CLINGY

5.9K 483 71
                                    

*Happy Reading*

***
**
*

"Hyung! Makanan sudah siap. Cepat kemarilah!" Teriak Felix memanggil kekasih beruangnya yang masih betah bergelung di kasurnya.

"Hm" gumam Woojin yang pastinya tak akan didengar Felix yang masih berkutat dengan masakannya di dapur.

Ia baru pulang dari kampus. Terlalu lelah karna mulai menyusun skripsinya. Bahkan ia tak sanggup lagi pulang ke rumahnya sendiri dan malah memilih menginap di apartemen kekasihnya yang berada tepat di belakang area kampus mereka.

"Hyung! Astaga! Ku panggil dari tadi sampai makanannya dingin lagi, kau malah masih asik dengan game di ponsel mu! Aku kan sudah pernah menyuruh mu menghapusnya sementara waktu sampai skripsimu selesai! Kenapa masih belum dihapus sih?!" Omel Felix, dengan kedua tangan yang ia letakkan di pinggang sempitnya.

Woojin itu kalau sudah bertemu dengan game ia bisa saja lupa semua hal. Bahkan setahun yang lalu, keluarganya pernah melapor ke polisi karna Woojin yang tak pulang selama tiga hari dengan handphone yang tak bisa dihubungi sama sekali. Namun alih-alih di culik, Woojin di temukan polisi di warnet dekat rumah Woojin dengan kondisi badan yang tak terawat sama sekali persis seorang tunawisma.

"Iya, iya setelah ini aku hapus" ucap Woojin, masih terlalu asik dengan game nya.

"Kau sudah pernah bilang seperti itu dari awal semester 8 ini hyung!" Ucap Felix malas, namun Woojin tetap saja tak bergerak sama sekali dari layar handphonenya.

Kalau sudah begini tak ada cara lain. Felix merebahkan dirinya di sebelah Woojin lalu menyusupkan dirinya di antara kedua tangan Woojin yang masih setia memegang smartphonenya lalu menyembulkan kepalanya hingga menutupi layar ponsel Woojin.

Woojin yang tadinya mau memarahi kekasihnya karena mengganggu kegiatannya bermain game, malah jadi gemas sendiri melihat ekspresi damai Felix yang bergelung di dekapannya.

"Aku akan terus seperti ini sampai kau benar-benar mau menghapus game sialan mu!" Ucap Felix. Tangannya mengerat memeluk pinggang Woojin, membuat keduanya tak berjarak sama sekali.

"Akan ku hapus nanti. Sebentar lagi aku menang, setelah menang akan ku hapus kok" alasan Woojin. Dibelainya rambut karamel Felix yang menutupi wajah manis kesukaan Woojin.

"Tidak ada nanti. Tidak ada menunggu lagi. Aku mau sekarang! Atau aku tak akan melepaskan mu!" Ancam Felix lucu.

"Hah.." Woojin mengehela nafas panjangnya dengan mata yang terpejam. Susah sekali ia menghapus game di ponselnya. Katakanlah ia sudah ketagihan. Dihapus sekalipun, ia akan mendownload lagi nantinya. Itu yang tak ia suka sebenarnya.

"Nih!" Woojin memberikan ponsel miliknya pada Felix, yang dihadiahi tatapan tak mengerti oleh kekasihnya.

"Kau yang hapus. Biar aku ada alasan agar tak mendowloadnya lagi besok" jelas Woojin. Di ambilnya tangan mungil Felix yang melingkar di pinggangnya lalu meletakan ponselnya di tangan mungil itu.

"Kau yakin tak akan mendownloadnya lagi jika aku yang hapus?!" Mata Felix menyipit mencoba mengintimidasi kekasihnya, namun malah terihat lucu dimata Woojin. Woojin mencubit pelan hidung lucu Felixnya.

"Yakin! Sudah cepat hapus! Aku sudah lapar" ucap Woojin.

"Nih! Sudah ku hapus. Jangan di download lagi ya hyung, selama kau mengerjakan skripsi ini!" ucap Felix.

Setelah memperlihatkan game kesukaan Woojin yang tak terlihat lagi di beranda ponselnya, Felix meletakkan ponsel itu di nakas samping kirinya lalu kemudian ia menggulung badan mungilnya di dada Woojin.

Nyaman. Hangat. Wangi Mint. Dan selalu menjadi favoritnya.

"Mau sampai kapan kita seperti ini, Felix? Perutku lapar!" Ucap Woojin setelah selama lebih dari setengah jam ia membiarkan kekasih manisnya bergelung manja di dadanya. Sesekali lelaki mungil itu juga mendaratkan kecupan-kecupan ringan di pipi dan bibir Woojin.

"Astaga! Aku lupa! Hehe.." cengir Felix yang melupakan makanan yang ia buat tadi. Pasti sekarang sudah dingin.

"Ayo, makan. Setelah itu jadi bantal ku ya, temani aku mengerjakan skirpsi" ucap Woojin yang mode manjanya mulai aktif.

"Boleh, boleh!" Bals Felix dengan sangat antusias. Ia suka jika menemani kekasihnya mengerjakan skripsinya. Ia jadi bisa belajar juga untuk skripsinya tahun depan.

Yah, hitung-hitung juga latihan jadi istri siaga yang sedang menemani suaminya bekerja lembur di rumah.

***
**
*
*END*

BUCINERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang