PAPA

3K 276 18
                                    

Minho menatap binar bayi mungil dalam pangkuan istrinya yang duduk di sofa ruang keluarga. Kedua kesayangannya itu menunggunya pulang dari kantor.

"Jihoooo Papa kangeeen" Minho baru saya mau menarik anak tampannya dari gendongan Felix tapi buru-buru istrinya itu menjauhkan.

"Mandi dulu Pa. Habis dari luar rumah. Banyak kumannya" ucap Felix tegas. Tak mau dibantah.

Sementara dipangkuan Felix, Jiho melonjak-lonjak girang melihat wajah kecewa Papanya setelah diomeli Mamanya.

Dengan langkah lesu, Minho berjalan masuk ke kamar mereka. Tekatnya cuma satu. Cepat-cepat menyelesaikan mandinya lalu bermain dengan anak tercintanya sebelum si gembul itu tidur.

***

"Jihooo, Papa sudah mandi!" Minho merentangkan kedua tangannya, meminta Felix memberikan anak mereka padanya.

Felix terkekeh kecil melihat tingkah suaminya juga lonjakan girang Jiho di pangkuannya. Bahkan wajah dan ekspresi mereka sama persis. Sangat Minho sekali.

Dalam hati, Felix berdoa semoga kelakuan aneh suaminya tak diturunkan juga pada anak mereka. Mengurus satu alien saja sudah cukup melelahkan apa lagi jika ada dua. Bisa cepat menua Felix.

"Aku panasin sayur ya, Pa. Belum makan, kan?" Tanya Felix.

Minho hanya menggeleng yang tak mungkin dilihat istrinya yang sudah ada di dapur. Sementara perhatiannya kini hanya pada Jiho yang ada dalam gendongannya kini. Anaknya itu sedang mengoceh bahasa bayi yang Minho tak mengerti apa artinya.

"Pa?!" Panggil Felix saat tak mendengar jawaban suaminya.

"Belum, Mama" balas Minho pada akhirnya. Tak mau membuat macan betina kesayangannya mengamuk.

"Gitu dong! Kalo ditanya istrinya tuh dijawab..."

Kan, baru saja Minho membuat singa betinanya mengomel.

"Huaalkkl hehehe" Jiho digendongannya terkekeh kesenangan.

"Heh, senang ya kalo Papa di omelin Mama? Hm? Sini kamu! Papa hukum!" Minho menurunkan anaknya di karpet bulu lalu mengusakan wajahnya di perut gembul anaknya.

Jiho semakin terkekeh kegelian. Tangan kecilnya menjambak-jambak rambut gelap Papanya yang baru dikeramas tadi.

"Iiiih, Jiho perutnya ndut. Mam apa tadi, hm?" Tanya Minho yang tak mungkin dijawab anaknya.

Jiho hanya terkekeh diikuti lelehan liurnya yang menetes ke pipi dan tangan kecilnya yang dimasukan ke dalam mulut mungilnya.

"Ih! Jiho jorok! Hiiii Jiho ileran! Nggak ganteng lagi!"

Minho menggeser duduknya sedikit untuk meraih tisyu yang diletakan di meja samping sofa. Setelah dapat dua lembar tisyu, dengan telaten Minho mengelap lelehan liur anaknya.

"Kalo Jiho lapar tuh minta daging sapi aja ke Papa. Papa beliin langsung. Jangan mam tangannya dong bayi gembul!" Monolog Minho yang dibalas tawa juga jeritan kecil Jiho.

"Pa! Makan dulu sana! Keburu dingin lagi sup nya!" Felix menghampiri suami dan anaknya di karpet bawah sofa.

Minho menoleh ke istrinya dengan ekspresi merajuk yang dibuat-buat. Bibir dimajukan beberapa senti, kedua alis menukik ke bawah, juga mata yang menyipit.

"Kenapa?" Tanya Felix yang tak mengerti maksud suaminya membuat raut jelek seperti itu.

"Aku mau main sama Jiho, Ma. Kangen tau!"

"Terus?" Tanya Felix yang semakin tak mengerti maksud dan tujuan suaminya bertingkah seperti ini.

"Suapin! Aku mau main sama Jiho. Ya, Ma, yaaaa" bujuk Minho lengkap dengan kedipan-kedipan kecilnya.

