memiliki banyak sekali sekutu, tetapi mereka tidaklah cukup untuk bisa memenuhi keinginan diriku pada saat itu."
"Kirasaki, yang dulunya mungkin terikat oleh tugasnya kepada Zangges, kini menjadi agen perubahan yang tak terduga."
"Dia membunuh Dewa dengan dingin, tanpa belas kasihan. Itu adalah momen di mana saya menyadari bahwa ada kekuatan di luar sana yang bahkan para Dewa dan Dewi pun tak bisa kendalikan," ujar Morgan dengan nada yang penuh refleksi.
Setelah momen kehancuran itu, Morgan merasa bahwa perang tidak lagi terbatas pada satu fraksi atau tujuan.
The Syndrome War menjadi panggung bagi perubahan besar, di mana kebenaran dan kekuatan tak terduga akan muncul dari sudut-sudut yang tidak terduga pula.
...
...Angin malam bertiup lembut melintasi reruntuhan kota yang menjadi saksi bisu dari pertempuran brutal antara Kirasaki dan seorang Dewa.
Morgan berdiri di tengah-tengah puing-puing dan debu, masih memancarkan aura kekuatannya yang baru-baru ini diuji dalam peperangan tak terelakkan.
Sorot mata Morgan menatap ke kejauhan, mencerna setiap momen dari pertarungan epik yang baru saja berakhir.
Namun, keheningan malam itu terusik oleh langkah-langkah berat yang mendekati dari belakangnya.
Seiring dengan langkah itu, getaran kehadiran yang mencekam mulai memenuhi udara. Morgan tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasySetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...