Azalea mendengarkan kata-kata Shinichi dengan mata yang memancarkan kebingungan dan ketidakpercayaan.
Suasana di sekitar mereka menjadi hening, seperti angin sendiri menahan nafas untuk mendengarkan jawaban Azalea.
Setiap kata yang diucapkan Shinichi terasa seperti beban berat yang melayang di udara.
Shinichi ternyata salah paham awalnya ketika Azalea mengatakan sesuatu yang niatnya untuk menyemangati dirinya agar bisa positif dengan kondisi Koizumi.
Tetapi, kenyataan yang sebenarnya adalah dia tidak tahu Koizumi akan diberikan satu pengakhiran yang akan memberikan konklusi sebenarnya.
"Shinichi, apa yang kau bicarakan ini tidak masuk akal," ucap Azalea dengan nada yang sulit dipahami, mencoba mencari kebenaran di balik kata-kata yang baru saja didengarnya.
Azalea ingin berharap bahwa dia salah mendengar maksud dari Shinichi dikarenakan ia sudah merasa begitu yakin bahwa Shinichi pastinya akan melanjutkan rehabilitasi itu lagi dengan The Mind.
Shinichi mengangguk, ekspresinya tetap serius. "Aku tahu ini sulit dipahami, Azalea. Tapi, ini adalah kebenaran yang harus kita hadapi di dalam kehidupan ini."
"Demi ketenangan Shimatsu Koizumi. Dia harus bisa menerima akhir cerita yang layak."
"Tak ada lagi penderitaan yang harus diterima oleh mantan istriku sendiri."
"Setelah mendengarnya langsung dari The Mind, sudah saatnya untuk melepaskan seseorang yang kau cintai."
"Semua ini tidak bisa bertahan secara abadi, dan tentunya untuk diriku... aku harus tetap maju tanpa harus terjerat dengan rasa cinta ini lagi." Shinichi mengatakannya dengan ekspresi serius.
Azalea meremas kedua tangannya dengan erat, mencoba menahan gelombang emosi yang menghampirinya. "Membunuh Koizumi? Apakah kau serius?"
Shinichi menatapnya dengan tegas, "Ini adalah pilihan terberat yang harus kita pertimbangkan."
"Zangetsu selama ini telah mengendalikan Koizumi melalui rasa sakit dan amarahnya."
"Satu-satunya cara untuk membebaskannya adalah dengan mengakhiri hidupnya."
Azalea terdiam, matanya menyiratkan pertentangan batin yang tak terduga. "Tidak, Shinichi. Aku tidak percaya bahwa membunuh adalah satu-satunya jalan."
"Kita bisa mencari solusi lain, menemukan cara untuk melepaskan kendali Zangetsu tanpa harus merenggut nyawa Koizumi."
Shinichi menghela nafas, merasakan beban tanggung jawab yang semakin berat di pundaknya. "Azalea, aku juga tidak ingin melakukan ini."
"Tapi, aku sudah melihat banyak pilihan dan jalur cerita di kehidupan ini."
"Koizumi memang terbunuh oleh Shinomiya sejak berada dalam Touregniration, tapi sebenarnya yang harus melakukan tindakan itu adalah aku sendiri."
"Akulah yang pantas untuk memberikan arti kata dari kedamaian untuknya itu."
"Dan aku yakin, ini adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri penderitaan Koizumi."
Azalea menatap Shinichi dengan pandangan yang campur aduk, antara keputusasaan dan kebingungan. "Tidak mungkin ada cara lain? Kita tidak bisa mencari jalan damai?"
Shinichi mencoba menyentuh bahunya dengan lembut, "Azalea, aku tidak ingin mengambil keputusan ini sendiri."
"Tapi, kita harus mengakui kebenaran serta kenyataannya bahwa Koizumi telah terperangkap dalam siklus penderitaan."
"Kita harus membebaskannya, bahkan jika itu berarti kita harus membuat pilihan yang sulit."
Azalea meresapi kata-kata Shinichi, namun ekspresinya tetap keras kepala. "Aku tidak akan setuju."
"Aku tidak bisa menerima bahwa satu-satunya jalan adalah kematian. Kita akan mencari cara lain, bahkan jika itu sulit dan berisiko."
Shinichi menundukkan kepala, merasakan keputusasaan yang mendalam. "Azalea, aku mengerti perasaanmu."
"Tapi, kita harus bersiap menghadapi konsekuensinya."
"Jika kita tidak bertindak, Koizumi akan terus menderita, dan kehidupan baru ini mungkin terjerumus dalam kehancuran."
Azalea menutup matanya sejenak, berusaha meredakan emosinya yang bergolak di dalam dirinya. "Aku tidak bisa mengerti bagaimana ini bisa menjadi pilihan terbaik."
"Tapi, jika ini satu-satunya jalan menurutmu, maka kita akan mencarikan cara tanpa harus merenggut nyawa."
Shinichi menatap Azalea dengan penuh kerelaan menerima tantangan ini bersama-sama. "Baiklah, Azalea. Kita akan mencari jalan lain."
"Tetapi kita tidak memiliki waktu banyak. Zahar semakin kuat, dan kita harus bertindak sebelum semuanya terlambat."
"Kau merubah pikiranmu secepat---"
"The Mind." Ketika Shinichi mengatakannya Azalea langsung jatuh pingsan di tangan Shinichi yang reflek menangkapnya dengan sangat cepat.
Dia mulai mengamankan Azalea di tempat yang cukup jauh darinya agar proses pemberian akhir dari cerita Koizumi tak berdampak apapun padanya.
"Maafkan aku, Azalea."
"Semua jasa yang telah kau lakukan pada keturunanmu akan selalu diingat olehku dan semua orang."
"Untuk sekarang biarkan aku memutuskannya sebelum pikiranku menerima konflik yang hanya akan memperpanjang masalah."
Shinichi memunculkan tombak dari lengan kanannya itu yang merupakan tombak dari segala kebajikan hingga dapat menghasilkan kekuatan yang sangat dahsyat.
Shinichi menghela nafas dalam-dalam, merasakan getaran emosional yang melanda setiap serat tubuhnya.
Tombak di tangannya bergetar, memberikan perlawanan tak terduga yang mencerminkan pertarungan batin di dalam dirinya.
Mata Shinichi menatap wajah Koizumi yang damai dalam ketidaksadaran, dan seketika itu pula memunculkan ingatan tentang semua momen indah yang mereka bagikan bersama.
Senyuman Koizumi, tawanya yang lembut, dan semua kenangan bahagia yang terpatri dalam ingatannya.
"Tapi ini adalah keputusan yang harus aku ambil," gumam Shinichi pada dirinya sendiri, mencoba untuk meyakinkan hatinya sendiri bahwa tindakan ini adalah keputusan yang benar.
Namun, hatinya tetap terasa berat, dipenuhi dengan pertanyaan dan keraguan.
Tombak di tangannya semakin berat, seolah merasakan konflik batin yang dialami Shinichi. Setiap pikirannya dipenuhi dengan kilatan kenangan bersama Koizumi, seperti kumpulan film yang diputar dalam ingatannya.
Pada saat Shinichi hendak menurunkan tombaknya, dia merasakan getaran yang semakin kuat.
Tombaknya tampaknya merespons tidak hanya pada konflik batin Shinichi, tetapi juga pada kekuatan yang lebih besar di sekeliling mereka.
Shinichi mengalihkan pandangannya ke tubuh Azalea yang masih tak sadarkan diri. Pikirannya berkecamuk, mencari jalan keluar tanpa harus merenggut nyawa Koizumi.
Tetapi apakah ada solusi yang memungkinkan semua pihak keluar tanpa mengorbankan satu sama lain?
Seketika itu pula, Shinichi melihat bayangan Koizumi dalam mimpi-mimpi yang semakin jelas. Mereka tertawa, berbicara, dan merasakan kebahagiaan bersama.
Rasa cintanya pada Koizumi terasa nyata, tak terhingga. Dan di sinilah letak konflik yang sesungguhnya.
"Tidak bisa begini," bisik Shinichi pada dirinya sendiri.
Ia merasakan bahwa setiap tindakannya akan menciptakan gelombang besar yang mempengaruhi seluruh cerita di kehidupan baru itu.
Dengan keputusan yang sulit, Shinichi menepis semua keraguan di hatinya. Tombaknya kembali dieratkan oleh tangannya, dan langkahnya menuju Koizumi semakin pasti. Meskipun langkahnya terasa berat, ia tetap maju dengan tekad yang bulat.
"Tidak ada pilihan lain," ucap Shinichi pada dirinya sendiri, mencoba menenangkan diri di tengah konflik batin yang berkecamuk.
"Ini adalah perjalanan yang harus dilalui, meski pahit..."
Dalam satu gerakan yang masih gugup, tombaknya mulai menurunkan diri menuju Koizumi.
Tapi ketika ia hendak menyelesaikan tujuannya, suara lembut Koizumi menggema di dalam pikirannya.
"Shinichi..."
Suara itu membawa kembali ingatan akan senyuman dan kelembutan Koizumi. Shinichi berhenti sejenak, melihat wajah Koizumi dalam keheningan batinnya.
Keputusan yang diambilnya bukan hanya untuk mengakhiri suatu cerita, tetapi juga untuk memberi damai pada orang yang dicintainya.
Namun, bagaimana pun juga, langkah ini tetap sulit dijalani. Hatinya dipenuhi dengan rasa sakit dan penyesalan, seolah ia memutuskan untuk mengorbankan sebagian besar dirinya demi menyelamatkan yang lain.
"Maafkan aku, Koizumi..."
"Selamat tinggal..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasiSetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...