Azalea, dengan penuh perhatian kepada mereka bertiga, menyarankan agar Shinichi, Ako, dan Konomi beristirahat di ruang sebelah agar percakapan mereka bisa dilanjutkan.
Seharusnya masalah Koizumi untuk sekarang dapat bisa diatasi dengan mudah sampai ia tidak harus meminta ketiganya terus membantu.
Mereka harus fokus dengan tujuan baru yang ada di hadapan mereka yaitu dengan memikirkan cara agar bisa beradaptasi dengan kehidupan baru itu serta mencari cara untuk bisa bertemu dengan Zenzaku.
Gideon juga sengaja membiarkan mereka menghabiskan waktunya bertiga bersama-sama sampai ia tentunya ingin membicarakan tentang sesuatu dengan Shinichi mengenai Ako.
Mereka tahu betapa pentingnya istirahat, terutama setelah pengalaman yang melelahkan dan penuh emosi.
“Terima kasih banyak, Azalea.” Shinichi menundukkan kepalanya.
“Aku harap istriku ini benar-benar bisa disembuhkan berkat dirimu, dan tentunya aku memiliki banyak sekali keinginan agar bisa membalas budi dirimu.”
Azalea menggelengkan kepalanya itu, “Tidak perlu, kau hanya perlu menjadi suami yang hebat di sisinya serta menemaninya agar kalian bisa saling melengkapi lagi.”
Shinichi mengangkat kedua alisnya itu lalu ia tersenyum penuh dengan keseriusan, “Tentunya itu akan menjadi sesuatu yang harus aku laksanakan sebagai suaminya!”
Shinichi pergi duluan dimana Ako dan Konomi juga tidak lupa untuk berterima kasih pada Azalea yang melambaikan tangannya itu.
Dengan langkah lembut, mereka bertiga beralih ke ruangan yang lebih tenang, tempat mereka bisa mengobrol tanpa gangguan.
Azalea mulai menoleh ke arah Gideon, “Mereka pastinya harus merenungkan diri terlebih dahulu mengenai semua rekannya yang sudah berjuang dalam Limbo.”
“Sebuah kehormatan terakhir harus dilakukan agar keguguran mereka tidak berakhir dengan sia-sia.”
“Kau ada benarnya. Inilah yang terbaik untuk mereka.”
“Rekan Shinichi dan Shinobu yang sudah berjuang dari langkahan awal telah membantu banyak sampai pengorbanan mereka takkan pernah bisa membawa keduanya ke puncak yang sekarang.”
“Aku setuju dengan itu.” Azalea kembali menatap catatannya itu dimana ia mencoba untuk mempelajari sihir barunya.
Gideon melipatkan kedua lengannya itu lalu ia menatap keluar jendela untuk memastikan tidak ada perubahan apapun yang sedang terjadi saat ini.
“Ketika Shinichi mencoba untuk memasuki salah satu dunia itu, apa yang akan terjadi setelahnya...?”
...
...
Mereka tiba di dalam ruangan yang dapat dijadikan sebagai tempat istirahat serta berbicara, bisa dibilang ruangan itu terasa nyaman.
Terlihat dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan yang menenangkan, dan aroma harum dari bunga-bunga segar memenuhi udara.
Azalea sempat membuka pintu hanya untuk menunjukkan kursi-kursi yang empuk di sekeliling meja kayu kecil, tempat yang sempurna untuk berbicara.
“Silakan duduk dan beristirahat sejenak. Kalian semua pasti butuh waktu untuk merelakskan diri setelah semua yang terjadi,” kata Azalea dengan penuh kepedulian.
Shinichi, Ako, dan Konomi mengikuti saran Azalea dan duduk bersama-sama di sekitar meja. Meskipun fisik mereka tampak utuh, kelelahan bisa terlihat di wajah mereka.
Namun, kehadiran mereka satu sama lain memberikan semacam kekuatan yang membuat mereka tetap tegar.
Azalea menyajikan teh hangat untuk semuanya, memberikan sentuhan kenyamanan dalam gelas-gelas kecil. Setelah duduk, mereka merasakan ketenangan sejenak sebelum mulai berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasíaSetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...