*Happy Reading*
***
**
*Telinga Chan terasa berdengung setelah mendengarkan omelan Mama nya lebih dari satu jam. Inilah alasan Chan malas untuk pulang ke rumah keluarganya. Ia akan lebih memilih tidur dan bermalas-malasan seharian di apartemennya jika dapat libur kerja seperti ini dibanding ke rumah keluarganya. Bukan Chan tak suka bertemu keluarganya, ia hanya malas saja di ceramahi dengan topik yang tak pernah berubah dari sang Mama.
Kali ini Chan tak bisa mengelak lagi untuk absen dari acara keluarganya. Karena kali ini, keluarganya akan membahas tentang acara pernikahan adik bungsunya yang akan dilaksanakan bulan depan. Ini juga alasan nyonya Bang tak berhenti mengomeli anak laki-laki satu-satunya ini. Ia sudah dilangkahi kedua adiknya, sementara si sulung masih saja betah menyendiri.
Apa lagi memang kalu bukan tentang 'menikah'. Tahun ini Chan berumur 30 tahun dan ia masih belum berminat untuk menjalin hubungan serius. Ia hanya masih asik saja dengan dunia kerjanya di studio musik, menjadi produser yang namanya sudah tak asing lagi di dunia musik.
"Pokoknya, Mama tak mau tahu lagi! Lusa kau temui kenalan Mama! Dia anak yang baik dan sudah Mama kenal lama" paksa nyonya Bang yang masih betah mengomel dengan mulut penuh biskuit coklat.
"Ma, telan dulu biskuit di mulutmu!" Ucap Chan setelah mendapat hujan remahan biskuit dari mulut si Mama.
"Nah! Biskuit yang kau makan itu, dia yang buat!" Mama Bang menunjuk biskuit coklat yang digigit Chan.
"Dia siapa?" Tanya Chan tak mengerti.
"Kenalan Mama yang akan kau temui lusa. Dia pemilik cafe bakery yang cookiesnya sedang kau kunyah itu. Enak kan? Mama yakin, kau pasti suka!" Ucap antusias nyonya Bang. Tak sabar ia, mempertemukan anaknya dengan si manis itu.
Sementara Chan hanya bisa pasrah dan lagi-lagi menuruti perintah kencan buta dari Mamanya. Toh kalau tak suka tinggal tolak saja kan?
***
**
*Chan mematung seperti orang bodoh di depan pintu yang masih ia buka. Atensinya tersita sepenuhnya pada lelaki manis berkemeja biru seperti ciri-ciri yang mamanya katakan. Lelaki itu tersenyum manis padanya.
"Kau anak Mama Bang kan? Aku Felix" ucap Felix mengukurkan tangan mungilnya pada Cham. Ini dia si Manis pemilik cafe bakery langganan nyonya Bang yang akan di jodohkan pada Chan.
"Hm.. Felix?" Ucap Chan masih betah menatap wajah manis dengan senyum lembut Felix yang berjarak hanya beberapa meter darinya.
"Iya?"
"Mau menikah dengan ku bulan depan?" Tanya Chan spontan.
"A.. apa?" Tanya Felix terbata. Terkejut tentu saja. Ia pikir Chan akan menolaknya mentah-mentah. Apa lagi ini pertenuan pertama mereka.
Memang sih, nyonya Bang sering bercerita tentang Chan, jadi sedikit banyak ia tahu Chan dari nyonya Bang. Tapi ia tak pernah menyangka lelaki itu malah melamarnya tiba-tiba, bahkan saat Chan belum memperkenalkan dirinya. Ah, jangan lupakan mereka masih betah berdiri di depan pintu masuk yang masih terbuka. Untung hanya ada beberapa pegawainya dan juga sedikit pengunjung yang datang karena masih pagi.
"Tak mau?" Tanya Chan.
"Mau! Eh?" Ucap Felix tak sadar. Ia merutuki mulutnya sendiri yang berkata tanpa persetujuannya.
"Baiklah. Aku pulang dulu. Nanti aku datang lagi bersama orang tua ku dan juga adik-adik ku. Oh, ya! Berikan alamat rumah mu!" Ucap Chan tak mau membuang waktu lama.
Ia jatuh cinta pandangan pertama pada lelaki manis yang bernama Lee Felix ini. Kali ini Mama nya memilih dengan sangat tepat.
"Apa? Eh.. tunggu sebentar" kaget Felix sekali lagi.
"Ah! Kau ikut saja dengan ku ke rumah. Kita temui orang tua ku dulu. Setelah itu kita ke rumah orang tua mu" Chan menggandeng tangan mungil Felix dan mebawanya masuk ke mobil meninggalkan pegawai-pegawai Felix yang menatap bos mereka dengan tak kalah terkejut juga.
Sementara Felix yang masih belum sadar dari syoknya, hanya bisa pasrah dibawa kemanapun oleh lelaki yang baru saja melamarnya dengan cara aneh. Yah, ia yakin tak ada yang lebih aneh dari lamaran Bang Chan tapi lebih anehnya lagi, ia suka.
***
**
*
*END*
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCINERS
FanfictionFelix's...slave . . . . . . Warn! Fujo area! BXB! Some mature content!