Dalam sekejap, suasana damai yang tengah dibangun oleh Shinobu dan Gideon terguncang oleh sesuatu yang tak diduga sama sekali oleh siapapun itu.
Shinobu entah kenapa bisa merasakan sesuatu yang hangat pada wajahnya, dan itu adalah darah sampai penglihatannya itu tertuju langsung kepada dada Gideon yang berlubang sampai mengeluarkan banyak sekali darah.
Dari luka berlubang yang sangat besar itu tentunya berasal dari sebuah pukulan yang diarahkan ke belakang punggung Gideon sampai menembus keluar sampai dadanya hingga membawa darah segar yang memercik keluar.
Shinobu menatap Gideon dengan mata terbelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Darah membasahi tangannya yang masih merangkul Gideon.
Sementara itu, Gideon sendiri terlihat kaget dan terkejut oleh sesuatu yang tidak bisa dia deteksi semudah itu karena ia terbawa suasana terutama lagi dengan siluet yang ternyata selama ini adalah...
"Zangetsu...!" Korrina memasang ekspresi yang terlihat kaget dan kesal sekaligus karena tak menyangka kedatangannya yang tidak bisa diprediksi.
"Ke-Kenapa...?" Shinobu merintih, suaranya terpecah oleh rasa sakit dan keheranan karena ia sendiri tidak bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya.
The Mind miliknya saja tidak langsung mendeteksi serangan yang datang karena ia masih terjebak dalam duka serta penyesalan terbesarnya itu.
Dia mencoba mencerna kenyataan bahwa sesosok Ayah yang memeluknya demi menenangkan dirinya telah berakhir dengan sebuah luka kritis dari sesosok cucu yang maha kuasa.
Gideon yang kini tampak pucat, mencoba untuk mencerna kejadian yang datang padanya saat ini, "Ini... ini bukan... mu-mustahil. Bagaimana bisa aku memperlihatkan kelengahan menyedihkan seperti ini..."
Namun, suara Gideon terhenti ketika sosok Zangetsu muncul di hadapan mereka. Dalam bayangannya yang gelap, sosok itu tersenyum dengan tajam, mengisyaratkan bahwa ini adalah aksi dari Zangetsu sendiri.
"Kalian benar-benar naif," Zangetsu berkata dengan nada menghina.
"Kalian pikir kalian bisa lepas dari skenario yang telah kuatur?"
Shinobu mencoba berbicara, tetapi rasa sakit dan kelemahan mulai merayap ke seluruh tubuhnya sampai ia masih tertahan dengan perasaan dan pikirannya itu.
Gideon, yang tampaknya tersiksa oleh perbuatannya, mencoba mendekati Shinobu, tetapi dihadang oleh Zangetsu.
"Jangan khawatir, kalian berdua tidak akan mati begitu saja. Aku punya rencana yang lebih menarik untukmu, Shinobu," Zangetsu tersenyum penuh kejahatan.
Dengan gerakan tangan yang cepat, Zangetsu menciptakan portal hitam di hadapan mereka. Dalam sekejap, Shinobu dan Gideon diseret masuk ke dalamnya, meninggalkan pelukan dan kehangatan yang sebelumnya mereka rasakan.
Portal itu menyusut, meninggalkan jejak darah di tempat yang seharusnya diisi dengan keamanan dan kedamaian. Kini, hanya kehampaan dan pertanyaan yang melayang di udara.
Dalam kehampaan dimana portal tadi menghilang, Shinobu bersusah payah mendekati Gideon yang masih terkapar di tanah.
Luka besar di dada Gideon tampak menganga, mengingatkan Shinobu pada tindakan yang merusak kepercayaan itu sendiri.
"Kau harus bertahan, Gideon," bisik Shinobu dengan mata yang memerah dan tangan yang gemetar.
"Aku akan menyembuhkanmu."
Namun, sebelum Shinobu bisa melanjutkan upayanya, Zangetsu kembali muncul di hadapannya. Sosok itu berdiri dengan angkuh, mata yang penuh dengan kegelapan dan tawa menghina.
"Sejauh apa kau bisa mendekati seseorang yang kau kasihi?" Zangetsu berkata sambil tertawa.
"Apa kau benar-benar berpikir bahwa kau bisa menjadi penyembuh bagi Gideon yang terluka?"
"Buka matamu. Luka yang aku berikan pada Gideon tidak akan pernah bisa disembuhkan dalam wilayah ini."
"Tidak setelah aku akan menerima kembali kekuatan yang telah dia rampas dariku sejak dahulu kala!!!"
Shinobu menatap Zangetsu dengan rasa marah dan frustrasi. Meski begitu, dia tak akan menyerah begitu saja.
Dengan melepaskan semua tenaganya yang ditekankan, dia merentangkan tangannya ke arah luka Gideon, mencoba memanggil kekuatan penyembuhannya.
Namun, Zangetsu tak tinggal diam. Dengan kecepatan yang mengejutkan, dia melayang ke arah Shinobu dan menghantamnya dengan kekuatan yang membuatnya terlempar beberapa langkah ke belakang.
"Kau pikir kau bisa melawan alur cerita yang telah kutentukan?" Zangetsu berkata sambil menatap Shinobu dengan keangkuhan.
"Kau hanyalah bagian dari cerita ini, Shinobu. Kau tak bisa mengubahnya."
Shinobu bangkit kembali, meski tubuhnya terasa lemah oleh pukulan Zangetsu. Dia menatap luka Gideon yang masih membuka, dan niat untuk menyembuhkan kembali memenuhi hatinya.
Namun, Zangetsu terus menghalangi setiap upaya Shinobu sampai dia tidak bisa melawan balik karena wilayah kehampaan itu merupakan dominasi miliknya sendiri untuk menyangkal segala perlawanan.
"Sudahlah, Shinobu. Kau takkan pernah bisa menyelamatkan Gideon, atau bahkan dirimu sendiri," cemooh Zangetsu terdengar semakin menyakitkan.
Shinobu, yang mulai merasa putus asa, menatap Gideon yang lemah tak berdaya. Dia tahu bahwa dia harus bertindak, meskipun kekuatannya tampak terbatas.
Dengan kekuatan yang membara, Shinobu kembali mencoba untuk menyembuhkan luka Gideon, kali ini dengan fokus dan kekuatan yang lebih besar.
"Jangan hentikan aku, Zangetsu. Aku tak akan membiarkan alur bodohmu itu menghentikan usaha ku untuk melindungi mereka yang kusayangi," ujar Shinobu dengan mata yang bersinar penuh keseriusan.
Dalam keputusasaan dan amarah, Shinobu terus berusaha melawan Zangetsu, berusaha untuk melindungi Gideon yang terluka.
Namun, setiap serangannya bertemu dengan ketidakberdayaan di hadapan kekuatan gelap yang dimiliki oleh Zangetsu.
Zangetsu dengan mudah menghindari setiap serangan Shinobu dan dengan cepat menyerang kembali. Setiap pukulan dan serangan membuat Shinobu semakin lemah, tetapi dia tidak menyerah.
Dia bertahan dengan niat yang kuat, meskipun tubuhnya terasa hancur oleh kekuatan tak terlihat yang berasal dari Zangetsu.
"Apa yang kau harapkan, Shinobu? Kau hanyalah bagian dari skenario yang sudah ditulis," ejek Zangetsu, mengabaikan setiap usaha Shinobu.
Dengan cepat dan tiba-tiba, Zangetsu melayang ke udara dan menyerang Shinobu dari arah yang tidak terduga.
Shinobu berusaha untuk menghindar, tetapi serangannya meleset dan membuatnya terjatuh ke tanah dengan keras.
"Dalam dunia ini, tak ada yang bisa mengubah alur ceritaku. Kau hanyalah boneka yang dipermainkan oleh kekuatan yang lebih tinggi," Zangetsu berkata sambil menatap Shinobu yang berjuang untuk bangkit.
Namun, sesaat sebelum Zangetsu melancarkan serangan berikutnya, seberkas cahaya muncul di sekitar mereka.
Sebuah suara menggema di udara, "Tak ada yang benar-benar terikat oleh alur cerita."
"Hanya mereka yang memiliki keberanian untuk menantangnya yang dapat mengubah alur cerita."
Korrina muncul di tengah cahaya, kehadirannya membawa perubahan di medan pertempuran. Zangetsu memandang Korrina dengan tatapan dingin.
Sementara Shinobu, yang masih tergeletak di tanah, menatapnya dengan kebingungan dan harapan.
"Cukup, Zangetsu. Kau takkan menghentikan usaha mereka."
"Mereka adalah bagian dari cerita ini, tetapi itu tidak berarti alurnya tidak bisa diubah," ujar Korrina dengan suara yang penuh keyakinan.
Zangetsu mendesis, tetapi Korrina melanjutkan, "Shinobu memiliki kekuatan untuk menulis babak baru dalam cerita ini. Dia memiliki kebebasan untuk memilih jalannya sendiri."
Korrina mengarahkan pandangannya pada Shinobu yang masih berusaha bangkit. "Gunakan kekuatanmu, Shinobu. Kau bisa mengubah alur ini."
"Jika kau memang dengan beraninya datang ke dalam wilayah ini maka kau sudah siap untuk menerima apa yang akan datang padamu selanjutnya!"
"Waktu kematian mengejar Gideon sekarang, dan itu juga akan menjadi waktu dimana kondisi sempurnaku akan kembali!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasySetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...