"Kekuasaan yang aku terima ini takkan pernah bisa kau tembus begitu saja! Terutama lagi konsep takdir yang sudah menjadi bagian dari tubuhku...!!!"
"Kekuasaan yang aku konsumsi berkaitan mengenai dirimu atas segala hal dimana kau seharusnya tak pernah ada!"
"Sebagai yang terpilih...!!! Aku akan menetapkan kekuasaan itu sebagai kenyataan yang harus semua orang terima!!!"
Tubuh Shira langsung melepaskan cahaya yang terpantul dari semua pecahan Destima sampai menusuk tubuh Shinichi beberapa kali.
Shinichi langsung memunculkan sayap naga yang begitu besar dari punggungnya dimana pecahan Destima itu langsung berubah menjadi sisik naga.
"... ...!!!" Shira mengangkat kedua alisnya dimana ia melihat semua sisik itu langsung berubah menjadi cahaya kekosongan.
"Persetan dengan kekuasaan yang kau terima darinya."
"Terima lah kenyataan yang sudah seharusnya kau terima karena pilihanmu sendiri dari nol."
Shinichi melepaskan semburan cahaya ke depan sampai membakar tubuh Shira yang berhasil menahan semua itu dengan pantulan prisma emas di tubuhnya.
Shinichi mengangkat tangan kirinya ke atas hingga memunculkan Chronicus Dominance yang mulai memanjang ke atas langit seperti pedang dengan bilah yang lebih panjang.
""RAAAGGGGHHHHHH!!!""
""LEGENDS NEVER DIES...!!!""
Shinichi dan Shira langsung melepaskan banyak sekali kekuatan dimana wilayah kekosongan itu langsung berubah menjadi wilayah bercahaya keemasan yang memenuhi semua kekosongan.
Shira melancarkan banyak sekali pukulan yang langsung menekan tubuh Shinichi dari setiap arah dimana dirinya langsung tertekan.
Shinichi melepaskan serangan balik dengan melancarkan satu hantaman ke depan hingga menghancurkan tubuh Shira menjadi kepingan kecil.
Namun, semua kepingan itu muncul kembali hingga membentuk dirinya yang melancarkan lebih banyak pukulan sampai tubuh Shinichi langsung mengucurkan banyak sekali darah.
"SHIRATORI SHIRA...!!!" Shinichi melesat ke depan lalu ia melancarkan satu tendangan serta hantaman senjata yang ia ayunkan dari atas kepalanya.
Shira langsung menangkap senjata itu hingga menghancurkannya, Chronicus Dominance yang hancur itu langsung mengubah sebagai tubuhnya menjadi cahaya prisma yang memiliki tulisan...
...Ryuusaku Shinichi tidaklah nyata.
Tubuh Shinichi langsung berubah menjadi kertas secara perlahan-lahan dimana Shira mengepalkan tinju kanannya yang bercahaya.
"Inilah kenyataan yang kau maksud, bukan?"
"Ya... benar..."
"Alur cerita milikku adalah kenyataan yang sebenarnya."
"Dengan cara apapun kau mencoba untuk kabur atau mencegahnya..."
"...alur ceritanya takkan pernah bisa berubah!!!" Shira melepaskan satu pukulan terakhir ke depan dimana Destima itu langsung berubah menjadi Chronicus Dominance.
"Menyedihkan sekali, Shira." Shinichi muncul dibalik cahaya emas itu selagi memegang gagang senjatanya dengan tangan kirinya.
"Kau tahu sendiri hasilnya..."
"...di mataku kau hanyalah fiksi belaka." Shinichi menarik senjatanya itu dimana ia melihat Shira yang masih berada pada posisi.
"Tak ada gunanya untuk tetap melanjutkan pertarungan ini juga kau terus menerima dukungan darinya."
Shinichi mulai membalikkan tubuhnya, "Kau sudah mati."
"... ...!?" Shira menatap ke atas langit dimana ia langsung menerima satu gelombang cahaya yang dihasilkan oleh Chronicus Dominance.
Tekanannya saja sudah cukup untuk menghapus kekuatannya secara keseluruhan termasuk dengan anggota tubuhnya dimulai dari organ, daging, dan kulit.
Hanya menyisakan tulang Shira yang terkena oleh gelombang Chronicus Dominance itu dimana dirinya sudah langsung pindah ke sebuah alam lain yaitu kematian ciptaannya...
...kematian yang dikhususkan oleh dirinya agar ia tidak bertemu dengan seseorang yang dulunya pernah menghormati dan mempercayai dirinya.
"Mencoba cara apapun itu."
"Kau tetap saja tidak jauh dari ranahmu sendiri, Shira..."
"...menerima bantuan saja masih tetap sama."
"Kau ini masih lemah..."
