Shinichi mulai berjalan di belakang Gideon selagi menatap kedua telapak tangannya untuk menyesuaikan diri lebih dalam lagi agar ia bisa terbiasa.
The Mind yang berada dalam pikirannya juga mulai beradaptasi dengan membantu Shinichi agar bisa mengetahui banyak tentang kehidupan yang sekarang disebut sebagai Utopia bagi Zenzaku.
Gideon melangkah maju dengan mantap diikuti oleh Shinichi yang merenungkan pemandangan alam semesta yang tak terbatas di hadapannya, "Apakah Zenzaku tidak tahu tempat ini?"
"Pertanyaan itu tidak bisa aku jawab dengan keakuratan karena Zenzaku bukanlah Zangges."
"Bisa dibilang dia sering turun tangan dengan melepaskan suatu utusan, dan terkadang dia sendiri yang akan mengatasinya dengan wujud berbeda."
"Intinya dia juga pasti memiliki rencananya tersendiri jika membiarkan dunia buatanku ini dibiarkan."
Shinichi mengangguk lalu ia kembali melihat keluar jendela, "Entah kenapa tidak ada banyak perubahan, kesannya menyamai Touriverse saja yang digabungkan dengan Singularitas, Toumension, dan Celestial."
Cahaya bintang-bintang memenuhi langit-langit dengan keindahan yang begitu luar biasa, dan Shinichi merasa seolah melihat berbagai galaksi dan sistem matahari yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Selamat datang di kehidupan baru, Shinichi, tempat yang diciptakan untuk melampaui batas-batas alam semesta dan memberikan kehidupan yang penuh makna," ucap Gideon dengan nada yang terdengar tenang.
Shinichi, dengan The Mind-nya yang tajam, mencerna setiap kata yang diucapkan Gideon. Ia tidak bisa berbohong sama sekali dengan perasaannya karena ia sendiri merasa kagum dan terkesima oleh keindahan dan keberagaman alam semesta yang terbentang di hadapannya.
"Kehidupan yang disebut sebagai Utopia ini adalah hasil kolaborasi antara berbagai kekuatan yang ada di alam semesta."
"Setiap entitas, setiap kehidupan memiliki peran masing-masing untuk menjaga keseimbangan," lanjut Gideon, memandu Shinichi melalui lorong yang semakin dalam.
Shinichi mulai memahami bahwa Utopia bukan hanya tempat, tetapi juga konsep tentang harmoni antara kehidupan.
Gideon menjelaskan tentang sistem yang kompleks dan teratur, di mana kekuatan alam semesta diorganisir untuk menciptakan kehidupan yang adil dan damai.
"Setiap entitas di sini memiliki tugasnya sendiri. Ada yang bertanggung jawab atas cahaya, yang menjaga kebijaksanaan, dan yang mengawasi kegelapan."
"Semua ini untuk memastikan bahwa Utopia tetap dalam keseimbangan yang diperlukan," kata Gideon sambil melangkah dengan keyakinan.
Shinichi, dengan setiap langkahnya, meresapi makna di balik Utopia ini. Ia menyadari bahwa sebagai penjaga kehidupan, tanggung jawabnya sangat besar.
Ia harus menjaga agar cahaya dan kegelapan tetap seimbang, mencegah adanya ketidakseimbangan yang bisa membahayakan eksistensi Utopia.
Gideon dan Shinichi berjalan melewati lorong yang semakin gelap, mengarah ke pusat kekuatan Utopia.
Gideon melanjutkan menjelaskan mengenai tugas Shinichi sebagai penjaga kehidupan, yang akan berperan penting dalam menjaga stabilitas dan harmoni di dunia baru ini.
"Ingatlah, Shinichi, kekuatanmu bukan hanya milikmu. Ini adalah amanah untuk seluruh alam semesta."
"Jaga dengan bijak, dan pastikan bahwa Utopia ini akan terus bersinar dalam keindahannya yang abadi," kata Gideon dengan penuh keyakinan.
Shinichi, yang merasa semakin terhubung dengan tujuannya, mengangguk sebagai tanda kesediaannya menerima misi tersebut.
Dengan langkah-langkah yang mantap, ia bersama Gideon melanjutkan perjalanan mereka menuju inti dari Utopia, siap untuk menghadapi tantangan yang menantinya sebagai penjaga kehidupan.
Beberapa menit kemudian, keduanya berdiri di hadapan inti dari suatu Utopia, "Apakah ini bisa disebut sebagai inti yang mempertahankan semua alam semesta?"
"Bisa dibilang begitu, dan ada kemungkinan Zenzaku tak ingin mendatangiku karena aku bisa menghancurkannya kapanpun yang aku inginkan."
"Anggap saja sebagai ancaman kecil dimana dunia ini sudah cocok dijadikan sebagai tempat perlindungan sebelum kau terjun ke dalam kehidupan yang kau lihat sebelumnya."
"Intinya aku tidak perlu menjelaskan banyak perubahan yang terjadi karena Zenzaku hanya mendaur ulang segalanya dengan peraturan baru."
"Ditambah lagi ia tidak hanya bekerja sendirian karena dirinya dibantu oleh Dewa Takdir yang bernama Zahar."
Shinichi terdiam seketika dimana ia tahu bahwa Zahar memang masih hidup dalam dunia ini hingga pikir dirinya sudah seharusnya diatasi karena memegang kendali penuh atas takdir yang bisa menjadi inti suatu sejarah.
"Ternyata masih ada beberapa masalah yang memang harus diatasi ya?" Tanya Shinichi selagi melipatkan kedua lengannya itu.
"Zahar? Ya, kita memang harus mengurusinya terlebih dahulu bersamaan dengan para utusan."
Shinichi mulai melebarkan kedua matanya untuk menggunakan The Mind agar bisa mengunci setiap dunia yang ada di kehidupan itu.
Dan tentunya dunia itu tidak memiliki jumlah apapun termasuk dengan perbatasan yang terhitung tak ada, dan kehidupan itu juga menerapkan perbedaan realitas dan juga fiksi.
Untuk sekarang Shinichi berdiri di puncak tertinggi bersamaan dengan semua alam semesta yang ia lihat serta garis waktunya itu.
Ketika Shinichi melirik ke atas langit yang begitu kosong, ia tahu bahwa Zenzaku terasa begitu dekat sampai keberadaannya dapat dirasakan olehnya.
"Apakah kau tidak merasakannya?" Tanya Shinichi.
"Tentu saja, tetapi apakah kau memang bisa percaya dengan kemudahan seperti itu?"
"Kau ada benarnya, dia bisa dirasakan tetapi tidak dengan dunia dimana takdir terukir dalam batu." Shinichi merasakan kejanggalan tentang Zahar dan dunia takdir yang tak bisa terdeteksi sama sekali.
"Mencoba untuk melepaskan Avatar juga akan menjadi ide yang buruk karena kita tidak tahu dia bisa mempengaruhi Avatar yang langsung mengarah pada inti tubuhnya."
"Pemikiran yang bagus, Shinichi. Bisa dibilang takdir memiliki peran yang sangat tinggi dalam dunia ini, dan tentunya kita tidak bisa meremehkan akan hal itu."
Shinichi melirik ke arah Gideon, "Bukannya takdir jauh lebih buruk dibandingkan kekuasaan yang terdapat pada Authority atau semacamnya?"
"Dulunya memang seperti itu ketika Celestial sudah ada, dan sekarang Zenzaku memegang kendali penuh hingga ia menyerahkannya pada Zahar agar bisa menjadi takdir sebagai inti atas kehidupan semua orang."
Gideon menatap keluar jendela, "Apa yang mereka lakukan di luar sana itu teratur dengan adanya takdir dimana Zahar dapat mengubahnya dengan bebas."
"Takdir di sini bekerja persis seperti pengubahan sejarah beserta isinya seperti narasi yang ada pada halamannya."
"Sekali saja seseorang yang bukan berasal dari kehidupan ini tiba dalam dunia tersebut maka ada kemungkinan takdirnya akan diubah."
Gideon menatap Shinichi, "Tetapi untukmu, seharusnya tak ada masalah apapun."
"The Mind yang kau miliki seharusnya bisa memberikan sangkalan yang cukup kuat."
Shinichi mengangguk lalu ia melihat Gideon pergi meninggalkan dunia itu, "Intinya kita memiliki banyak sekali masalah yang harus diurusi."
"Tetapi, kau tidak pernah sendirian dalam permasalahan ini karena setiap orang akan memiliki perannya masing-masing."
"Kita bukanlah Shinobu Koneko yang bisa melakukan segalanya sendirian, dan kita harus mendukung satu sama lain demi bisa mengakhiri semua ini."
Shinichi sempat terdiam ketika mendengar Gideon berbicara tentang Shinobu, "Maafkan aku yang harus membawa nama itu."
"Tidak apa. Aku sudah menerimanya, lagi pula aku adalah putranya yang melanjutkan dari langkahan awalnya itu."
"Ada benarnya juga, tetapi jika kau ingin tahu dia---"
"Dia sedang berbicara dengan Morgan untuk yang terakhir kalinya."
"Begitu ya... waktunya memang sudah tiba."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Unwritten
FantasySetelah menghancurkan Limbo dan akhirat, akhirat yang baru telah tercipta untuk menampung semua jiwa yang sudah sepantasnya menerima waktu istirahat yang sebenarnya. Shinobu bersama yang lainnya berhasil tiba kembali di dalam kehidupan baru yang dis...