Ako, yang berdiri di antara Shinichi dan Konomi, merasa kebingungan dan kecemasan melihat konflik di antara dua orang yang sangat dekat dengannya.
Dia ingin berbicara, tetapi merasa terlalu kecil dan tidak berdaya di antara pertarungan kehendak yang sedang terjadi.
"Shinichi, dengar baik-baik," ucap Konomi dengan suara tegas. "Kau tidak boleh memaksanya menjadi sesuatu yang tidak dia inginkan. Ako adalah saudaraku, dan aku tidak akan membiarkanmu—"
Sebelum Konomi bisa menyelesaikan kalimatnya, Shinichi tiba-tiba mundur ke belakang dengan cepat. Tepisan Konomi hanya mengenai udara kosong, dan Shinichi sekarang berada di jarak yang aman.
"Tolong jangan memaksakan kehendak dirinya," ujar Konomi dengan nada yang kembali merayu.
Shinichi menatapnya dengan pandangan yang sulit ditebak. "Kau masih bersikap keras kepala, ya."
Konomi memandanginya tajam, tetapi seketika, tubuhnya seperti terpaku. Kedua matanya yang lebar dan intens membuat Konomi tidak bisa bergerak. Dia merasakan kehadiran sesuatu yang lebih kuat daripada kehendak manusia biasa.
"Tidak ada jalan lari..." ucap Shinichi dengan suara yang bergetar di ruang pikir Konomi.
"Yang benar saja ini, apa yang kau lakukan, Shinichi?" Konomi mencoba mempertahankan kendali dirinya, tetapi matanya yang terbuka lebar menunjukkan bahwa ia terperangkap dalam pengaruh Shinichi.
"The Mind," kata Shinichi dengan tegas, mengungkapkan bahwa kekuatannya mencapai tingkat manipulasi pikiran yang mendalam.
Ako, yang sebelumnya hanya seorang penonton yang tidak berdaya, kini merasa cemas dan khawatir.
Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi melihat Konomi dan Shinichi saling berhadapan seperti ini membuatnya merasa terombang-ambing di antara dua kehendak yang bertentangan.
Sementara itu, Konomi mencoba melawan pengaruh Shinichi, tetapi upaya itu tampaknya sia-sia. Pikirannya terasa seperti dikekang oleh kekuatan yang lebih besar.
Dia ingin berkata-kata, mengungkapkan keinginannya untuk melindungi adiknya, tetapi kata-kata itu terjebak di dalam benaknya.
Shinichi, sementara itu, memandang Ako dengan ekspresi yang sulit diartikan. Dalam kebingungannya, Ako mencoba menemukan kejelasan di antara ketidakpastian ini.
Dia merasa seperti boneka di antara dua pemain, dan takdirnya tampaknya berada di tangan mereka.
Perdebatan yang melibatkan kekuatan pikiran dan emosi ini menciptakan ketegangan yang menyelimuti ruangan, dan keputusan apa yang akan diambil oleh Shinichi mungkin akan mengubah nasib Ako dan Konomi secara permanen.
Konomi merasakan kekosongan dalam dirinya, perang antara keinginannya dan pengaruh The Mind Shinichi membuatnya merasa terisolasi dalam batinnya sendiri.
Dia mencoba keras untuk membebaskan dirinya dari cengkeraman Shinichi, tetapi setiap usaha terasa seperti menghadapi tembok yang tak tergoyahkan.
"Kau ini benar-benar menyebalkan, Shinichi! Apa yang kau lakukan padaku?" pekik Konomi, suaranya terdengar penuh frustrasi dan amarah.
Shinichi tersenyum, tetapi senyuman itu tidak mencerminkan kegembiraan. Itu lebih mirip senyuman penuh kebimbangan, memperlihatkan bahwa bahkan bagi Shinichi, penggunaan kekuatan seperti ini bukanlah keputusan yang mudah.
"Kau tidak bisa terus memaksaku begini!" seru Konomi, matanya bersinar ketidaksenangan.
"Ini bukan cara yang benar untuk—"
"Tak ada cara yang benar atau salah, Konomi. Hanya ada kenyataan dan kehendak," potong Shinichi dengan dingin.
Dia merasa dilematis, tetapi merasa bahwa inilah satu-satunya cara untuk melindungi Ako, setidaknya menurut pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasySetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...