"Jijik, Pa!" Sungut Felix.

Baru kali ini sepanjang hidup yang dihabiskannya bersama Minho, suaminya itu bertingkah menjijikan seperti ini.

Jika tingkah aneh, Felix maklum dan sudah terbiasa. Tapi jika bertingkah sok kekanakan dan menjijikan seperti tadi baru sekali. Dan cukup sekali saja. Jangan lagi.

***

"Pa! Aaa!" Felix mengulurkan satu sendok nasi juga sepotong telur dadar ke depan mulut suaminya.

Minho menyerongkan kepalanya untuk menerima suapan istrinya sementara tangannya masih bermain dengan tangan-tangan kecil anaknya.

Dengan lahap, Minho menghabiskan suap demi suap makanan dari tangan istrinya. Selain lapar, masakan Felix tak pernah membuatnya kehilangan nafsu.

Bahkan, masakan ibunya masih kalah jauh dengan masakan Felix. Padahal, dulunya Felix sama sekali tak bisa masak.

Tapi setelah Minho melamarmya, Felix langsung ikut kursus masak agar nantinya ia bisa memberi suami dan anaknya makanan ya layak dimakan.

Hasilnya, sekarang tak ada masakan yang tak enak dari hasil tangan mungil Felix. Dari masakan rumahan, kue kering, cake, dessert, hingga olahan minuman semuanya enak dimulut Minho.

"Udah habis nih, Pa. Mau lagi atau udahan?" Tanya Felix.

"Minum, Ma" pinta Minho.

Dengan lembut, Felix membantu Minho minum segelas air putih yang disiapkannya.

"Udah deh, Ma. Udah kenyang. Makasih ya, Ma" ucap Minho setelah menghabiskan setengah gelasnair putih.

"Sama-sama" balas Felix diikuti senyum lembutnya.

Setelahnya, Felix membawa piring-piring bekas makan suaminya ke dapur lagi.

"Jiho, masakan Mama enak loh! Jiho mau nggak?" Pamer Minho.

Jiho mengemut satu tangannya yang kini basah ddngan air liur bayinya. Menghiraukan Papanya yang mengajaknya bicara.

"Iiiiih, Jiho jorok! Jiho monster liur! Iiih!"

***

"Gembul!" Minho menusukan jari telunjuknya ke pipi gembul anaknya.

"Pa! Jangan di ganggu Jiho nya! Kebangun nanti dia! Susah lagi nidurinnya" Omel Felix setelah susah payah berhasil menidurkan anaknya yang luar biasa aktifnya.

"Habis lucu banget sih anak kita. Pipinya segede bola tenis" Mata Minho yang sudah merah menatap takjub anaknya yang sudah tidur.

Felix tak bisa menahan senyumnya. Suaminya yang terkenal tak waras kini berubah seratur sepersen jadi ayah yang bisa diandalkan jika bersama anak mereka.

Bahkan, saat masa hamilnya, Minho tak sekalipun tak menuruti semua maunya. Bahkan untuk hal-hal aneh sekalipun. Minho selalu kabulkan.

Asal istri dan anak yang dikandungan Felix bahagia, Minho pasti akan beri. Sekalipun Minho dalam keadaan lelah.

Tangan kecil Felix terulur mengelus rambut suaminya. "Tidur, Pa! Udah merah mata kamu!"

Minho menyempatkan diri mengecup pipi gembul anaknya dengan perlahan agar bayi mungilnya itu tak terbangun karena ulahnya.

"Mau susu dong, Ma"

"Mau susu coklat apa putih?"

"Susu kamu"

"TI.DUR.SE.KA.RANG!" Ucap Felix penuh penekanan disetiap katanya.

Minho terkekeh kecil mendapat reaksi istrinya itu. Setelah puas bermain dengan bayi mungilnya, Minho jadi ingin bermain dengan bayinya yang lain.

"Satu ronde aja yuk, Ma!"

"Nggak!"

"Maaaaaa!"

"Tidur luar sana, Pa!"

"Ck! Ayo lah, Ma! Satu aja!"

"Nggak ya enggak!"

"Maaa ya Maaaa. Yuk!"

***
**
*
*Senaorin*

BUCINERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang