KAPTEN FUTSAL

3K 341 15
                                    

"Bin, lo serius nggak mau ikutan?" Yohan memastikan sekali lagi.

Dengan sengit, Changbin melepas rangkulan tangan Yohan dipundaknya yang sudah berat menggendong tas berisi sepatu dan bola Futsal.

"Nggak. Gerah. Mau balik" ucap singkat Changbin.

Badan atletisnya basah kuyup oleh keringatnya sendiri. Bahkan bajunya saja terlihat kuyub juga.

"Yah, gimana sih, kap. Nggak asik lo, ah!" Seru Yunseong yang berjalan di barisan paling belakang.

"Tau, lu Bin!" Sungut teman-teman futsal kapten futsal itu.

"Bodo" balas pendek Changbin.

"Lagian, tumben-tumbenan sih lo nggak mau ikutan kita nongkrong dulu?" Tanya Yuvin yang kini menyamai langkah Changbin.

"Pacar gue dateng" balas Changbin. Kentara sekali nada suaranya berubah senang.

"Ooooh, mau ngebucin ceritanya, guys" ledek Minho yang berjalan disamping Chan dan Hui. Tentu saja seruan Minho mendapat kikikan dari teman-teman Futsal mereka.

"Emang. Dah, ah, cabut!" Pamit Changbin yang kini berjaln meninggalkan teman-temannya. Kakinya melangka semakin cepat menuju mobilnya yang terparkir tepat didepan pintu masuk.

Semua anggota Futsal menahan kikikan tawa mereka melihat tingkah kapten futsal mereka yang terkenal berhati dingin pada siapa saja yang mendekatinya, kini terlihat seperti budak cinta rendahan.

Tapi memang mereka harus mengakui, sih. Jika mereka ada di posisi Changbin, mereka akan suka rela juga menjadi budak rendahan juga untuk lelaki manis yang memiliki galaxynya sendiri dikedua pipinya.

"Cabut, guys!" Pimpin Yohan diikuti semua anggota tim Futsal.

***
**
*

Changbin tak menyembunyikan senyumnya saat kedua netranya menatap bahagia kedua cintanya. Keduanya kompak memakai apron merah muda yang membungkus tubuh mereka.

Lelaki itu ikut terkekeh kecil saat celoteh pacar kesayangannya terdengar ditelinga Changbin. Terdengar lucu dan menggemaskan untuk Changbin.

"Eh? Kak, Abin!" Teriak kecil lelaki manis Changbin saat menyadari kapten Futsal itu sudah pulang.

Si manis meninggalkan wortel dan pisau yang tadi digenggamnya  lebih memilih berlari kecil menghampiri pacar tampannya. Tanpa rasa risih, si manis menubrukan badan mungilnya pada badan Changnin yang terbungkus kaos hitamnya yang basah oleh keringat.

"Aduh, Fel, badan kakak masih basah keringat" ucap Changbin. Tapi tetap saja, tangannya ikutan merengkuh pinggang semput kesayangannya yang bergelayut maja padanya.

"Hihi, iya, kak Abin bau kecut. Tapi Fel suka" kekeh kecil Felix, pacar Changbin.

Tangan kanan Changbin mengusak sayang surai hitam Felix dengan lembut. Aroma jeruk tercium samar dari rambut pacar manisnya yang bergelayut dilehernya.

"Masak apa hari ini sama Mama, hm?" Tanya Changbin diikuti senyum lembutnya.

Felix menarik sedikit badannya untuk menatap Changbin, tetap tanpa melepas rangkulan manja pada pacarnya.

"Fel sama Mama masak Cah Jamur kesukaan Kak Abin sama perkedel, sama Udang goreng kesukaan Fel, sama Tempe goreng kesukaan Mama, ah! Sama tadi Mom bawain Pepes tuna kesukaan Jisung sebelum Fel berangkat kesini!" Runtut Felix dengan antusias.

Changbin tak kalah antusias juga mendengarnya. Setiap kata yang keluar dari bibir merah pacarnya adalah lagu yang terdengar merdu ditelinga Changbin. Mana bisa Changbin mengabaikan setiap ucapan Felixnya.

"Mana sekarang Jisungnya?" Tanya Changbin. Changbin baru menyadari kesayangannya yang lain tak ada didapur.

"Jisung lagi disuruh Mama beli bawang ke warung" balas Felix.

Jisung, adik Changbin. Seumuran dengan Felix. Bahkan mereka berdua tak terpisah layaknya saudara kembar sejak kecil. Dimana ada Jisung, selalu ada Felix. Begitupun sebaliknya.

Bahkan, saat Changbin memberi tahu adiknya jika ia menyukai Felix, Jisung kesenangan bukan main. Akhirnya mimpinya tercapai juga menjadikan Felix saudaranya betulan. Tapi, Jisung juga mewanti-wanti Changbin agar tak melukai Felix sedikit pun. Bahkan sampai sekarang masih mewanti-wanti kakaknya itu.

"Fel, bantuin Mama masukin perkedelnya ke wajan lagi dong" panggil Inna yang kini sedang menumis bawang di wajan sebelah.

"Iya, Ma" balas Felix "Kak Abin mandi sana! Abis itu kita makan bareng, gih, gih!" Felix memutar pundak Changnin lalu mendorong lelakinya masuk kekamarnya sendiri yang terletak disamping tangga.

Dari balik pintu kamarnya, Changbin terkekeh kecil mendengar celoteh pacar kesayangannya. Samar juga, Changbin mendengar suara adiknya yang sudah pulang.

Ah, ketiga kesayangannya kini pasti sedang ribut sendiri didapur dengan karya mereka bersama. Changbin jadi tak sabar ingin cepat-cepat menyelesaikan mandinya sesegera mungkin.

***
**
*
*END*

Senaorin.

Maaf yah pendek juga acak-acakan tulisannya. Aku keburu-buru mau ke kerja soalnya huhuuu jadi nggak bisa ngecek lagi deh tulisannya. Makasih yah udah mampiiir dan ngeramaiin.....

Semangat buat hari ini, yaaaa!! 😊

BUCINERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang