Morgan telah gugur, dan kegugurannya itu bisa dibilang penuh dengan kebanggaan tanpa adanya perasaan berupa penyesalan yang tertinggi.
Pada detik akhirnya itu, ia bisa mengetahui bahwa Ayahnya memang merasa bangga kepadanya walaupun kekecewaan itu sudah ia tanggung dalam bekas luka di wajahnya itu.
Ditambah lagi ia sudah tidak perlu mengkhawatirkan apapun karena tahu bahwa Shinobu lah yang akan mengakhiri semua ini dengan melanjutkan langkahan yang tidak bisa Morgan lakukan.
Tidak sebagai Manusia maupun Legenda, tetapi sebagai permintaan terakhir yang Morgan inginkan untuk bisa menciptakan Shinobu dengan rencana terakhirnya.
Shinobu menatap Morgan yang gugur selagi menundukkan kepalanya itu dimana ia langsung mengambil rokok yang masih berada pada mulutnya itu.
Dengan cepat dia langsung membuangnya ke depan lalu ia sengaja tidak menghabiskan rokok miliknya itu.
Shinobu mulai bangkit dari atas tanah hanya untuk mengangkat tubuh Morgan yang sudah sepastinya terasa sangat ringan baginya.
Tak disangka dia akan menerima momen tak terduga seperti itu dimana ia mengangkat jasad dari seorang Manusia yang sudah memanfaatkan dirinya sejak kehidupan awal.
Tetapi, ia tahu semua alasannya itu hingga dia bisa mengakui bahwa Morgan adalah Manusia yang sangat jenius.
Dia tahu batasannya sendiri, dan dia tahu harus melakukan apa agar bisa menyebabkan semuanya menjadi kemungkinan baginya walaupun terhalang oleh batasan sebagai Manusia.
Shinobu, melakukan beberapa langkahan hati-hati, membawa tubuh Morgan ke tempat yang aman.
Suasana hening menyelimuti mereka, hanya dipecah oleh suara langkah kaki yang lembut di tengah hutan yang seolah menyaksikan kisah besar yang baru saja berakhir.
Shinobu tahu bahwa dia saat ini sedang diikuti oleh seseorang yang memiliki perwujudan persis sepertinya, yang membedakan hanya warna rambut putihnya itu.
The Mind datang dengan wujudnya itu demi memberikan satu kehormatan terakhir untuk seorang Manusia yang sudah berjasa banyak atas segalanya.
Bisa dibilang Shinobu tidak mengeluarkan perkataan apapun karena ia menghormati kepergiannya dengan penuh keheningan sebagai tanda atas perjuangannya yang tak bisa disaksikan oleh semua kecuali dirinya sendiri.
Di lokasi yang telah disiapkan oleh Shinobu, ia mulai mengumpulkan kayu-kayu kering. Setiap batang kayu yang ia pilih, ia letakkan dengan penuh kehormatan, sebagai penghormatan terakhir bagi Manusia Sempurna, Morgan Paxton.
Langit mulai memerah di ufuk barat, memberikan nuansa dramatis pada momen perpisahan ini. Shinobu bekerja dengan tekun, membentuk tumpukan kayu yang akan digunakan untuk menutupi tubuh Morgan.
Setelah persiapan selesai, Shinobu duduk di samping tubuh Morgan yang telah diatur dengan baik. Dia menghela nafas dalam, merasakan beratnya tanggung jawab yang dia pegang.
Dengan gemetar, Shinobu mulai merapalkan kata-kata harapan terakhir. Harapan untuk Morgan, yang telah menjalani perjalanan panjang dan berakhir di sini.
Harapan untuk kebenaran, yang selalu menjadi pusat perhatian Morgan dalam hidupnya. Doa untuk dunia, yang kini akan menyimpan sejarah besar ini di dalam ingatannya.
"Semoga kau menemukan kedamaian di alam selanjutnya, Morgan Paxton."
"Semoga kisahmu menjadi warisan yang akan dikenang oleh generasi-generasi yang akan datang," ucap Shinobu dengan suara lembut, laksana bisikan angin yang melintas.
"Walaupun aku sendiri tahu itu mustahil, tetapi setidaknya semua orang harus membuka mata mereka untuk mengetahui riwayat sejarah Paxton yang sebenarnya."
Setelah harapan yang diberikannya selesai, Shinobu mulai menyalakan kembali rokoknya itu untuk dihisap yang terakhir kalinya sampai mengeluarkan banyak sekali asap pada hidungnya itu.
"Nikmatilah satu rokok terakhir ini." Shinobu menjatuhkan rokok yang masih menyala itu hingga membakar dedaunan secara langsung sampai menyebar pada kayu itu.
Api yang disebabkan rokok hingga dedaunan itu mulai membakar tumpukan kayu dengan hati-hati. Api yang membara menjadi saksi bisu dari akhir perjalanan Morgan.
Shinobu memandangi api itu dengan mata penuh rasa hormat, entah kenapa dia merasakan kekosongan dalam hatinya.
Pandangannya saat ini mengingat kembali sebagai Stella ketika ia berdiri di hadapan sesosok pria yang mengerikan.
Dan tentunya mengingat kembali sebagai Shinobu yang bertemu Morgan untuk pertama kalinya dalam Toumension dimana ia menatapnya dengan penuh kebencian sekaligus kewaspadaan.
Perjuangan demi perjuangan hanya membuat Shinobu akan sesuatu hal yang penting tentangnya itu dimana ia mulai memasang tatapan yang terlihat ikhlas sekarang.
Proses pemakaman dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Shinobu mengamati setiap percikan api yang menyatu dengan langit yang kini mulai memancarkan sinar senja.
Kayu-kayu itu, yang membakar semangat dan perjuangan Morgan, terus berkobar hingga membentuk kobaran yang indah dan menyentuh.
Saat api mencapai puncaknya, Shinobu menutup matanya sejenak. Ia meresapi momen ini, membiarkan keheningan malam memeluk ritual perpisahan ini.
"Terima kasih, Morgan."
"Maafkan aku yang hanya bisa menyadari semua kebenaran itu sekarang."
"Setidaknya aku benar-benar tahu alasan dibalik kehidupanku sebagai Stella Schneiderlin dan juga Shinobu Koneko sekaligus Shiratori Shinobu."
"Aku adalah aku, dan aku tetaplah senjata yang diciptakan demi bisa meraih kebenaran lalu mengakhiri segalanya."
"Aku yang tidak seharusnya merasakan emosi apapun secara berlebihan terkait pada kepositifan dan kenegatifan."
"Kebenarannya akan terungkap secara keseluruhan..."
"...hanya membutuhkan beberapa langkah lagi dariku sampai aku benar-benar bisa memenuhi keinginan semua orang."
"Bukan hanya dirimu, tetapi semua orang yang sudah berjuang sejauh ini demi bisa menciptakan segala kemungkinan yang menjadi kenyataan."
Setelah beberapa saat, ia kembali membuka mata dan menghela nafas lega lalu menyaksikan kobaran api yang begitu indah.
Dengan penuh kehati-hatian, Shinobu mulai menutupi tubuh Morgan dengan abu sisa pembakaran kayu.
Setiap gerakan dilakukan dengan cermat, sebagai simbol persembahan terakhir kepada orang yang telah menjadi bagian besar dari perjalanan hidupnya.
Hutan yang sebelumnya sunyi, kini menyaksikan akhir dari sebuah kisah yang penuh dengan kebanggaan. Shinobu, yang kini duduk di antara reruntuhan api yang masih membara, merenung dalam keheningan malam.
Sebuah bintang jatuh melintas di langit, seolah memberikan penghormatan terakhir kepada Manusia Sempurna yang telah gugur.
Malam itu, Morgan Paxton, dengan segala kecerdasan dan kelebihannya, dikenang sebagai bagian dari sejarah yang tak akan pernah pudar. Dan Shinobu, sebagai saksi terakhir, bertekad untuk menyampaikan cerita itu kepada dunia setelah semuanya selesai.
Shinobu mulai mengulurkan lengannya ke depan sampai telapak tangannya dapat merasakan kobaran api itu.
Dia sengaja membiarkan itu terjadi sampai tubuh Morgan telah sepenuhnya terbakar hingga menjadi debu agar ia bisa memasukkan ke dalam botol emas yang sudah ia persiapkan.
Keinginannya sejak saat itu tersampaikan kepada Gideon, tetapi dia akan melakukannya sekarang sebagai keinginan terakhirnya.
Melepaskan sisanya ketika semuanya sudah berakhir, dan tentunya dia akan terbang menjadi sesosok Manusia yang hebat.
Beberapa jam kemudian, api telah sepenuhnya padam dimana tubuh Morgan telah sepenuhnya berubah menjadi debu.
Shinobu mulai mengumpulkan semua debu itu agar bisa dimasukkan ke dalam botolnya yang bersinar dengan cahaya emas.
Penglihatannya itu sempat berfokus kepada kaki dari The Mind yang sedang berdiri di sebelahnya itu, "Aku sudah mengerti kok."
"Kau tak perlu memperjelasnya."
"Dia adalah Manusia yang membuatku bisa ada di sini..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasySetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...