Shinobu melangkah dengan hati-hati menuju puncak gedung, di mana sejarah keluarga serta keturunannya tertanam begitu dalam.
Tindakan langkahnya menyusuri koridor-koridor dan tangga-tangga yang masih tegak seakan memberi perasaan kembali ke masa lalu.
Dinding-dinding gedung yang sepi menyaksikan langkah-langkah Shinobu yang penuh rasa.
"Entah kenapa gedung ini kesannya sudah dirawat dalam keadaan seperti ini."
"Jika memang Zenzaku merencanakan sesuatu maka aku setidaknya menghormati rencana ini."
"Walaupun memberikan kembali perasaan nostalgia setidaknya aku tahu jelas bahwa ini bukan disebabkan karena Zenzaku."
"Apakah memang dalam waktu dekat kita akan dipertemukan kembali?" Tanya Shinobu kepada dirinya sendiri ketika menyentuh gambar yang memperlihatkan Korrina.
Ketika ia mencapai puncak gedung, atmosfer berubah. Udara segar yang bertiup lembut menghampiri, memberikan nuansa ketenangan di antara tembok beton yang pernah saksi bisu kehidupan yang penuh perjuangan dan kebersamaan.
Shinobu melihat sekeliling, menyaksikan ruangan-ruangan yang pernah dipenuhi tawa dan tangis, tempat-tempat di mana kebahagiaan dan duka pernah saling berkejaran.
Di depannya, sebuah pintu terbuka mengundangnya untuk masuk ke dalam ruangan yang tampaknya menjadi ruang khusus keluarga.
Saat Shinobu memasuki ruangan itu, kenangan hidup kembali melalui setiap sudut dan sisi.
Di dinding, terpampang foto-foto indah yang merekam sejarah keluarga. Potret Kou, yang selalu terlihat polos dan bahagia, memberikan inspirasi pada setiap orang di sekelilingnya.
Foto berupa Honoka yang sedang tersenyum penuh kelembutan, mengingatkan saudarinya akan kasih sayang yang selalu ada dalam setiap sudut rumah itu.
Namun, perhatian Shinobu tertuju pada gambar yang lebih besar. Suatu kolase foto yang memperlihatkan para pejuang yang pernah mengisi kehidupan keluarganya. Mereka adalah pahlawan-pahlawan yang ikut membentuk cerita dari keluarga Comi.
Shinobu mengenali setiap wajah di foto itu. Ada Minami, dengan senyum percaya diri dan mata penuh semangat.
Shuan yang merupakan Ayahnya saja ada di sana selagi memegang pedang dengan gagahnya. Haruka, yang penuh kecerdikan, tersenyum lembut di samping Rokuro yang selalu tampak tegas dan serius.
Tak lupa, wajah Honoka yang memancarkan kebaikan hati, dan Bakuzen, yang senantiasa penuh dengan tekad. Semua itu menjadi bagian dari kenangan indah yang terpatri di dinding tersebut.
Shinobu meraih sebuah foto di tangannya. Itu adalah gambar dirinya bersama Hinoka dan Koizumi, diambil saat mereka masih sangat muda.
Ekspresi wajah mereka penuh dengan kepolosan dan cita-cita. Shinobu tersenyum melihatnya, mengingat saat-saat mereka bermimpi untuk menciptakan dunia yang damai.
Namun, di balik senyuman itu, terdapat kepedihan yang mendalam. Keinginan untuk membawa damai dan kebahagiaan ternyata tak selalu berjalan sesuai rencana.
Perjuangan yang dilalui oleh setiap individu di dalam foto itu, termasuk mereka yang sudah tiada, menandai perjalanan panjang penuh liku-liku.
Shinobu duduk di depan meja kecil di tengah ruangan. Di atas meja itu terdapat album foto keluarga yang begitu berharga.
Halaman-halaman album itu memuat cerita hidup mereka, mulai dari awal perjalanan hingga saat-saat penuh tantangan.
Dalam keheningan, Shinobu membalik setiap lembaran album, mengenang setiap peristiwa dan momen.
Terdapat gambar-gambar kebahagiaan saat mereka merayakan kemenangan, namun juga terdapat gambar-gambar kesedihan ketika kehilangan melanda.
Semua ini menyentuh hati Shinobu, membuatnya merenung tentang makna kehidupan dan jalan ceritanya. Ia merasa terhubung dengan setiap perasaan yang tertulis dalam setiap gambar, seakan-akan mendekati esensi keberadaannya dan keluarganya.
"Seandainya aku bisa mengulangi kembali semua ini..."
"...hanya untuk yang terakhir kalinya saja."
"Merasakan apa arti dari keluarga yang sebenarnya."
"Apakah ini memang tempat yang selalu aku impikan?" Shinobu tersenyum selagi memejamkan kedua matanya.
Seiring dengan perjalanan melalui lembaran album, Shinobu merasa penuh emosi.
Air mata mengalir di pipinya, bukan sebagai tanda kelemahan, melainkan sebagai ungkapan dari kekuatan batin yang melibatkan semua rasa cinta dan kehilangan.
Di tengah-tengah ruangan, Shinobu merenung dalam-dalam. Ruang dan waktu seakan melambat, memungkinkannya untuk menghargai setiap detik kenangan yang terpatri di gedung Co. Corp.
Meskipun saat ini tampak sepi, ruangan ini penuh dengan energi dan semangat yang pernah membangkitkan kehidupan di masa lalu.
Dalam keheningan itu, Shinobu mengucapkan terima kasih pada semua yang telah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya.
Ia mengenang dengan penuh rasa syukur, memahami bahwa jalan cerita dan kehidupan selalu membentuknya menjadi pribadi yang kuat.
Pada akhirnya, Shinobu menyimpan album foto kembali di atas meja kecil. Dengan pandangan yang penuh haru, ia menutup pintu ruangan dan berjalan keluar menuju tangga puncak.
Udara yang segar menyambutnya, memberikan kelegaan dan harapan untuk melangkah maju.
Di hadapannya, langit senja memancarkan warna hangat. Shinobu melangkah ke tepi puncak gedung, menyaksikan matahari perlahan tenggelam di ufuk barat.
Sebuah senyuman terukir di wajahnya, karena ia menyadari bahwa di setiap senja, ada harapan baru yang menunggu untuk bermunculan.
Pada saat itu, Shinobu merasa eratnya ikatan dengan keluarganya, bahkan jika mereka tak lagi bersama di dunia ini.
Mereka akan selalu hidup dalam kenangan dan warisan yang diwariskan, membimbing langkah-langkah setiap generasi selanjutnya.
Dengan langkah yang mantap, Shinobu melangkah turun dari puncak gedung, membawa serta semua kenangan dan kekuatan yang telah ia temui di dalamnya.
Kepergiannya meninggalkan ruangan itu tetap sepi, tetapi penuh dengan cerita-cerita tak terlupakan yang akan terus dikenang olehnya.
Namun, sementara dia terus menjelajahi gedung itu, dia merasa ada sesuatu yang berbeda. Terdengar bisikan-bisikan lembut, hampir tak terdengar, namun cukup untuk menyentuh alam bawah sadarnya.
Suara-suara itu terasa seperti memanggilnya, meminta untuk menyelami lebih dalam misteri yang terkubur di balik bangunan yang terlupakan ini.
Shinobu memutuskan untuk kembali mencapai lantai atas, kali ini ke tempat ruang kerja para eksekutif terletak.
Pintu ruang direktur terbuka dengan sendirinya, mengungkapkan pemandangan yang tak terduga.
Di dalam ruangan itu, tidak ada tanda-tanda kerusakan atau terbengkalai seperti bagian lain gedung. Sebaliknya, ruangan itu tampak bersih dan terawat.
Di tengah ruangan, seorang sosok bayangan duduk di balik meja direktur. Shinobu mendekati dengan hati-hati, merasa kehadiran yang kuat dari sosok itu.
Ketika dia mendekatinya lebih dekat, bayangan itu mulai terbentuk menjadi sosok Legenda yang dikenalinya dengan baik.
"Apa ini nyata?" gumam Shinobu, melihat wajah yang sudah lama dikenalinya.
Di balik meja direktur yang dulunya ditempati oleh Korrina, Shinobu menemukan sosok Tech, rekan setimnya yang dulu pernah berjuang bersama melawan ancaman yang melanda planet itu.
Tech terlihat sama seperti dulu, tidak ada tanda-tanda penuaan atau keausan.
Tech tersenyum lembut saat Shinobu mencoba memproses kejadian yang luar biasa ini.
"Selamat datang kembali, putri kecil," ucap Tech dengan suara yang lembut namun penuh makna.
"Apa yang terjadi di sini?" tanya Shinobu, masih tidak bisa mempercayai apa yang dia lihat.
"Bagaimana bisa...?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasySetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...