Gideon dan Shinichi melihat dengan takjub dan kekesalan saat pasukan Prisma terus bertransformasi menjadi sosok-sosok yang dikenal oleh keduanya.
Wujud Shinobu, Koizumi, Murphy dan Morgan yang muncul sebagai salah satu dari mereka menambahkan tingkat kesulitan dalam pertempuran.
Gideon, yang memegang topengnya yaitu Shroud of Syndromancy, memusatkan kekuatannya.
Topengnya yang terbuat dari bahan misterius mulai memancarkan aura gelap yang melibatkan kekuatan dari berbagai sindrom dan penyakit.
Dia melompat maju, mengarahkan serangan ke arah pasukan Prisma yang memiliki wujud mirip Murphy.
“Sindrom Darkenfall!” seru Gideon sambil mengayunkan kapaknya itu. Serangan gelap itu membentuk cakrawala kegelapan yang menyapu pasukan Prisma dengan kekuatan yang menghancurkan.
Namun, pasukan Prisma itu akan mudah dikalahkan hanya dengan serangan itu. Mereka beradaptasi, berubah bentuk lagi, kali ini menjadi makhluk-makhluk Eldritch dengan wujud mengerikan.
Sementara itu, Shinichi berdiri tegak, menghadapi pasukan Prisma yang menciptakan salinan tubuhnya. Dengan kedua tombak kebajikannya, Temperance dan Charity, ia melancarkan serangan serentak.
Cahaya emas memancar dari tubuhnya, memperlihatkan kekuatan perwujudan segala kehidupan.
“Pertahankan, Gideon!” seru Shinichi.
“Kita tidak boleh terjebak dalam ilusi takdir mereka.”
Gideon mengangguk dan melanjutkan serangannya. Namun, pasukan Prisma semakin cerdik, mengubah takdir mereka secara instan untuk mengantisipasi setiap serangan.
Mereka tidak hanya menyerupai fisik, tetapi juga mengadopsi kemampuan dan kekuatan khas dari setiap individu yang dicontohkan oleh takdir.
Shinichi, yang semakin kesal, meresapi The Mind-nya untuk mencari cara mengatasi keahlian adaptasi pasukan Prisma.
Namun, semakin dia mencoba memahami takdir yang terus berubah, semakin kompleks dan sulit diprediksi situasinya.
Gideon melihat Shinichi yang sedang berjuang dan berseru, “Kita harus mencari cara merusak struktur takdir ini secara fundamental! The Mind-mu bisa menjadi kunci!”
Shinichi mengangguk, dan keduanya berkolaborasi. Gideon mengarahkan serangannya untuk mengalihkan perhatian pasukan Prisma, sementara Shinichi dengan The Mind-nya berusaha menyusup ke dalam jaringan takdir yang diciptakan oleh musuh.
Namun, pasukan Prisma semakin cerdik, menggunakan warisan kekuatan dari Fateless Destiny untuk meresapi serangan mereka. Setiap langkah yang diambil oleh Shinichi dan Gideon diantisipasi oleh takdir yang selalu berubah.
“Pertempuran ini semakin rumit,” kata Shinichi dengan suara tertekan.
Gideon mengangguk setuju, “Kita harus mencari celah. Jika takdir mereka begitu kuat, kita harus menemukan titik lemahnya.”
Begitu mereka terus berusaha menemukan cara melawan pasukan Prisma yang semakin kuat, cahaya dan kegelapan terus saling bertabrakan di medan perang yang semakin padat dengan kekacauan takdir.
Pertempuran ini tidak hanya melibatkan fisik, tetapi juga pertarungan takdir yang kompleks dan melibatkan kekuatan supernatural terbesar yang dimiliki oleh Gideon dan Shinichi.
Sementara Gideon dan Shinichi berjuang melawan pasukan Prisma, pertempuran di sisi lain semakin memanas.
Alter Konomi, dalam wujudnya yang memancarkan aura kegelapan, dengan cepat meluncur maju, menuju ke arah Zahar yang tergabung dengan Mirozion sebagai Zaharion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasySetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...