"Jangan harap kau masih memegang arti dari karakter utama..."
Shinichi, meski telah berhasil mengalahkan Shira, merasa tubuhnya terbebani oleh kekuatan yang baru saja dilepaskan.
"Tadi itu hampir saja... aku tak mengira dia mampu memperlihatkan sedikit perbedaan dibandingkan sebelumnya."
"Tapi sekarang... aku tidak perlu mengkhawatirkan akan hal itu karena semuanya sudah selesai."
"Sekarang aku harus memfokuskan diriku dengan prioritas utamaku sendiri yaitu Koizumi." Shinichi terus menghapus semua keringat yang mengucur pada wajahnya.
Dia merentangkan sayap naga yang kini mulai memudar, dan sejumput sisik naga melayang di udara sebelum lenyap dengan indahnya.
Cahaya keemasan yang melingkupi wilayah kekosongan pun mereda, meninggalkan Shinichi dan Shira dalam suasana hening.
Tubuh Shinichi yang terluka dan lelah mulai terasa berat. Dia melangkah perlahan menuju Koizumi yang masih terbaring dalam pemulihan.
Wajahnya penuh dengan ekspresi keprihatinan dan kelegaan. Meskipun kemenangan telah diraih, namun perjuangan belum berakhir sepenuhnya.
Ketika Shinichi tiba di sisi Koizumi, ia melihat gadis itu masih lemah namun nampak lebih baik dari sebelumnya.
Wajah Koizumi yang tadinya pucat kini memperlihatkan sedikit warna. Shinichi duduk di samping tempat tidur Koizumi dan menatapnya dengan penuh perhatian.
"Koizumi, bagaimana perasaanmu?" tanya Shinichi dengan lembut yang mulai mengusap-usap pipinya itu.
Tentunya Shinichi tidak akan menerima respons apapun, tetapi ia mulai membayangkan skenarionya dalam The Mind miliknya sendiri.
Anggap saja semacam hadiah atas perjuangan yang telah dilakukan olehnya itu sampai Shinichi tak bisa menahan diri untuk tidak mencium pipinya.
"Masih terasa lembut, istriku..." Shinichi mulai membenarkan rambut poni dari Koizumi.
"Kau telah menahan serangan Shira dengan baik dalam kondisi seperti ini. Kau memang kuat."
"Jika sudah seperti ini maka aku yakin sebentar lagi kita akan dipertemukan hanya untuk membicarakan tentang banyak sekali hal yang harus kau dengar."
Dia kemudian memandangi sekitar, melihat reruntuhan pertarungan mereka yang masih berserakan di sekitar.
Tubuh Shira yang sudah menjadi kepingan kecil juga masih terlihat, mengingatkan mereka akan pertempuran sengit yang baru saja terjadi.
Shinichi kembali menatap Koizumi. "Kau harus beristirahat dengan baik. Pertarungan ini belum sepenuhnya berakhir, tetapi kita akan menghadapinya bersama-sama."
Shinichi pun berdiri. Dia berjalan menjauh sejenak, mencari tempat yang nyaman untuk duduk dan merenung. Setelah beberapa langkah, dia menemukan batu besar yang cukup nyaman untuk duduk.
Shinichi menarik nafas dalam-dalam, merasakan lelah dan bobot perjuangan yang baru saja dilewatkannya.
Di dalam hatinya, ia merenung tentang alur cerita, kekuatan, dan arti sejati dari menjadi seorang Legenda sekaligus Mythologia.
Shinichi langsung memejamkan kedua matanya itu, "Aku harus mencari Zenzaku sekarang... dia sepertinya masih bisa aku rasakan keberadaannya itu."
"Tapi, sangat disayangkan aku tidak bisa merasakannya sama sekali. Dia benar-benar lari layaknya seperti pengecut yang takkan pernah bisa menghadapi kenyataannya."
"Jika sudah seperti ini maka lebih baik menunggu Ibunda datang kepada Zenzaku saja karena itu memang sudah tugasnya untuk menghentikan dirinya."
Setelah selesai menentukan keputusan tentang Zenzaku, Shinichi terus memikirkan peristiwa yang baru saja terjadi.
Kepalanya terasa berat, dan dia tahu bahwa perjuangan mereka belum selesai. Namun, dengan Koizumi di sisi maka dia yakin bahwa mereka dapat mengatasi segala rintangan yang akan datang.
"Hahhh..." Shinichi memutuskan untuk memejamkan kedua matanya sebentar saja agar bisa tidur.
Namun, dia langsung menerima semacam rangsangan yang begitu kuat dalam pikirannya yang menyebabkan dia langsung melihat sekelilingnya.
"RYUUSAKU...!!!"
"...SHINICHIIIIII!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasySetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...