*Happy Reading*
***
**
*Prang!!
Bug!!
"Diam, bangsat! Apa begini perlakuan mu pada hyung mu?" Nafas Hyunjin memburu seiring matanya yang memerah menatap tajam lawan bicaranya.
Sementara di bawah kungkungan Hyunjin, Felix dengan sudut bibirnya yang berdarah, berbaring di samping pecahan piring yang masih berserakan dengan nasi dan lauknya juga. Felix menatap Hyunjin tak kalah nyalang.
Tak ada raut takut sama sekali setelah Felix mendapat pukulan keras dari kakaknya yang hanya berbeda satu tahun darinya.
"Bagaimana aku memperlakukan mu sebagai hyung jika kelakuan mu lebih mirip seperti berandal yang masuk rumah orang lain dengan seenaknya sendiri?!" Pekik Felix tak mau kalah.
Bug!!
Lagi-lagi, tanpa ampun Hyunjin mengayunkan tangannya pada wajah tirus adiknya. Tak ada rasa bersalah sama sekali setelah Felix terbatuk beberapa kali setelah menerima pukulan kerasnya.
"Sudah ku bilang jangan cerewet! Salah mu sendiri jika wajah yang kau banggakan ini jadi bantal tinju ku!" Hyunjin bangkit dari atas perut adiknya lalu melanglah pergi.
"Sampai kapan kau akan membuat masalah, Lee Hyunjin?" Ucap lirih Felix namun masih mampu didengar Hyunjin.
Buktinya saja, kakaknya itu kini menghentikan langkah kakinya tepat di depan pintu rumah kecil mereka.
Felix bisa melihat jelas getaran tangan Hyunjin yang mengepal menahan amarahnya. Felix menatapnya dengan pandangan sendu. Tidak lagi dengan pandangan marah seperti tadi."Sampai kapan kau akan menjadi brengsek seperti ini, Lee Hyunjin?" Mata Felix memanas.
Hyunjin bergeming. Ia masih berusaha membiarkan adiknya berbicara sebelum ia putuskan akan memberinya bogemannya lagi atau tidak.
"Sampai kapan kau akan pergi dari rumah? Meninggalkan ibu, aku, dan diri mu sendiri?" Air mata Felix mulai menetes di pelupuk matanya yang menghitam dan cekung.
"Kapan.. aku bisa memanggil mu hyung lagi?"
Felix menutup mulutnya sendiri yang masih berdarah agar tak terisak didepan Hyunjin. Ia tak mau terlihat lemah di mata lelaki yang kini berubah menjadi monster mengerikan itu.
"Apa kau tau? Setiap malam aku harus tahan mendengar isakan ibu yang selalu memanggil nama mu dan nama ayah? Ibu membutuh kan mu, bodoh!" Teriak frustasi Felix.
Ia sudah tak mau ambil pusing jika Hyunjin akan memukulnya lagi. Ia sudah kebal menerima pukulan dari kakaknya. Ia tak merasa sakit lagi setiap tangan dingin kakaknya menciptakan luka di wajah tirusnya.
Hyunjin mendengar suara isakan adiknya. Dari balik punggungnya, Hyunjin bisa melihat bagaimana air mata adiknya yang sudah membasahi wajahnya. Tapi ia hanya diam. Ia tak mau sekedar menoleh atau bahkan menghibur adiknya. Hatinya menolak.
"Aku juga sama seperti mu. Merasa kehilangan ayah. Tapi, apa kau lupa jika kita masih mempunyai ibu?"
Felix memandang frustasi punggung kaku kakaknya yang dulu selalu menjadi tempat sandaran favoritnya setelah punggung ayah mereka.
Dulu, Hyunjin selalu menggendong Felix dipunggungnya setiap kali adiknya terjatuh saat bermain. Tapi kini, kakaknya lah yang membuat setiap luka menganga yang dimiliki Felix. Hyunjinlah salah satu alasan luka Felix.
"Pulang Lee Hyunjin! Ibu membutuhkan mu" mohon Felix untuk yang kesekian kalinya.
"Dia masih punya kau, kenapa masih menginginkan ku? Bukankah itu serakah?" Ucap dingin Hyunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCINERS
FanfictionFelix's...slave . . . . . . Warn! Fujo area! BXB! Some mature content!