TCV 122 | Misteri Pengkhianatan Alexi
"Begitukah?" Tanya Sophia, langkah keduanya terhenti tepat di dekat pohon apel yang sering mereka kunjungi beberapa tahun lalu.
Sophia menatap pohon apel itu dan menghela nafas berat. Kesadarannya sepertinya sudah sedikit kembali. Perasaan gusar yang dirasakannya membuat dirinya sendiri kembali menghela nafas untuk menenangkan diri.
"Aku..." Gumam Sophia pelan. Peter yang melihat keduanya berhenti kini menghentikan langkahnya dan berdiri di balik salah satu pohon, tidak jauh dari tempat mereka berdua yang masih menatap pohon apel itu.
Perasaan bodoh ini adalah jejak memori dari Sophia.
Perasaan hutang budi atas kebaikan dari seorang kesatria yang memperlakukannya dengan sangat baik ketika semua orang memperlakukannya dengan begitu kejam.
"Pohon apelnya tumbuh dengan baik," Sophia melirik Evans yang masih menatapnya. Sophia duduk di salah satu batu dekat pohon dan mendongak menatap Evans.
"Sir Evans, apa kau tahu bahwa di seberang benua sana ada negeri yang memiliki air berwarna emas dan binatang sihir yang berterbangan di langit?" Evans langsung berjongkok di depan Sophia.
Evans menatap Sophia dan tertawa mendengar celotehan nonanya itu. "Anda ingin pergi ke sana?" Tanya Evans. Tidak ada jawaban dari Sophia namun ia mengetahui jawabannya.
"Nona, saya..."
"Selalu berharap Anda bisa menemukan kebahagiaan Anda." Evans menatap Sophia. Sophia tertawa mendengarkan ucapan itu.
"Sangat sedikit orang yang mengharapkan itu, aku akan berterima kasih." Sophia tidak mendapati perubahan mumpuni di wajah Evans.
"Saya sungguh minta maaf atas sikap Alexi, saya tidak mengerti landasan dari keputusannya namun saya sungguh minta maaf Nona. Pengkhianatan ini, saya akan memastikan tidak akan menimbulkan kerugian bagi Anda." Akhirnya Evans menyinggung masalah itu.
"Alexi tidak bersalah..." Timpal Sophia pelan.
"Tidak, dia tahu kondisi Anda, dia juga tahu sebanyak apa bantuan dan perlindungan Anda. Namun dia tetap pergi saat Anda sangat membutuhkannya. Sebagai teman ataupun calon kesatria pribadi Anda. Alexi telah mengecewakan Anda dari berbagai sisi. Saya tahu bahwa penebusan dosa tidaklah cukup." Evans kian menunduk, malu dengan semua situasi yang terjadi.
"Tidak ada yang salah dengan pengkhianatan..."
"Yang salah adalah orang yang percaya," perkataan Sophia membuat Evans terdiam. "Sir, tidak akan ada rasa kecewa jika kepercayaan tidak diberikan sejak awal." Sophia tertawa kecil. "Lagipula, hanya satu orang di dunia ini yang tidak akan pernah mengecewakanku."
"Nona..."
"Aku tidak akan dikecewakan orang lain, karena orang yang kupercaya tidak akan mengkhianati diriku." Evans tahu arah pembicaraan ini.
Rasanya begitu menyakitkan...
Karena ia bisa menebak siapa yang sang nona maksud.
"Mengandalkan diri sendiri akan membuat Anda lelah Nona. Anda masih tidak menyadarinya? Begitu banyak orang yang menyayangi Anda." Evans berujar dengan lirih.
"Berapa lama rasa kasih bisa bertahan? 10 tahun? 20? 60? Sir, perasaan manusia, adalah suatu ketidakpastian yang pasti. Hal yang bisa muncul dan menghilang dalam sekejap. Hal yang bisa menerbangkan dan menghempaskan seseorang seketika. Untuk hal yang begitu rapuh, aku tidak bisa menyerahkan diriku seperti itu." Sophia mulai sadar dari mabuknya, ia tidak bicara melantur namun ia benar-benar ingin mengatakan hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historische RomaneKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...