EMOSI

9.8K 891 124
                                    

*Happy Reading*

***
**
*

Felix melarikan kakinya lebih kencang lagi. Ia bahkan tak sadar melompati dua anak tangga sekaligus untuk dapat sampai ke puncak bukit yang terdapat taman luas, tempat mainnya sejak kecil. Bukit itu tak jauh dari rumahnya, makanya setelah melepas tas sekolahnya sembarangan di ruang tamu, Felix segera berlari ke taman bukit ini.

Nafasnya semakin memberat seiring langkahnya juga yang semakin melambat. Ia tak memperdulikannya. Yang ia pikirkan hanyalah agar cepat sampai di atas. Setelah berhasil kakinya menaiki tangga terakhir, ia menumpukan kedua tangannya ke lututnya dan mulai mengatur nafasnya sendiri yang memburu. Tak mau membuang waktu lama, ditegakkan kepalanya menatap seseorang yang sejak masih di sekolah tadi terus memenuhi isi otaknya.

"Kau gila?! Kenapa kau menghajar orang lagi sih?!" omel Felix yang masih mengatur nafasnya.

Jisung, orang yang dicari Felix tak menjawab. Ia terus menunduk, menyembunyikan tatapan mata tajamnya. Ia hanya duduk diam di ayunan. Kedua tangannya mengepal keras, menahan emosinya.

"Kau juga kenapa harus bolos? Tadi guru Kim menanyakan mu pada ku. Sepertinya ia sangat marah kali ini pada mu" ucap Felix, berjalan ke arah Jisung duduk. Jisung tetap tak memberi respon apapun.

Felix menempatkan dirinya tepat didepan kedua kaki Jisung yang terbuka.

"Lihat! Wajah mu jadi babak belur seperti ini kan?!" Felix mengangkat wajah penuh luka Jisung dengan sedikit kasar. Sengaja memang. Namun, lagi-lagi Jisung tetap tak memberi respon apa pun.

"Ya! Setidaknya jawab aku, Han Jisung! Kali ini apa yang membuat mu menghajar orang lagi?" sentak Felix mulai kesal karna diabaikan Jisung.

"Aku tak suka jika ada orang yang menjelek-jelekkan mu! Apa lagi si bajingan itu mengatakan hal tak senonoh terhadap mu. Kau pikir aku bisa tahan untuk tak meninju wajah sialannya?!" Jisung menaikkan nadanya, ia jadi emosi lagi saat mengingat mulut menjijikkan Lee Midam yang mengatakan hal yang tidak benar tentang Felix.

Lee Midam, kakak kelas Jisung dan Felix. Midam menyukai Felix sejak mereka awal masuk sekolah. Hingga pada tengah semester satu, lelaki itu menyatakan perasaannya pada Felix. Felix menolak dengan halus. Mendapat penolakan dari Felix, Midam tak terima. Lelaki itu pangeran sekolah, itu mengapa ia tak terima citranya menjadi jelek karena penolakan Felix.

Mulai sejak itu, Midam sering mengatakan hal yang tidak-tidak tentang Felix. Dan puncaknya hari ini. Midam mengatakan hal tak senonoh tentang Felix. Jisung yang mendengar jelas emosi. Ia meninju wajah lelaki itu hingga babak belur. Guru dan murid-murid lain yang melihat akhirnya memisahkan Midam dari Jisung dengan susah payah.

Jisung murid yang sangat berprestasi. Ia sering menyumbangkan piala untuk sekolah mereka dalam bidang akademik maupun non akademik. Felix juga tentu saja. Jisung bahkan digadang-gadang akan menjadi ketua osis tahun depan. Tapi akhir-akhir ini, beberapa kali Jisung terlihat keluar masuk ruang BK karena alasan yang sama. Menghajar Midam.

Greb.

Felix menarik kepala Jisung untuk disandarkan di perutnya. Tangan kirinya kini mengelus belakang kepala Jisung dengan lembut, sementara tangan kanannya menepuk-nepuk punggung Jisung.
Badan kaku Jisung sedikit demi sedikit berangsur melemas. Selalu seperti ini. Sejak kecil, Felix selalu tahu cara untuk menenangkan Jisung yang emosi, kecewa, sedih, atau marah. Hanya dengan perlakuan seperti ini, dunia Jisung seolah kembali baik-baik saja.

"Lain kali jangan meninju orang lagi. Toh omongan Midam sunbae juga tak didengar oleh siapapun di sekolah. Murid-murid lain lebih mempercayaiku. Dan, aku tak suka jika kekasih ku babak belur begini lagi. Mengerti?" nasehat Felix. Ia mengangkat wajah penuh luka Jisung untuk dibawanya menatap Felix.

Cup.

Dikecupnya kecil bibir Jisung yang berdarah disudutnya. Pasti sobek lagi, pikir Felix. Tangan kecil Felix mengusap darah di pelipis Jisung yang mengering. Ia dibuat meringis kecut saat meneliti wajah Jisung yang kali ini terlihat lebih parah dari sebelumnya. Tapi, setidaknya Jisung masih mendingan. Midam lebih parah. Lelaki itu sampai harus dibawa ke rumah sakit. Pukulan Jisung pasti sangat keras. Yah, semoga saja Jisung tak sampai dikeluarkan dari sekolah.

"Sudah tenang?" tanya halus Felix. Tangannya menyisir kebelakang rambut berantakan Jisung.

Jisung menggeleng. Ditempelkannya lagi dahinya di perut Felix. Tangannya menarik pinggang Felix untuk semakin menempel padanya. Felix kembali mengalungkan tangan kirinya ke kepala Jisung dengan tangan kanan yang menepuk-nepuk punggung Jisung.

Ah, pacarnya sangat menggemaskan saat sedang dalam mode manja seperti ini padanya. Jisungnya pasti sedang takut kena omel ayahnya saat pulang nanti. Felix tertawa kecil hanya karna membayangkannya saja.

"Ayo pulang. Akan ku bantu jelaskan pada ayah. Aku akan membela mu mati-matian kali ini. Yah, sebagai ganti kau telah membela ku juga tadi" Felix mengusap rambut berantakan Jisung yang semakin berantakan karena ulahnya.

"Benar ya?" gumam Jisung yang teredam di perut Felix.

"Iya. Ayo. Aku bahkan belum makan siang karena mu!" sungut Felix.

"Aku traktir eskrim besok" Jisung bangkit dari duduknya lalu mengalungkan tangannya, menggenggam tangan mungil Felixnya.

"Benar ya?!" ucap Felix senang. Ia bahkan sampai melompat kecil dalam genggaman Jisung.

"Iya. Asal kau bisa membuat ku lolos dari amukan ayah" Jisung mengalungkan tangannya di pundak sempit Felix. Membawa pacarnya itu kedalam pelukan hangatnya.

"Serahkan saja pada ku!" Ucap Felix percaya diri.

Cup.

Jisung mencium pipi gembul Felix sedikit mengunyahnya dengan bibir. Gemas ia memiliki kekasih semanis Felix. Enak saja si Midam itu mau merebut kekasihnya!

***
**
*
*END*

BUCINERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang