HYUNG

5.1K 502 103
                                    

*Happy Reading*

***
**
*

*Aku rekomendasiin yah, sambil baca coba dengerin lagunya dari Kodaline-Brother, biar makin masuk emosinya, hehe..*


*Selamat membacaaa... 😊*


Jeongin menunduk memandang bingkai foto yang tersandar di batu nisan bertuliskan nama hyung kesayangannya. Lee Felix. Tulisan yang ingin sekali Jeongin tak percayai.

Tapi setidaknya ia tahu, hyung kesayangannya tidak lagi merasa kesakitan. Sudah dua tahun lebih Felix berjuang melawan sakitnya. Dan tepat semalam, Felix menghabiskan sisa sakitnya lewat hembusan nafas terakhirnya. Jeongin juga yang menggenggam tangan ringkih hyungnya. Mentransfer rasa sayangnya lewat rematan tangan mereka.

Dan saat Jeongin merasa genggaman Felix berangsur-angsur melemah kemudian disusul rasa dingin yang sedikit demi sedikit ia rasakan dari tangan kecil Felix, ia sadar. Hyungnya sudah pergi. Untuk selamanya.

Semua pelayat satu demi satu pergi setelah menghantar rasa belasungkawanya pada kedua orang tua mereka yang terlihat sangat sedih. Hanya ia satu-satunya yang tak menangis.

Tak ingin sebenarnya. Ia ingin melihat wajah manis Felix untuk terakhir kalinya hingga tubuh ringkih itu bersatu dengan tanah. Ia hanya ingin merekam kenangan terakhirnya bersama hyung kesayangannya untuk hari-hari kedepannya yang kosong.

***
**
*

Jeongin mendudukkan dirinya diantara nenek dan bibinya yang masih sesenggukkan. Disamping sofa yang diduduki Jeongin, ada foto keluarga mereka. Ia bisa melihat senyum manis Felix yang terlihat paling cerah diantara ia dan kedua orang tuanya. Jeongin tersenyum kecil mengingat bagaimana hebohnya saat mereka mengambil foto itu.

"Jeongin mau jeruk?" Tawar bibi Jeongin yang lain, Bibi Hana.

Jeongin mengambil satu jeruk dikeranjang buah yang diletakkan bibinya di atas meja depan Jeongin. Tangannya juga bergerak mengambil pena hitam papanya yang tergeletak di bawah ranjang buah.

Tangan Jeongin bergerak menggambar pola di atas kulit kuning jeruk. Ia tersenyum puas saat ia menyelesaikan pola buatannya.

"Mama, lihat!" Ucap Jeongin pada mamanya yang berdiri disebelah papanya yang sedang berbicara pada pamannya.

Semua orang menoleh pada Jeongin yang tersenyum cerah dengan tangan yang mengulurkan sebuah jeruk dengan gambar wajah yang tersenyum, buatannya. Sadar tak sadar mereka semua tersenyum melihat senyum Jeongin yang sama cerahnya dengan senyum Felix.

"Kalian harus kuat. Lihatlah! Bahkan Jeongin saja tak ingin berlarut-larut bersedih setelah kehilangan hyungnya" ucap paman Jeongin yang berdiri di depan kedua orang tuanya.

Papa dan mama Jeongin mendesah sedih. Benar. Setidaknya mereka harus bisa menjadi sandaran yang kuat untuk anak mereka satu-satunya kini. Mereka tak boleh menunjukkan kesedihan mereka, setidaknya saat bersama Jeongin.

***
**
*

Jeongin membolak-balikkan badannya. Ia tak bisa tidur. Matanya selalu menolak saat ia berusaha memejamkan matanya.

BUCINERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang